Lombok Tengah (ANTARA) - Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mendorong kembalinya kejayaan pagi Goro Rancah dengan melakukan uji coba penanaman padi verietas Gamagora 7 hasil penelitian pakar pertanian dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang mampu menghasilkan produksi sebanyak 12 ton gabah per hektare.
Momentum bersejarah tersebut ditandai dengan penanaman simbolis oleh Ketua Dewan Pimpinan Nasional (DPN) HKTI, Fadli Zon, didampingi Wakil Menteri Pertanian Sudaryono, Ketua DPD HKTI NTB, H Willgo Zainar, Pj Gubernur NTB Hassanudin, dan Bupati Lombok Tengah Fathul Bahri di Dusun Batu Belek, Desa Pengembur, Kecamatan Pujut, Senin (6/1).
Ketua DPD HKTI NTB, H Willgo Zainar menegaskan pentingnya inovasi pertanian untuk mencapai kedaulatan pangan nasional. Menurutnya, Presiden Prabowo Subianto telah menekankan penguatan sektor pertanian sebagai prioritas utama pemerintah.
"Hari ini menjadi momen bersejarah, di mana hasil inovasi terbaru, varietas padi unggul Gamagora 7, resmi diperkenalkan kepada publik. Ini adalah bukti nyata komitmen kami dalam mendukung ketahanan pangan nasional," katanya.
Ia mengatakan padi varietas Gamagora 7 telah melalui uji coba selama dua musim tanam dengan hasil yang luar biasa. Produktivitasnya mampu mencapai 12 ton per hektare, dua kali lipat dari rata-rata hasil panen varietas sebelumnya yang hanya 6-7 ton per hektare.
"Padi Gamagora 7 adalah solusi strategis untuk meningkatkan produktivitas pertanian, khususnya di lahan tadah hujan. Ini adalah inovasi nyata yang kami percaya akan membawa manfaat besar bagi petani," ujar Willgo yang juga menjabat Komisaris Independen PT Krakatau Steel Tbk (KRAS).
Baca juga: Sebanyak 1.003 pompa tersalurkan di Riau perluasan areal tanam
Selain memiliki produktivitas tinggi, varietas tersebut juga dikenal adaptif terhadap perubahan iklim dan kondisi lahan kering. Hal ini menjadikan Gamagora 7 sebagai salah satu padi "amphibi" terbaik yang dapat ditanam baik di lahan basah maupun kering.
Dengan keberhasilan pengembangan Gamagora 7, Willgo optimis untuk mengembalikan kejayaan padi gogo rancah di NTB. Tentunya, dukungan penuh dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan pusat, menjadi kunci dalam memastikan keberlanjutan program ini.
"Padi gogo rancah pernah menjadi simbol keberhasilan pertanian kita. Dengan inovasi Gamagora 7, kami percaya kejayaan itu bisa kembali terulang," ucapnya.
Ketua DPN HKTI, Fadli Zon juga menyatakan bahwa pengembangan varietas unggul seperti Gamagora 7 merupakan langkah konkret dalam mendukung target kedaulatan pangan nasional yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
Salah satu tujuannya adalah mengurangi ketergantungan pada impor pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani lokal.
"Dengan inovasi ini, kita tidak hanya menanam padi, tetapi juga menanam harapan dan masa depan cerah bagi sektor pertanian Indonesia. Bismillah, dengan semangat gotong royong, kita yakin akan memberikan dampak besar pada perekonomian nasional," katanya.
HKTI juga berencana mendistribusikan benih Gamagora 7 ke berbagai wilayah di Indonesia, agar semakin banyak petani yang merasakan manfaat dari varietas unggul ini.
Padi gogo rancah memiliki sejarah panjang di Lombok sebagai salah satu solusi pertanian lahan kering. Sistem ini diperkenalkan oleh Ayat Wiraspati, seorang mantri pertanian yang kemudian menjadi Kepala Dinas Pertanian.
Baca juga: Areal tanam padi gogo di NTB diperluas agar tidak punah
Pada era Gubernur NTB Gatot Suherman, sistem gogo rancah menjadi bagian dari program "Operasi Tekad Makmur", yang sukses mendorong swasembada pangan di NTB pada tahun 1984.
Keberhasilan tersebut membuat NTB dijuluki sebagai Bumi Gora. Sistem gogo rancah dikenal ekonomis karena biaya produksinya yang lebih rendah dibandingkan sistem pertanian konvensional.
Padi gogo sendiri merupakan jenis padi yang dapat tumbuh di lahan tadah hujan tanpa membutuhkan irigasi khusus.