Mataram (Antaranews NTB) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat menggandeng empat rumah sakit di Kota Mataram sebagai upaya menjadikan NTB sebagai pusat destinasi wisata medis atau "medical tourism".
Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Moh Faozal di Mataram, Kamis, mengatakan bahwa potensi "medical tourism" cukup menjanjikan jika dikembangkan, dan salah satu contohnya NTB bisa mengikuti jejak Penang, Malaysia.
"Kami sudah menandatangani MoU dengan empat direktur rumah sakit di Kota Mataram untuk mengembangkan wisata medis ini. Sekaligus ini langkah awal Lombok dalam menuju branding wisata medis," ujarnya.
Menurut Faozal, Lombok memiliki potensi besar mengikuti jejak Penang dalam menarik para pasien yang hendak berobat dan juga berwisata.
"Kita juga punya potensi, kenapa tidak Lombok kami buat sebagai tujuan wisata medis, tentu dengan sejumlah persiapan dan pembenahan," jelas Faozal.
Penang merupakan sebuah negara bagian di Malaysia yang memiliki reputasi sebagai salah satu tempat tujuan berobat para pesohor dari Indonesia.
Direktur Utama RSUD Provinsi NTB dr Lalu Hamzi Fikri mengakui potensi pengembangan wisata medis begitu terbuka bagi Lombok.
"NTB ini berpotensi untuk menjadi tujuan wisata medis, peluang yang belum kita tangkap, peluangnya besar, Kemenkes (Kementerian Kesehatan) juga sudah mendorong untuk itu," terangnya.
Ia mengatakan, RSUD NTB saat ini sendiri telah memiliki fasilitas unggulan, yakni radioterapi untuk penderita kanker. Layanan radioterapi, kata Hamzi, hanya memiliki 19 RS di Indonesia, dan RSUD NTB salah satunya.
"Ini bisa menjadi unggulan kita dalam wisata medis ke depan," ungkap Hamdi Fikri.
Hamzi menjelaskan, penyakit tidak menular itu dalam 27 tahun terakhir terus mengalami peningkatan, termasuk kanker yang terkait dengan gaya dan pola hidup seseorang.
RSUD NTB telah memiliki pengalaman dengan mengobati pasien dari Malaysia yang terkena penyakit kanker rahim setahun lalu. Selain memiliki fasilitas radioterapi, faktor keindahan alam Lombok menjadi pasien tersebut memutuskan berobat ke Lombok.
"Dia ingin berobat dan juga ingin menikmati keindahan alam Lombok. Akhirnya kami buat pola, kami rawat lalu kalau sudah agak segar kami ajak keliling ke Pantai Senggigi, dari aspek psikologis ternyata luar biasa dampaknya, dia merasa nyaman," ungkapnya.
Menurut dia, dengan fasilitas radioterapi tersebut pasien kanker bisa mendapatkan pengobatan komprehensif.
Hamzi mengatakan pelayanan kepada WNA tentu akan sedikit berbeda karena standar pelayanan yang tinggi, terutama dari sisi SDM dan RSUD NTB sudah memiliki SDM yang memadai untuk melayani pasien dari luar negeri.
"Kami juga sudah mengirim lima perawat RSUD NTB belajar di Korea selama setahun untuk belajar soal keperawatan dan juga membuat jaringan dengan Korea," ucap Hamdi Fikri.
Meski sudah memiliki fasilitas memadai, kata Hamzi, belum banyak pasien dari luar negeri yang berobat sekaligus berwisata di Lombok.
Hamzi berharap kerja sama dengan Dinas Pariwisata NTB membuat promosi fasilitas yang ada di RSUD NTB bisa semakin dikenal luas.
"Dokter-dokter kita sudah ada, sudah lengkap, tinggal kemas dan perbaiki layanan untuk menjual dalam bentuk promosi. Kami harap dalam MoU dari Dispar bisa membantu promosikan layanan kami," katanya.
Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Moh Faozal di Mataram, Kamis, mengatakan bahwa potensi "medical tourism" cukup menjanjikan jika dikembangkan, dan salah satu contohnya NTB bisa mengikuti jejak Penang, Malaysia.
"Kami sudah menandatangani MoU dengan empat direktur rumah sakit di Kota Mataram untuk mengembangkan wisata medis ini. Sekaligus ini langkah awal Lombok dalam menuju branding wisata medis," ujarnya.
Menurut Faozal, Lombok memiliki potensi besar mengikuti jejak Penang dalam menarik para pasien yang hendak berobat dan juga berwisata.
"Kita juga punya potensi, kenapa tidak Lombok kami buat sebagai tujuan wisata medis, tentu dengan sejumlah persiapan dan pembenahan," jelas Faozal.
Penang merupakan sebuah negara bagian di Malaysia yang memiliki reputasi sebagai salah satu tempat tujuan berobat para pesohor dari Indonesia.
Direktur Utama RSUD Provinsi NTB dr Lalu Hamzi Fikri mengakui potensi pengembangan wisata medis begitu terbuka bagi Lombok.
"NTB ini berpotensi untuk menjadi tujuan wisata medis, peluang yang belum kita tangkap, peluangnya besar, Kemenkes (Kementerian Kesehatan) juga sudah mendorong untuk itu," terangnya.
Ia mengatakan, RSUD NTB saat ini sendiri telah memiliki fasilitas unggulan, yakni radioterapi untuk penderita kanker. Layanan radioterapi, kata Hamzi, hanya memiliki 19 RS di Indonesia, dan RSUD NTB salah satunya.
"Ini bisa menjadi unggulan kita dalam wisata medis ke depan," ungkap Hamdi Fikri.
Hamzi menjelaskan, penyakit tidak menular itu dalam 27 tahun terakhir terus mengalami peningkatan, termasuk kanker yang terkait dengan gaya dan pola hidup seseorang.
RSUD NTB telah memiliki pengalaman dengan mengobati pasien dari Malaysia yang terkena penyakit kanker rahim setahun lalu. Selain memiliki fasilitas radioterapi, faktor keindahan alam Lombok menjadi pasien tersebut memutuskan berobat ke Lombok.
"Dia ingin berobat dan juga ingin menikmati keindahan alam Lombok. Akhirnya kami buat pola, kami rawat lalu kalau sudah agak segar kami ajak keliling ke Pantai Senggigi, dari aspek psikologis ternyata luar biasa dampaknya, dia merasa nyaman," ungkapnya.
Menurut dia, dengan fasilitas radioterapi tersebut pasien kanker bisa mendapatkan pengobatan komprehensif.
Hamzi mengatakan pelayanan kepada WNA tentu akan sedikit berbeda karena standar pelayanan yang tinggi, terutama dari sisi SDM dan RSUD NTB sudah memiliki SDM yang memadai untuk melayani pasien dari luar negeri.
"Kami juga sudah mengirim lima perawat RSUD NTB belajar di Korea selama setahun untuk belajar soal keperawatan dan juga membuat jaringan dengan Korea," ucap Hamdi Fikri.
Meski sudah memiliki fasilitas memadai, kata Hamzi, belum banyak pasien dari luar negeri yang berobat sekaligus berwisata di Lombok.
Hamzi berharap kerja sama dengan Dinas Pariwisata NTB membuat promosi fasilitas yang ada di RSUD NTB bisa semakin dikenal luas.
"Dokter-dokter kita sudah ada, sudah lengkap, tinggal kemas dan perbaiki layanan untuk menjual dalam bentuk promosi. Kami harap dalam MoU dari Dispar bisa membantu promosikan layanan kami," katanya.