Dompu (ANTARA) - Puluhan warga Dusun Lanta, Desa Rasabou, Kecamatan Huu, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB) melaksanakan Shalat Idul Fitri 1446 Hijriah di Masjid Al Abas, Minggu.
Informasi yang dihimpun ANTARA, Shalat id ini dimulai pada pukul 07.00 Wita dan berakhir pukul 08.00 Wita. Warga berbondong-bondong memenuhi syaf di masjid dan dengan khusuk menjalankan ibadah 1 Syawal setelah menjalankan ibadah puasa tersebut.
Adapun petugas yang terlibat, M. Ali H. A. Hamid bertindak sebagai penuntun salat, sementara Imam Muhtar Jamaluddin memimpin jalannya salat dan Edy Kusnadi, bertugas sebagai khatib dan menyampaikan khutbah yang menyentuh hati jemaah.
Dalam khutbahnya, Edy Kusnadi mengajak seluruh jemaah untuk bersyukur dan mengungkapkan rasa terima kasih yang mendalam atas nikmat dan kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT untuk menjalankan ibadah puasa dan merayakan hari kemenangan ini.
"Hari ini adalah hari yang penuh berkah, kita bersyukur dapat berkumpul dan melaksanakan kewajiban sebagai umat Muslim," ujar Edy dalam khutbahnya yang menyentuh hati.
Baca juga: Ratusan Jamaah Naqsabandiyah di Kota Bima gelar salat Idul Fitri 1446 hijriah
Kades Rasabou Supriadi menjelaskan, Salat Idul Fitri ini dilaksanakan dengan mengikuti perhitungan bulan langit, sesuai dengan ajaran yang diwariskan oleh pemuka agama setempat, Tuan Guru Tati Nurul Mudin.
"Tokoh ini, yang dikenal memiliki nasab ulama besar dari Bima, sangat dihormati oleh warga setempat karena pemahaman agama yang mendalam serta pengaruhnya dalam menetapkan waktu-waktu penting dalam ibadah," jelasnya.
Dikatakannya, pelaksanaan Salat Idul Fitri 1 Syawal ini bukanlah kali pertama dilakukan oleh warga Dusun Lanta dan sering kali selalu mendahului penetapan oleh pemerintah.
"Ini tradisi turun temurun yang terus dipertahankan. Sering kali mereka bertepatan dengan hitungan Muhammadiyah bahkan sering bersamaan, tapi tahun ini sepertinya berbeda," jelasnya.
Baca juga: Pemerintah RI tetapkan Idul Fitri 1446 H jatuh pada Senin 31 Maret 2025
Hal senada pun disampaikan Kadus Lanta Soni. Ia pun mengakui, bahwa dirinya mengikuti tradisi turun temurun tersebut.
"Tradisi ini sudah dijalankan sejak puluhan tahun lalu. Kami disini percaya bahwa perhitungan waktu salat yang sesuai dengan pengamatan bulan langit lebih tepat dan sesuai dengan ajaran yang diajarkan oleh Tuan Guru Tati Nurul Mudin atau Ice Mobi," tutupnya.
Sampai berita ini diturunkan, belum ada kepastian mengenai apakah jamaah ini termasuk dalam aliran tertentu. Namun, yang pasti tradisi ini telah menjadi bagian dari kehidupan spiritual warga Dusun Lanta yang terus dilestarikan dan mempererat silaturahmi antar warga.
Tradisi yang berlangsung sejak lama ini menjadi bukti kuat bahwa agama dan kebersamaan tetap menjadi landasan utama dalam kehidupan masyarakat setempat.
Baca juga: Kafilah pawai takbiran di Mataram diingatkan tidak bawa kembang api
Baca juga: Berikut doa ziarah kubur yang mudah dihafal jelang Idul Fitri