Mataram (ANTARA) - Masyarakat pesisir yang mendiami Kecamatan Ampenan di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat membangun rumah-rumah dengan membelakangi laut sebagai bentuk adaptasi jangka panjang terhadap ancaman banjir rob.
"Strategi adaptasi jangka panjang dengan mengubah arah bangunan rumah membelakangi laut agar air tidak langsung masuk ke dalam rumah saat pasang tinggi," kata Suparmin (49) salah seorang warga pesisir saat ditemui di Ampenan, Mataram, Rabu.
Tradisi membangun rumah dengan membelakangi laut sudah dilakukan masyarakat pesisir secara turun-temurun yang juga untuk menghindari terpaan dan hembusan angin yang datang dari arah laut.
Selain banjir rob, ancaman lain yang juga mengintai masyarakat pesisir adalah perubahan iklim. Kenaikan muka air laut akibat pemanasan global mempercepat abrasi pantai dan mempersempit jarak bibir pantai dengan laut.
Baca juga: Penduduk Ampenan Mataram tingkatkan kewaspadaan hadapi banjir rob
Nusa Tenggara Barat merupakan provinsi kepulauan yang terdiri dari dua pulau besar berupa Lombok dan Sumbawa, serta 401 pulau kecil. Daerah kepulauan memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap dampak perubahan iklim.
Suparmin mengatakan bagian belakang rumah dibangun tembok permanen agar air pasang tidak mengalir masuk ke dalam rumah.
Di Ampenan, masyarakat setempat mengaku sudah terbiasa dengan fenomena musiman banjir rob maupun angin kencang yang terjadi hampir setiap bulan.
Baca juga: Warga pesisir NTB diminta waspadai banjir rob pada 7-11 Agustus 2025
Seorang warga bernama Suparwan (55) menceritakan sebagai nelayan, mereka mengetahui beberapa tanda-tanda di laut bila hendak terjadi cuaca buruk, sehingga mereka dapat mengamankan perahu-perahu agar menjauh dari pantai.
Jika air laut naik ke permukiman, masyarakat langsung melaporkan kejadian itu ke pihak kelurahan agar segera dilakukan evakuasi.
"Pemerintah membangun tanggul dan kami bersama pihak Pol PP juga meletakkan ban di sepanjang garis pantai. Itu cara kami mengurangi dampak banjir rob, meskipun kadang-kadang juga rusak diterjang gelombang," ucapnya.
Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, BMKG mengeluarkan peringatan dini banjir rob yang berpotensi terjadi pada 7 sampai 11 Agustus 2025. Fenomena bulan purnama yang mencapai puncak pada 9 Agustus 2025 mempengaruhi ketinggian pasang air laut.
Baca juga: Warga pesisir NTB diimbau waspadai gelombang pasang
Baca juga: Saat banjir menghantam di kala kemarau melanda
Baca juga: Gelombang pasang perparah dampak banjir di Mataram
Baca juga: Waspada!! banjir rob di pesisir NTB hingga 29 Juni 2025