Bincang wastra Perhimpunan Wastraprema soroti nilai-nilai Batik

id wastra bercerita himpunan wastraprema,perhimpunan wastraprema,batik solo,neneng iskandar,go tik swan

Bincang wastra Perhimpunan Wastraprema soroti nilai-nilai Batik

Perhimpunan Wastraprema menggelar bincang-bincang “Wastra Bercerita Himpunan Wastraprema” di Solo, Jawa Tengah (ANTARA/HO/Perhimpunan Wastraprema)

Jakarta (ANTARA) - Perhimpunan Wastraprema menggelar bincang-bincang “Wastra Bercerita Himpunan Wastraprema” di Solo, Jawa Tengah, dan sekitarnya, menampilkan puluhan koleksi Batik Solo dan membahas jejak budayanya.

“Kegiatan ini diharapkan dapat mengajak berbagai kalangan untuk mengenal dan mempelajari wastra, dalam hal ini Batik Solo. Karena Wastra tidak sekedar kain tetapi ada nilai-nilai filosofinya,” ujar Ketua Umum Himpunan Wastraprema Neneng Iskandar, melalui rilis pers Minggu.

Gelaran tahunan Perhimpunan Wastraprema dalam mengisi Wisata Wastra 2024 tersebut digelar selama dua hari (29-30 November) di empat lokasi, yakni Pura Mangkunegaran, Museum Danar Hadi, Museum Batik Keris dan Batik Bayat Klaten.

Acara ini menghadirkan berbagai ahli wastra, termasuk Neneng Iskandar, yang mengulas jejak sejarah batik Solo, mulai dari peran keraton dalam pengembangan batik, hingga kiprah Go Tik Swan (GTS), seorang pelopor batik Indonesia.

GTS dikenal sebagai tokoh yang memadukan batik Jawa Tengah dan pesisiran, menciptakan Batik Indonesia yang dikenalkan kepada Presiden Sukarno pada masa lalu. Pada acara yang diadakan di Pura Mangkunegaran, dibahas juga filosofi dan makna batik, serta cerita di balik koleksi batik Keluarga Pura Mangkunegaran.

Neneng Iskandar menyebut bahwa GTS membawa konsep "Nunggak Semi," yang mengedepankan pentingnya mempelajari warisan lama untuk menciptakan karya baru. Batik karya GTS juga dipamerkan di acara ini, memperlihatkan teknik dan kesabaran yang tinggi dalam pembuatannya.

Baca juga: Desainer nasional membawa batik naik kelas

Selain itu, bincang-bincang tersebut juga mengangkat tema perkembangan industri batik, terutama di kawasan Laweyan dan Kauman, yang menjadi pusat produksi batik Solo sejak abad ke-19.

Gelaran ini semakin meriah dengan diskusi tentang Batik Bayat, salah satu motif batik khas Klaten yang terus dilestarikan oleh para perajin muda.

Baca juga: Girl Group MAMAMOO kenakan batik Solo saat tampil di Jakarta

“Harapannya melalui kegiatan yang diikuti berbagai kalangan pencinta dan penggiat wastra ini akan lebih memperluas jaringan komunikasi dan kerja sama dalam pengembangan wastra nusantara, sekaligus meningkatkan pemberdayaan pelaku atau komunitas pengrajin wastra batik di tanah air,” kata Neneng.