Surabaya (ANTARA) - Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur resmi menetapkan Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur terpilih 2025-2030 pada Kamis (6/2). Kemenangan ini bukan sekadar kemenangan politik, tetapi juga sebuah mandat besar untuk membawa provinsi Jawa Timur ke babak baru dalam sejarah pembangunan nasional.

Narasi Jawa Timur Gerbang Baru Nusantara yang diusung bukan sekadar slogan kampanye, tetapi memiliki signifikansi taktis dalam dinamika pembangunan Indonesia ke depan. Sebagai provinsi dengan perekonomian terbesar kedua setelah Daerah Khusus Jakarta, Jawa Timur memiliki posisi geografis, ekonomi, dan sosial-budaya yang strategis dalam mendukung visi Indonesia Sentris. 

Selama ini, Jawa Timur dikenal sebagai lumbung pangan nasional, pusat industri manufaktur, dan jalur logistik utama yang menghubungkan kawasan barat dan timur Indonesia. Dengan semakin mengemukanya pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur, Jawa Timur mengemban peran sebagai center of gravity: menjadi simpul utama dalam mendukung transformasi Indonesia ke arah pemerataan pembangunan yang lebih berkeadilan.

Narasi Politik dan Keniscayaan Modal Pembangunan

Kontestasi dalam ruang demokrasi tak lepas dari riuhnya narasi politik. Sekalipun arus besar menyebutnya sebagai omong kosong belaka, Profesor Kebijakan Publik dan Ilmu Politik, Frederick W. Mayer (2014) dalam karya monumentalnya Narrative Politics, menghadirkan pemahaman bahwa narasi politik berfungsi untuk menggerakkan perilaku kelompok, serta mengarahkan pencapaian kepentingan kolektif. 

Narasi politik menggambarkan political will, yang acapkali menunjukkan arah kebijakan dan komitmen kontestan politik terpilih. Narasi Gerbang Baru Nusantara yang diusung oleh Khofifah-Emil menjadi sebuah konstruksi legitimasi yang mengandung kekuatan simbolis untuk memvalidasi posisi Jawa Timur sebagai provinsi dengan peran sentral dalam arsitektur pembangunan Indonesia yang lebih terintegrasi. 

Jawa Timur memiliki semua prasyarat untuk menjadi simpul utama pertumbuhan ekonomi nasional serta pintu gerbang perdagangan dan industri menuju kawasan timur Indonesia. Keniscayaan modal pembangunan ini menjawab pandangan skeptis yang menganggap narasi politik hanya sebagai janji manis politisi. Dengan jumlah penduduk yang diproyeksikan mencapai 42,08 juta jiwa pada 2025 dan meningkat hingga 44,86 juta jiwa pada 2045, Jawa Timur memiliki tenaga kerja produktif yang melimpah sebagai most valuable asset dalam transformasi industri dan ekonomi berbasis teknologi.

Di sektor sumber daya alam, Jawa Timur menyimpan cadangan gas sebesar 5,378 miliar cubic feet dan minyak bumi 264 juta barel, ditambah potensi 25.542 MW energi terbarukan dari panas bumi, mikro hidro, bioenergi, hingga surya dan angin. Sumber energi ini menjadikan Jawa Timur sebagai pusat industri berkelanjutan yang mampu menopang kebutuhan nasional, termasuk dalam mendukung pembangunan IKN.

Sebagai pilar ketahanan pangan nasional, Jawa Timur mendominasi produksi komoditas strategis: padi (9,52 juta ton), jagung (6,6 juta ton), cabai rawit (646 ribu ton), susu (543,68 ribu ton), dan telur (1,31 juta ton). Keunggulan ini membuka peluang besar bagi pengembangan agroindustri dan hilirisasi produk pangan, memperkuat posisi Jawa Timur sebagai pusat distribusi utama bagi kawasan timur Indonesia.

Pariwisata dan ekonomi kreatif juga menjadi elemen penggerak. Dengan 1.316 destinasi wisata dan 596 desa wisata, serta kunjungan 99.810 wisatawan mancanegara, Jawa Timur memiliki potensi ekonomi berbasis budaya dan ekowisata yang dapat dikapitalisasi sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru.

Lebih dari sekadar potensi ekonomi, modal sosial Jawa Timur yang ditopang oleh semangat gotong royong dan musyawarah mufakat menjadi faktor penguat dalam mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. 

Di sinilah kekuatan narasi politik dan keniscayaan modal pembangunan bertemu, memperkuat satu sama lain dalam menciptakan kebijakan pembangunan yang tidak hanya visioner, tetapi juga praktis dan relevan dengan kebutuhan zaman.

Lebih dari Sekadar Penyangga

Keberhasilan Jawa Timur sebagai Gerbang Baru Nusantara tidak bisa hanya bergantung pada modal demografi yang kuat, sumber daya alam yang melimpah, dominasi sektor agroindustri, serta kapasitas logistik yang memadai. Diperlukan kepemimpinan yang transformatif, kebijakan yang progresif, serta sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sipil untuk mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki.

Khofifah-Emil setidaknya telah membangun pondasi gagasan yang cukup kokoh melalui Nawa Bhakti Satya Jilid 2. Berbagai inisiatif program, seperti Youth Agrifuture-Hub, Jatim Agro-Hub, Agri-Industri Pedesaan, dan Trans Laut Jatim menjadi bagian dari rencana pengejawantahan narasi besar Gerbang Baru Nusantara.

Ke depan, Jawa Timur harus melampaui perannya sebagai koridor logistik dan memperkuat posisinya sebagai pusat inovasi, lumbung pangan, industrialisasi, serta penggerak ekonomi berbasis hilirisasi dan digitalisasi. Dengan komitmen yang kuat, bukan tidak mungkin Jawa Timur akan menjadi episentrum pertumbuhan baru yang mampu mendorong kesejahteraan nasional dan mewujudkan pembangunan yang lebih berkeadilan bagi seluruh wilayah Indonesia.

Pada akhirnya, kemenangan Khofifah-Emil adalah awal dari sebuah perjalanan, dan sinergi masyarakat menjadi energi penggerak untuk membuka Gerbang Baru Nusantara. 

*) Penulis adalah Asisten Dosen dan Peneliti Departemen Administrasi Publik, Universitas Airlangga


Pewarta : Muhammad Dzulfikar Al Ghofiqi *)
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2025