Karawang, Jawa Barat (ANTARA) - Presiden Prabowo Subianto mengatakan, ekosistem industri baterai listrik terintegrasi merupakan bentuk kerja sama kolosal antarnegara yang ditandai kerja sama dengan China.
“Kita bisa bekerja sama dengan program yang menurut saya ini termasuk, bisa dikatakan, kolosal. Bisa dikatakan terobosan luar biasa,” ujar Prabowo dalam Groundbreaking Ekosistem Industri Baterai Listrik Terintegrasi Konsorsium ANTAM-IBC-CBL di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH) di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Minggu.
Dari sini, lanjut Presiden, Indonesia bisa menghasilkan energi terbarukan dan ramah lingkungan yang dicita-citakan seluruh dunia.
Prabowo didampingi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meresmikan Groundbreaking Ekosistem Industri Baterai Listrik Terintegrasi Konsorsium ANTAM-IBC-CBL di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH) di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Minggu.
Bahlil menekankan bahwa seluruh proyek hilirisasi harus berkeadilan, sesuai dengan arahan Prabowo.
"Saya minta kepada perusahaannya, agar hilirisasi ini jangan hanya yang untung itu investor dan Pemerintah Pusat. Jadi hilirisasi atas arahan Bapak Presiden harus berkeadilan. Adil untuk pengusaha daerah, adil juga untuk masyarakat, dan adil juga untuk Pemerintah Daerah," kata Bahlil.
Bahlil juga menyampaikan bahwa proyek ini adalah gagasan awal untuk melakukan kolaborasi antara negara yang kaya sumber daya alam, dengan negara yang unggul dalam teknologi dan tujuan pasar.
Baca juga: Kementerian ESDM bahas tantangan panas bumi
"Indonesia itu betul, dari bahan baterai, nikel, mangan, kobalt, dan lithium, yang kita tidak punya itu tinggal lithium. Mangan, kobalt, dan nikel kita punya semua. Tetapi teknologi itu memang belum terlalu kita miliki secara komprehensif. Karena itu kita lakukan kerjasama dengan teman-teman dari Tiongkok, khususnya CATL," ujar Bahlil.
Baca juga: Gunung Raung Jatim kembali erupsi
Proyek Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi terdiri dari enam subproyek proyek utama, di mana lima proyek dikembangkan di Kawasan Feni Haltim (FHT) Halmahera Timur, Maluku Utara, dan satu proyek dikembangkan di Karawang, Jawa Barat.
Proyek ini merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan nilai investasi sebesar 5,9 miliar dolar AS dan mencakup area seluas 3.023 hektar, serta mampu menyerap 35.000 tenaga kerja langsung, pertumbuhan ekonomi lokal, dan 18 proyek infrastruktur dermaga multifungsi.
