Mataram (Antaranews NTB) - Puluhan penyandang tuna rungu di Mataram, Nusa Tenggara Barat, saat ini rutin setiap malam Jumat mengikuti dakwah Jamaah Tabligh di Masjid Raya At-Taqwa.
"Sejak 2013, komunitas jamaah tuna rungu ikut berdakwah di Mataram," kata Hariri, penerjemah bahasa isyarat kepada Antaranews NTB di Mataram, Jumat.
Ia menjelaskan sudah ada 70 disabilitas tunarungu se-pulau Lombok yang pernah ikut program dakwah jamaah tabligh, namun yang rutin hadir setiap malam Jumat sekitar 30 orang.
Sebagian besar mereka anggota Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gertakin) wilayah Mataram, sambung Hariri.
"Di antara jamaah tunarungu ada yang sarjana, berprofesi sebagai guru di Sekolah Luar Biasa (SLB), ada yang di bidang desain grafis," jelas Hariri.
Ia menyebutkan penyandang disabilitas tunarungu butuh perhatian semua pihak untuk membantu mereka memperoleh pekerjaan.
"Alhamdulillah, dakwah ini bisa menjadi sarana berinteraksi dengan dunia luar bagi komunitas tunarungu," katanya.
Abdullah, salah seorang anggota jamaah tabligh menjelaskan ada lima penerjemah bahasa isyarat yang sudah berpengalaman di masjid raya At-Taqwa Mataram yang merupakan markas dakwah jamaah tabligh di Lombok.
"Lima penerjemah itu berpengalaman dalam menggunakan bahasa isyarat untuk penyandang disabilitas tunarungu," katanya.
Azmi, salah seorang dari komunitas tunarungu yang rutin hadir berprofesi sebagai guru di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Praya, Lombok Tengah.
"Saya juga mengajak murid-murid saya mengikuti kegiatan pengajian ini," katanya.
"Sejak 2013, komunitas jamaah tuna rungu ikut berdakwah di Mataram," kata Hariri, penerjemah bahasa isyarat kepada Antaranews NTB di Mataram, Jumat.
Ia menjelaskan sudah ada 70 disabilitas tunarungu se-pulau Lombok yang pernah ikut program dakwah jamaah tabligh, namun yang rutin hadir setiap malam Jumat sekitar 30 orang.
Sebagian besar mereka anggota Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gertakin) wilayah Mataram, sambung Hariri.
"Di antara jamaah tunarungu ada yang sarjana, berprofesi sebagai guru di Sekolah Luar Biasa (SLB), ada yang di bidang desain grafis," jelas Hariri.
Ia menyebutkan penyandang disabilitas tunarungu butuh perhatian semua pihak untuk membantu mereka memperoleh pekerjaan.
"Alhamdulillah, dakwah ini bisa menjadi sarana berinteraksi dengan dunia luar bagi komunitas tunarungu," katanya.
Abdullah, salah seorang anggota jamaah tabligh menjelaskan ada lima penerjemah bahasa isyarat yang sudah berpengalaman di masjid raya At-Taqwa Mataram yang merupakan markas dakwah jamaah tabligh di Lombok.
"Lima penerjemah itu berpengalaman dalam menggunakan bahasa isyarat untuk penyandang disabilitas tunarungu," katanya.
Azmi, salah seorang dari komunitas tunarungu yang rutin hadir berprofesi sebagai guru di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Praya, Lombok Tengah.
"Saya juga mengajak murid-murid saya mengikuti kegiatan pengajian ini," katanya.