Jakarta (ANTARA) - Peneliti Pusat Riset Fisika Kuantum Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) M. Shoufie Ukhtary memperkenalkan baterai kuantum yang disebut mampu melakukan pengisian daya lebih cepat, lebih efisien, serta memiliki daya tahan lebih baik daripada baterai konvensional.
Shoufie mengatakan baterai kuantum merupakan salah satu inovasi di bidang energi yang memanfaatkan sistem kuantum sebagai media penyimpanan energi dalam eksitasi kuantumnya.
"Energi tersimpan ini dapat diekstraksi untuk melakukan usaha, bekerja berdasarkan prinsip superposisi keadaan dan keterjeratan (entanglement)," kata Shofie dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Lebih lanjut, Shoufie menjelaskan model sederhana baterai kuantum yang terdiri atas subsistem charger dan baterai. Proses pengisiannya dilakukan melalui medan eksternal, sementara energi yang tersimpan dapat bertahan dari disipasi lingkungan.
Baca juga: BRIN highlights AI as key ally in bolstering food security
Adapun kemampuan efisiensi sistem baterai kuantum berasal dari konsep ergotropy yaitu energi maksimum yang dapat diekstraksi menjadi usaha.
“Ergotropy merepresentasikan efisiensi sistem baterai kuantum. Model terbaru kami menunjukkan bagaimana menambahkan efek non-linearitas dan menggunakan metode delta-pulse driving mampu meningkatkan kinerja baterai, baik dalam hal energi tersimpan, kecepatan pengisian, maupun efisiensi ekstraksi energi,” ujarnya.
Baca juga: PPI kukuhkan tujuh periset muda terbaik Indonesia
Terkait pengembangan baterai ini, pihaknya melakukan sejumlah riset seperti studi pengisian super-ekstensif yang memanfaatkan interaksi kolektif antara subsistem untuk mempercepat pengisian energi. Lalu riset inovasi dalam pemanfaatan molekul organik sebagai medium baterai kuantum.
Dengan semakin berkembangnya teknologi baterai kuantum, Shoufie optimistis, inovasi ini dapat menjadi solusi energi masa depan sekaligus berkontribusi terhadap pengembangan energi yang berkelanjutan.