Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Swiss melanjutkan kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan vokasi.
Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata Martini M. Paham menyampaikan bahwa kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan kejuruan ganda Dual Vocational Education and Training atau Dual VET) ditujukan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten dan profesional.
"Ini dilakukan dengan menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten dan profesional sesuai dengan kebutuhan pasar, salah satunya melalui pendidikan vokasi yang berorientasi pada praktik sebagai fondasi utama dalam mencetak tenaga kerja yang unggul," katanya sebagaimana dikutip dalam keterangan pers kementerian di Jakarta, Jumat.
Saat menyampaikan sambutan pada acara bertajuk "Skills in Action Forum: Advancing Competitiveness" di Jakarta, Kamis (27/2), Martini menyampaikan bahwa kerja sama Indonesia dengan Swiss yang dilakukan sejak tahun 2018 dilanjutkan untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja dan daya saing Indonesia.
Dalam kerja sama tersebut, ia menjelaskan, pendekatan Dual VET yang meliputi keahlian untuk daya saing (Skills for Competitiveness/S4C) dan pendidikan pariwisata berkelanjutan (Sustainable Tourism Education Development/STED) diterapkan dalam upaya peningkatan keterampilan di lembaga pendidikan dan tempat kerja.
Pemerintah Swiss dalam hal ini bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian serta politeknik di bawah naungan Kementerian Pariwisata dan Kementerian Perindustrian.
Politeknik Pariwisata Lombok dipilih sebagai lembaga pendidikan sasaran pada fase pertama kolaborasi ini.
Pada fase pertama, Kementerian Pariwisata bersama Sekretariat Negara untuk Urusan Ekonomi Swiss (State Secretariat for Economic Affairs/SECO) menjalankan program seperti Community Coaching on Sustainability (COCOS) untuk SUSTOUR Project pada 2022 dan 2023 untuk mendukung praktik pariwisata berkelanjutan.
Hingga tahun 2023, program ini telah mendampingi delapan desa, melatih 34 pelatih utama dan 36 pelatih baru, serta membantu tujuh penyedia layanan konsultasi yang menjual layanan mereka ke pemerintah dan yayasan swasta.
Program ini juga mendorong pengembangan 10 produk dan layanan tur berkelanjutan baru untuk meningkatkan daya saing destinasi wisata berbasis komunitas.
Program lain yang dijalankan yakni Training of Trainers on Hospitality Practices on Sustainability dan program pelatihan The Swiss Federation for Adult Learning (SVEB).
Baca juga: Mendiktisaintek minta perguruan vokasi tidak hanya fokus ilmu terapan
Saat ini pelaksanaan kerja sama sudah memasuki fase kedua. Swisscontact bertindak sebagai lembaga pelaksana dalam proyek kerja sama yang dilaksanakan hingga tahun 2027 di enam politeknik pariwisata di bawah Kementerian Pariwisata.
"Upaya ini untuk mengatasi kesenjangan pendidikan sekaligus meningkatkan daya saing tenaga kerja dan perusahaan di Indonesia," kata Martini.
Baca juga: Para delegasi AIYEP ikuti ragam praktik di SMKN 3 Mataram
Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Timor-Leste, dan ASEAN Olivier Zehnder menyampaikan bahwa ekonomi yang kompetitif dibangun dengan tenaga kerja terampil, adaptif, tangguh, dan siap memenuhi permintaan ekonomi yang berkembang pesat.
"Karenanya, fase baru ini berfokus pada penanganan tantangan yang tersisa untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia sebagai kekuatan yang lebih besar dan memperkuat daya saing," katanya.
"Kami yakin dengan pendekatan pendidikan dan pelatihan vokasi ganda, kita dapat memainkan peran transformatif dalam menutup kesenjangan keterampilan di Indonesia," ia menambahkan.