Matarm (Antaranews NTB) - Sejumlah dosen yang tergabung dalam tim Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia melatih pelaku usaha batik Betawi untuk lebih memahami perencanaan bisnis dan hak atas kekayaan intelektual.
"Pepatah bisnis mengatakan gagal merencanakan sama saja merencanakan kegagalan. Banyak usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia gagal berkembang karena tanpa perencanaan," kata Nurul Safitri yang menjadi ketua tim melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat.
Nurul mengatakan penyusunan model bisnis dalam perencanaan akan memudahkan pelaku usaha untuk menentukan sasaran konsumen, keunggulan produk, menjaga hubungan dengan pelanggan, strategi pemasaran, mitra bisnis, inti kegiatan bisnis, sumber daya yang diperlukan, biaya yang diperlukan, dan sumber pemasukan utama.
Nurul berharap pelatihan tersebut dapat memberikan pemahaman kepada pelaku usaha batik Betawi dalam menyusun strategi bisnis sehingga usahanya dapat berkelanjutan.
"Dengan menyusun model bisnis, diharapkan para pelaku usaha batik Betawi mampu mengurangi risiko kegagalan dalam usahanya," jelasnya.
Para peserta pelatihan juga diberikan pemahaman tentang arti penting hak cipta bagi para pelaku usaha, termasuk alasan mengapa hak cipta motif batik perlu didaftarkan, apa keuntungannya dan bagaimana cara mendaftarkan hak cipta motif batik.
"Kami sedang menyiapkan buku saku 'Cara Mudah Menyusun Model Bisnis Kanvas UMKM Batik' yang dapat menjadi pegangan bagi seluruh pelaku usaha batik," katanya.
Pelatihan tersebut diikuti 10 peserta dari beberapa usaha mikro, kecil dan menengah batik Betawi yang ada di Jakarta, antara lain Batik Seraci, Batik Setu Babakan, Batik Terogong dan Batik Kemayoran.
Pelatihan diisi oleh tiga dosen dari Fakultas Ilmu Administrasi dan satu dosen dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
"Pepatah bisnis mengatakan gagal merencanakan sama saja merencanakan kegagalan. Banyak usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia gagal berkembang karena tanpa perencanaan," kata Nurul Safitri yang menjadi ketua tim melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat.
Nurul mengatakan penyusunan model bisnis dalam perencanaan akan memudahkan pelaku usaha untuk menentukan sasaran konsumen, keunggulan produk, menjaga hubungan dengan pelanggan, strategi pemasaran, mitra bisnis, inti kegiatan bisnis, sumber daya yang diperlukan, biaya yang diperlukan, dan sumber pemasukan utama.
Nurul berharap pelatihan tersebut dapat memberikan pemahaman kepada pelaku usaha batik Betawi dalam menyusun strategi bisnis sehingga usahanya dapat berkelanjutan.
"Dengan menyusun model bisnis, diharapkan para pelaku usaha batik Betawi mampu mengurangi risiko kegagalan dalam usahanya," jelasnya.
Para peserta pelatihan juga diberikan pemahaman tentang arti penting hak cipta bagi para pelaku usaha, termasuk alasan mengapa hak cipta motif batik perlu didaftarkan, apa keuntungannya dan bagaimana cara mendaftarkan hak cipta motif batik.
"Kami sedang menyiapkan buku saku 'Cara Mudah Menyusun Model Bisnis Kanvas UMKM Batik' yang dapat menjadi pegangan bagi seluruh pelaku usaha batik," katanya.
Pelatihan tersebut diikuti 10 peserta dari beberapa usaha mikro, kecil dan menengah batik Betawi yang ada di Jakarta, antara lain Batik Seraci, Batik Setu Babakan, Batik Terogong dan Batik Kemayoran.
Pelatihan diisi oleh tiga dosen dari Fakultas Ilmu Administrasi dan satu dosen dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia.