Hamparan pasir putih dihiasi cemara laut (Casuarina equisetifolia L.) serta panorama bawah laut dengan berbagai spesies ikan hias maupun terumbu karang, menambah keindahan objek wisata Gili (pulau kecil) Terawangan.
Di objek wisata yang luasnya 340 hektare itu hingga kini hanya menggunakan alat transportasi tanpa mesin, yakni "cidomo" (sejenis kereta kuda) dan sepeda dayung.
Tak jauh dari objek wisata bahari yang paling ramai dikunjungi wisatawan mancanegara dan Nusantara itu terbentang gili (pulau kecil) Meno yang tak kalah eksotis. Di tengah-tengah pulau itu terdapat danau berair bening yang dikelilingi hutan mangrove.
Kendati tak seramai Gili Trawangan, suasana Gili Meno yang jauh dari hingar bingar, suasana sunyi nan romantis menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berbulan madu. Selain Danau Meno yang juga dikenal dengan sebutan danau garam, keunikan lain di pulau kecil ini ada spot Gili Meno Wall, wisatawan bisa menyaksikan penyu-penyu berenang di pagi hingga sore hari.
Di gugusan tiga pulau itu juga terdapat Gili Air yang bersebalahan dengan Gili Meno. Gili Air merupakan pulau terdekat dengan daratan dengan jumlah penduduk terbanyak dibandingkan dengan dua gili lainnya.
Sejatinya dengan berbagai keindahan panorama dan keunikan tiga pulau yang kerap disebut "Gili Matra" (Gili Meno, Gili Air dan Gili Trawangan) ini menjadi ikon pariwisata Nusa Tenggara Barat. Bahkan menjadi primadona dan barometer pariwisata NTB.
Objek wisata bahari ini nyaris tak pernah sepi dari kunjungan wisatawan Nusantara maupun mancanegara. Setiap hari ratusan, bahkan ribuan pelancong membanjiri objek wisata bahari yang datang melalui Pelabuhan Bangsal dan Teluk Nara maupun yang datang dari Bali menggunakan kapal cepat.
Namun bencana gempa beruntun yang terjadi di penghujung Juli dan berlanjut hingga Agustus 2018 itu telah memporakporandakan bangunan rumah maupun perkantoran, tak terkecuali sejumlah hotel dan restoran yang tersebar di Gili Matra tersebut.
Musibah gempa bumi beruntun yang mengguncang Pulau Lombok dan Kabupaten Sumbawa yang diawali dengan gempa bermagnitudo 6,4 pada 29 Juli 2018 yang kemudian diperparah oleh gempa bumi dengan magnitudo 7,0, tak hanya menyisakan duka mendalam bagi sebagian warga, tetapi juga berdampak terhadap sektor pariwisata Lombok dan Provinsi NTB umumnya.
Bencana gempa bumi dahsyat itu tak hanya memorakporandakan puluhan ribu rumah warga, terutama di Kabupaten Lombok Utara, tetapi juga merusak sejumlah fasilitas wisata, seperti hotel dan restoran di objek wisata tiga gili (pulau kecil) Trawangan, Meno dan Gili Air. Bahkan ribuan wisatawan Nusantara dan mancanegara terpaksa dievakuasi dari tempat pelancongan yang kian mendunia itu.
Kini musibah gempa bumi telah berlalu. Masyarakat mulai bangkit kendati untuk sementara menempati rumah sementara. Sektor pariwisata Lombok juga mulai menggeliat, wisatawan mulai ramai berkunjung ke objek wisata tiga gili yang masih dihiasi runtuhan bangunan hotel dan restoran itu.
Pemerintah terus berupaya mendorong agar kejayaan pariwisata "Bumi Gora" (nama lain Provinsi NTB) bisa segera pulih. Tak ketinggalan para pelaku usaha wisata dan masyarakat setempat juga tak tinggal diam. Intinya semua elemen masyarakat bersinergi membangun kembali sektor pariwisata NTB.
Pelaku wisata di Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara, NTB yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Gili Trawangan (APGT), Gili Hotel Association, dan Gili Eco Trust menggagas Gili Strong Triathlon 2018. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya mempecepat kebangkitan pariwisata Lombok dan NTB umumnya.
Ketua APGT yang juga Ketua Panitia Gili Strong Triathlon, Acok Zani Bassok mengatakan, ajang "sport tourism" yang menggabungkan lari maraton, renang, dan bersepeda itu dihajatkan untuk mendukung pemulihan pariwisata NTB untuk bangkit, sekaligus meningkatkan angka kunjungan wisatawan ke daerah itu.
Ajang ini merupakan kiat para pelaku wisata untuk Lombok Bangkit. Selain itu juga untuk mendongkrak tingkat hunian di Trawangan. Diharapkan upaya ini membuahkan hasil agar bisnis pelancongan di NTB bergairah kembali.
Gili Strong Triathlon digelar di penghujung tahun 2018, tepatnya pada Sabtu (22/12) di Gili Trawangan.
Sementara itu, General Manager Warna Hotel Bar dan Restaurant Trawangan Ricky Rikardus menjelaskan dalam ajang itu, para peserta berkompetisi lari 7 kilometer, renang 600 meter, dan bersepeda 5 kilometer.
Ricky yang juga bendahara Panitia Gili Strong Triathlon mengatakan lintasannya di Gili Trawangan. Jadi selain berkompetisi olahraga, peserta juga bisa menikmati keindahan Gili Trawangan. Selain itu, dalam ajang tersebut juga disediakan sejumlah stand kuliner yang bisa memanjakan selera para wisatawan yang datang.
Sejumlah atraksi seni dan budaya khas juga mengisi kegiatan itu, sehingga tamu yang datang sangat terkesan dengan Gili Strong Triathlon.
Kerja keras dan upaya tak kenal lelah dari berbagai komponen pascagempa Lombok mulai membuahkan hasil. Perlahan, namun pasti geliat pariwisata di bumi "Seribu Masjid" itu mulai bangkit. Ini ditandai dengan kian ramainya arus kunjungan wisatawan Nusantara maupun mancanegara ke Lombok.
Lebih Cepat
Pemulihan pariwisata NTB pascagempa bumi beruntun yang terjadi pada akhir Juli hingga Agustus 2018 ternyata lebih cepat dari target sebelumnya. Ini tak terlepas dari perjuangan dan kerja keras pemerintah daerah bersama para pelaku usaha wisata dan masyarakat.
Ketua Kerja Pemulihan Destinasi dan Promosi Pariwisata NTB Bangkit, Dr Farid Said mengatakan, cepatnya pemulihan pariwisata NTB ini bisa dilihat dari mulai meningkatnya kunjungan wisatawan ke sejumlah objek wisata, khususnya di Pulau Lombok, terutama di Kota Mataram, Mandalika di Kabupaten Lombok Tengah, Senggigi di Lombok Barat dan kawasan tiga Gili (Trawangan, Air dan Meno) di Kabupaten Lombok Utara.
Awalnya pemulihan pariwisata NTB diperkirakan baru akan terjadi di awal 2019. Namun yang terjadi justru lebih cepat, karena memang tidak semua objek wisata terkena dampak gempa. Kendati terdampak gempa objek wisata tiga gili ternyata relatif cepat pulih, bahkan nampak sejumlah wisatawan mancanegara ikut membantu warga memperbaiki rumah.
Farid mengakui, dari beberapa objek utama yang ada, kawasan tiga Gili (Trawangan, Air dan Meno) di Kabupaten Lombok Utara yang dinilai paling cepat proses pemulihannya. Hal ini dipengaruhi banyak pelaku wisata di tiga Gili merupakan orang asing. Ditambah kawasan tiga Gili berdekatan dengan Bali, sehingga membantu proses pemulihan di wilayah itu.
Tak terasa kini sudah enam bulan bencana gempa bumi beruntun yang mengguncang Lombok berlalu. Para pelaku usaha wisata mulai membenahi tempat usahanya, seperti hotel dan restoran.
Kendati puing-puing bangunan masih berserakan nampaknya tak menjadi halangan bagi wisatawan untuk mengunjungi objek wisata tiga gili itu. Kendati dilanda gempa dahsyat tidak mengurangi daya tarik objek wisata itu.
Bahkan sebulan pascagempa 1.000 lebih wisatawan mengunjungi tempat pelancongan berkelas dunia itu. Ini merupakan salah satu indikator bahwa sektor pariwisata Lombok Utara, khususnya Tiga Gili secara pelan, namun pasti mulai pulih. Pada saat normal kunjungan wisatawan ke Tiga Gili rata-rata mencapai 2.500 per hari
Untuk mempercepat pemulihan pariwista Tiga Gili pascagempa Lombok Pemerintah Kabupaten Lombok Utara melalui Dinas Pariwisata setempat akan melakukan promosi, terutama untuk memberikan informasi bahwa objek wisata ini aman untuk dikunjungi.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lombok Utara H Muhammad mengatakan salah satu upaya yang dilakukan adalah menggelar Festival Reggae. Selan itu acara adat seperti "Gili Begawe". Karena itu pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak desa, untuk menyelenggarakan kegiatan tahunan tersebut.
Kerja keras dan perjuangan yang tak kenal menyarah diyakini akan mempecepat pemulihan dan mengembalikn kejayaan pariwisata "Gili Mtra", Trawangan, Meno dan Gili Air.(*)
Di objek wisata yang luasnya 340 hektare itu hingga kini hanya menggunakan alat transportasi tanpa mesin, yakni "cidomo" (sejenis kereta kuda) dan sepeda dayung.
Tak jauh dari objek wisata bahari yang paling ramai dikunjungi wisatawan mancanegara dan Nusantara itu terbentang gili (pulau kecil) Meno yang tak kalah eksotis. Di tengah-tengah pulau itu terdapat danau berair bening yang dikelilingi hutan mangrove.
Kendati tak seramai Gili Trawangan, suasana Gili Meno yang jauh dari hingar bingar, suasana sunyi nan romantis menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berbulan madu. Selain Danau Meno yang juga dikenal dengan sebutan danau garam, keunikan lain di pulau kecil ini ada spot Gili Meno Wall, wisatawan bisa menyaksikan penyu-penyu berenang di pagi hingga sore hari.
Di gugusan tiga pulau itu juga terdapat Gili Air yang bersebalahan dengan Gili Meno. Gili Air merupakan pulau terdekat dengan daratan dengan jumlah penduduk terbanyak dibandingkan dengan dua gili lainnya.
Sejatinya dengan berbagai keindahan panorama dan keunikan tiga pulau yang kerap disebut "Gili Matra" (Gili Meno, Gili Air dan Gili Trawangan) ini menjadi ikon pariwisata Nusa Tenggara Barat. Bahkan menjadi primadona dan barometer pariwisata NTB.
Objek wisata bahari ini nyaris tak pernah sepi dari kunjungan wisatawan Nusantara maupun mancanegara. Setiap hari ratusan, bahkan ribuan pelancong membanjiri objek wisata bahari yang datang melalui Pelabuhan Bangsal dan Teluk Nara maupun yang datang dari Bali menggunakan kapal cepat.
Namun bencana gempa beruntun yang terjadi di penghujung Juli dan berlanjut hingga Agustus 2018 itu telah memporakporandakan bangunan rumah maupun perkantoran, tak terkecuali sejumlah hotel dan restoran yang tersebar di Gili Matra tersebut.
Musibah gempa bumi beruntun yang mengguncang Pulau Lombok dan Kabupaten Sumbawa yang diawali dengan gempa bermagnitudo 6,4 pada 29 Juli 2018 yang kemudian diperparah oleh gempa bumi dengan magnitudo 7,0, tak hanya menyisakan duka mendalam bagi sebagian warga, tetapi juga berdampak terhadap sektor pariwisata Lombok dan Provinsi NTB umumnya.
Bencana gempa bumi dahsyat itu tak hanya memorakporandakan puluhan ribu rumah warga, terutama di Kabupaten Lombok Utara, tetapi juga merusak sejumlah fasilitas wisata, seperti hotel dan restoran di objek wisata tiga gili (pulau kecil) Trawangan, Meno dan Gili Air. Bahkan ribuan wisatawan Nusantara dan mancanegara terpaksa dievakuasi dari tempat pelancongan yang kian mendunia itu.
Kini musibah gempa bumi telah berlalu. Masyarakat mulai bangkit kendati untuk sementara menempati rumah sementara. Sektor pariwisata Lombok juga mulai menggeliat, wisatawan mulai ramai berkunjung ke objek wisata tiga gili yang masih dihiasi runtuhan bangunan hotel dan restoran itu.
Pemerintah terus berupaya mendorong agar kejayaan pariwisata "Bumi Gora" (nama lain Provinsi NTB) bisa segera pulih. Tak ketinggalan para pelaku usaha wisata dan masyarakat setempat juga tak tinggal diam. Intinya semua elemen masyarakat bersinergi membangun kembali sektor pariwisata NTB.
Pelaku wisata di Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara, NTB yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Gili Trawangan (APGT), Gili Hotel Association, dan Gili Eco Trust menggagas Gili Strong Triathlon 2018. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya mempecepat kebangkitan pariwisata Lombok dan NTB umumnya.
Ketua APGT yang juga Ketua Panitia Gili Strong Triathlon, Acok Zani Bassok mengatakan, ajang "sport tourism" yang menggabungkan lari maraton, renang, dan bersepeda itu dihajatkan untuk mendukung pemulihan pariwisata NTB untuk bangkit, sekaligus meningkatkan angka kunjungan wisatawan ke daerah itu.
Ajang ini merupakan kiat para pelaku wisata untuk Lombok Bangkit. Selain itu juga untuk mendongkrak tingkat hunian di Trawangan. Diharapkan upaya ini membuahkan hasil agar bisnis pelancongan di NTB bergairah kembali.
Gili Strong Triathlon digelar di penghujung tahun 2018, tepatnya pada Sabtu (22/12) di Gili Trawangan.
Sementara itu, General Manager Warna Hotel Bar dan Restaurant Trawangan Ricky Rikardus menjelaskan dalam ajang itu, para peserta berkompetisi lari 7 kilometer, renang 600 meter, dan bersepeda 5 kilometer.
Ricky yang juga bendahara Panitia Gili Strong Triathlon mengatakan lintasannya di Gili Trawangan. Jadi selain berkompetisi olahraga, peserta juga bisa menikmati keindahan Gili Trawangan. Selain itu, dalam ajang tersebut juga disediakan sejumlah stand kuliner yang bisa memanjakan selera para wisatawan yang datang.
Sejumlah atraksi seni dan budaya khas juga mengisi kegiatan itu, sehingga tamu yang datang sangat terkesan dengan Gili Strong Triathlon.
Kerja keras dan upaya tak kenal lelah dari berbagai komponen pascagempa Lombok mulai membuahkan hasil. Perlahan, namun pasti geliat pariwisata di bumi "Seribu Masjid" itu mulai bangkit. Ini ditandai dengan kian ramainya arus kunjungan wisatawan Nusantara maupun mancanegara ke Lombok.
Lebih Cepat
Pemulihan pariwisata NTB pascagempa bumi beruntun yang terjadi pada akhir Juli hingga Agustus 2018 ternyata lebih cepat dari target sebelumnya. Ini tak terlepas dari perjuangan dan kerja keras pemerintah daerah bersama para pelaku usaha wisata dan masyarakat.
Ketua Kerja Pemulihan Destinasi dan Promosi Pariwisata NTB Bangkit, Dr Farid Said mengatakan, cepatnya pemulihan pariwisata NTB ini bisa dilihat dari mulai meningkatnya kunjungan wisatawan ke sejumlah objek wisata, khususnya di Pulau Lombok, terutama di Kota Mataram, Mandalika di Kabupaten Lombok Tengah, Senggigi di Lombok Barat dan kawasan tiga Gili (Trawangan, Air dan Meno) di Kabupaten Lombok Utara.
Awalnya pemulihan pariwisata NTB diperkirakan baru akan terjadi di awal 2019. Namun yang terjadi justru lebih cepat, karena memang tidak semua objek wisata terkena dampak gempa. Kendati terdampak gempa objek wisata tiga gili ternyata relatif cepat pulih, bahkan nampak sejumlah wisatawan mancanegara ikut membantu warga memperbaiki rumah.
Farid mengakui, dari beberapa objek utama yang ada, kawasan tiga Gili (Trawangan, Air dan Meno) di Kabupaten Lombok Utara yang dinilai paling cepat proses pemulihannya. Hal ini dipengaruhi banyak pelaku wisata di tiga Gili merupakan orang asing. Ditambah kawasan tiga Gili berdekatan dengan Bali, sehingga membantu proses pemulihan di wilayah itu.
Tak terasa kini sudah enam bulan bencana gempa bumi beruntun yang mengguncang Lombok berlalu. Para pelaku usaha wisata mulai membenahi tempat usahanya, seperti hotel dan restoran.
Kendati puing-puing bangunan masih berserakan nampaknya tak menjadi halangan bagi wisatawan untuk mengunjungi objek wisata tiga gili itu. Kendati dilanda gempa dahsyat tidak mengurangi daya tarik objek wisata itu.
Bahkan sebulan pascagempa 1.000 lebih wisatawan mengunjungi tempat pelancongan berkelas dunia itu. Ini merupakan salah satu indikator bahwa sektor pariwisata Lombok Utara, khususnya Tiga Gili secara pelan, namun pasti mulai pulih. Pada saat normal kunjungan wisatawan ke Tiga Gili rata-rata mencapai 2.500 per hari
Untuk mempercepat pemulihan pariwista Tiga Gili pascagempa Lombok Pemerintah Kabupaten Lombok Utara melalui Dinas Pariwisata setempat akan melakukan promosi, terutama untuk memberikan informasi bahwa objek wisata ini aman untuk dikunjungi.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lombok Utara H Muhammad mengatakan salah satu upaya yang dilakukan adalah menggelar Festival Reggae. Selan itu acara adat seperti "Gili Begawe". Karena itu pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak desa, untuk menyelenggarakan kegiatan tahunan tersebut.
Kerja keras dan perjuangan yang tak kenal menyarah diyakini akan mempecepat pemulihan dan mengembalikn kejayaan pariwisata "Gili Mtra", Trawangan, Meno dan Gili Air.(*)