Australia fasilitasi tiga desainer Indonesia berbagi ilmu batik di Melbourne

id kedubes australia,fashion exchange program australia,desainer indonesia,batik,fesyen,fashion week

Australia fasilitasi tiga desainer Indonesia berbagi ilmu batik di Melbourne

Sekretaris Eksekutif BAPETEN, Sugeng Sumbarjo (kedua dari kiri) dan Dirjen Australian Safeguards and Non-Proliferation Office (ASNO) (kedua dari kanan) menandatangani MoU baru dalam rangka memperkuat kemitraan nuklir di Jakarta, Selasa (18/2/2025). (ANTARA FOTO/HO-Kedubes Australia)

Jakarta (ANTARA) - Kedutaan Besar Australia mengadakan program pertukaran fesyen guna memfasilitasi tiga desainer kenamaan tanah air untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan mengenai batik di Melbourne, Australia.

“Mereka akan berangkat ke Melbourne pada hari Minggu ini untuk berbagi wawasan dengan audiens Australia mengenai pentingnya budaya batik dan fesyen sebagai bagian dari Melbourne Fashion Week,” kata Kuasa Usaha Australia untuk Indonesia Gita Kamath dalam acara jamuan malam di Jakarta, Kamis.

Kamath menyampaikan bahwa Australia dan Indonesia telah membangun kemitraan yang sangat kuat melalui berbagai kolaborasi dalam diplomasi fesyen, yang menggabungkan kreativitas, bakat, dan semangat bersama untuk inovasi.

Program pertukaran kali ini merupakan kunjungan balik dari Emerging Designers Bootcamp untuk Jogja Fashion Week 2024, sebuah program yang diadakan dalam rangka merayakan ulang tahun ke-75 hubungan diplomatik Australia-Indonesia dengan melibatkan tiga orang desainer Australia

Ketiga desainer bernama Auguste Soesastro, Lia Mustafa and Nonita Respati, juga akan turut memamerkan beberapa koleksi terbaru dan berinteraksi dengan desainer mode dan industri kreatif Australia untuk mempelajari lebih lanjut tentang pentingnya keberlanjutan dan hubungan budaya dalam sektor fesyen dari perspektif Australia.

“Inisiatif ini adalah kesempatan luar biasa untuk memperkuat hubungan kita dan mendukung pertumbuhan desainer berbakat dari kedua negara. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan selamat yang sebesar-besarnya kepada para desainer yang memulai perjalanan menarik ini ke Melbourne,” ucap Kamath.

Pada kesempatan yang sama, Lia Mustafa mengatakan bahwa Yogyakarta merupakan sister city dari Victoria, sehingga dirinya berharap desainer dari masing-masing negara dapat saling belajar mengenai karya satu sama lain. Lia mengaku akan berbagi pengetahuan mengenai cerita dan makna dibalik batik.

Baca juga: Melukis asa dari membatik di balik tembok lapas

“Misalkan banyak batik-batik klasik di Yogyakarta. (Batik) Mataraman dulu awalnya kenapa hanya di keraton. Nah, ketika keluar jadinya seperti apa? Kita boleh apa aja sih batik itu? Ternyata boleh loh banyak sekali. Bahkan kita boleh mengkombinasikan batik Yogyakarta dengan batik daerah lain,” ucap dia.

Sedangkan Nonita Respati menyampaikan bahwa dirinya akan berbagai mengenai pengalamannya dalam menciptakan motif batik sendiri dan pengalaman dalam berinovasi agar bisa menekan biaya produksi.

Baca juga: Deputy Minister Ganesha seeks youngsters' help to preserve batik

“Dari 2010, saya mulai mengolah batik motif saya sendiri dan memang arahnya ke kontemporer. Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu yang berbeda juga, terus juga bagaimana sih caranya membuat biaya produksi batik itu tidak terlalu besar, sehingga masih terjangkau untuk segala kalangan,” jelasnya.