Mataram (ANTARA) - Dua fotografer Indonesia berhasil memenangi kompetisi fotografi internasional "Hamdan International Photography Award" (HIPA) musim ke-8 2018 - 2019 yang dipromosikan oleh Pangeran Dubai Sheikh Hamdan Bin Mohammed Bin Rashid Al Maktoum, dengan mengangkat tema Harapan atau "HOPE".
Kedua fotografer tersebut adalah Fanny Octavianus jurnalis foto sekaligus editor foto di Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara, sementara fotografer lainnya yakni Muhammad Fahrur Rasyid fotografer lepas dari Makassar. Fanny terpilih sebagai pemenang pertama sedangkan Fahrur berada di posisi kedua.
Hasil karya Fanny Octavianus merekam momen tentang seorang bocah laki-laki sedang bermain di jalan dalam keadaan banjir setelah hujan deras di jalan Sabang, Jakarta Pusat pada 1 Maret 2010.
Saat dihubungi di Jakarta pada Rabu, Fanny Octavianus menceritakan momen tersebut di mana proses pengambilan gambar dilakukan pada pukul 14.00 WIB saat hujan deras melanda kawasan Jakarta.
"Setelah satu jam berlalu tidak ada tanda-tanda hujan akan berhenti, saya putuskan untuk pergi memotret banjir di jalan Sabang," kata Fanny.
Sampai di lokasi, Fanny mulai mengambil gambar sekelompok bocah yang tengah bermain, dan ia pun menemukan momentum yang tepat.
"Saya mengikuti seorang anak dari belakang, dan mulai menurunkan kamera kemudian men ‘zoom-out’ lensa. Saya mengkomposisikannya berada di tengah dan menutupi sorot langit. Saya katakan 'ini dia!'” Kata Fanny.
Terkait dengan tema Harapan pada kompetisi HIPA, Fanny mengatakan, gambar tersebut merepresentasikan semangat untuk melawan perubahan iklim demi generasi muda selanjutnya.
Dalam perjalananya di dunia jurnalis foto, pria kelahiran Purwokerto tahun 1977 ini telah memenangkan beberapa penghargaan bergengsi fotografi tingkat nasional di antaranya Foto Terbaik Anugerah Adiwarta 2010, Foto Terbaik Anugerah Adiwarta 2011, juara Anugerah Adinegoro 2013.
"Memotret bukan hanya untuk bekerja, karena yang utama dalam berfotografi adalah untuk bersuara," kata Fanny menutup pembicaraan.
Foto karya Muhammad Fahrur Rasyid pemenang kedua Hamdan International Photography Award (HIPA) musim ke-8 2018 - 2019 katagori “Harapan”. (ANTARA News/Official HIPA)
Kemenangan Basarnas
Sedangkan Muhammad Fahrur Rasyid berhasil merekam secara ekspresif momentum dua anggota Basarnas yang berhasil mengevakuasi warga yang terjebak di reruntuhan usai bencana likuifaksi di Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah pada 30 September 2018.
"Saya berangkat dari Makassar menuju Palu bersama tim Basarnas Sulsel, sampai disana dapat laporan ada warga yang terjebak reruntuhan,” Kata Fahrur saat dihubungi.
Foto yang diambil Fahrur pada pukul 03.00 WITa menceritakan proses evakuasi seorang warga benama Nurul (15) yang terjebak selama tiga hari dua malam akibat likuifaksi oleh dua anggota Basarnas.
"Saat mengikuti proses evakuasi tersebut lelah saya hilang pas diajak evakuasi korban sama Basarnas," kata Fahrur.
Ia mengaku tidak menyangka dapat meraih penghargaan HIPA sebab ketika meliput ia hanya berpikir tentang membantu korban melalui fotografi.
Menurut dia tugas liputan saat bencana likuifaksi sangat berharga, pasalnya selain menjalankan tugas jurnalistik dia juga merasa sedang melakukan tugas kemanusiaan.
"Karena mau bantu korban dengan uang enggak punya, saya bantu dengan mempublikasikan keadaan lewat media. Saya rasa berpikir seperti itu untuk kemanusiaan pasti bisa,” kata Fahrur.
Kompetisi HIPA ini bukan yang pertama kalinya diikuti oleh Fahrur namun selalu gagal. Ia telah mengikuti perlombaan tersebut sejak 2014. Akhirnya usaha Fahrur terbayarkan dengan meraih juara kedua dalam penyelenggaraan HIPA tahun 2018-2019.
Untuk setiap pemenang I, II, III dalam katagori Hope masing-masing mendapat hadiah US$ 25.000 (sekira Rp356 juta), US$20.000 (sekira Rp285 juta), US$15.000 (sekira Rp213 juta), sedangkan untuk Grand Prize atau Pemenang Utama berhak meraih hadiah US$ 120.000 (sekira Rp1.7 milliar lebih). Hadiah tertinggi ini diraih oleh fotografer Malaysia, Edwin Ong Wee Kee.
Kedua fotografer tersebut adalah Fanny Octavianus jurnalis foto sekaligus editor foto di Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara, sementara fotografer lainnya yakni Muhammad Fahrur Rasyid fotografer lepas dari Makassar. Fanny terpilih sebagai pemenang pertama sedangkan Fahrur berada di posisi kedua.
Hasil karya Fanny Octavianus merekam momen tentang seorang bocah laki-laki sedang bermain di jalan dalam keadaan banjir setelah hujan deras di jalan Sabang, Jakarta Pusat pada 1 Maret 2010.
Saat dihubungi di Jakarta pada Rabu, Fanny Octavianus menceritakan momen tersebut di mana proses pengambilan gambar dilakukan pada pukul 14.00 WIB saat hujan deras melanda kawasan Jakarta.
"Setelah satu jam berlalu tidak ada tanda-tanda hujan akan berhenti, saya putuskan untuk pergi memotret banjir di jalan Sabang," kata Fanny.
Sampai di lokasi, Fanny mulai mengambil gambar sekelompok bocah yang tengah bermain, dan ia pun menemukan momentum yang tepat.
"Saya mengikuti seorang anak dari belakang, dan mulai menurunkan kamera kemudian men ‘zoom-out’ lensa. Saya mengkomposisikannya berada di tengah dan menutupi sorot langit. Saya katakan 'ini dia!'” Kata Fanny.
Terkait dengan tema Harapan pada kompetisi HIPA, Fanny mengatakan, gambar tersebut merepresentasikan semangat untuk melawan perubahan iklim demi generasi muda selanjutnya.
Dalam perjalananya di dunia jurnalis foto, pria kelahiran Purwokerto tahun 1977 ini telah memenangkan beberapa penghargaan bergengsi fotografi tingkat nasional di antaranya Foto Terbaik Anugerah Adiwarta 2010, Foto Terbaik Anugerah Adiwarta 2011, juara Anugerah Adinegoro 2013.
"Memotret bukan hanya untuk bekerja, karena yang utama dalam berfotografi adalah untuk bersuara," kata Fanny menutup pembicaraan.
Kemenangan Basarnas
Sedangkan Muhammad Fahrur Rasyid berhasil merekam secara ekspresif momentum dua anggota Basarnas yang berhasil mengevakuasi warga yang terjebak di reruntuhan usai bencana likuifaksi di Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah pada 30 September 2018.
"Saya berangkat dari Makassar menuju Palu bersama tim Basarnas Sulsel, sampai disana dapat laporan ada warga yang terjebak reruntuhan,” Kata Fahrur saat dihubungi.
Foto yang diambil Fahrur pada pukul 03.00 WITa menceritakan proses evakuasi seorang warga benama Nurul (15) yang terjebak selama tiga hari dua malam akibat likuifaksi oleh dua anggota Basarnas.
"Saat mengikuti proses evakuasi tersebut lelah saya hilang pas diajak evakuasi korban sama Basarnas," kata Fahrur.
Ia mengaku tidak menyangka dapat meraih penghargaan HIPA sebab ketika meliput ia hanya berpikir tentang membantu korban melalui fotografi.
Menurut dia tugas liputan saat bencana likuifaksi sangat berharga, pasalnya selain menjalankan tugas jurnalistik dia juga merasa sedang melakukan tugas kemanusiaan.
"Karena mau bantu korban dengan uang enggak punya, saya bantu dengan mempublikasikan keadaan lewat media. Saya rasa berpikir seperti itu untuk kemanusiaan pasti bisa,” kata Fahrur.
Kompetisi HIPA ini bukan yang pertama kalinya diikuti oleh Fahrur namun selalu gagal. Ia telah mengikuti perlombaan tersebut sejak 2014. Akhirnya usaha Fahrur terbayarkan dengan meraih juara kedua dalam penyelenggaraan HIPA tahun 2018-2019.
Untuk setiap pemenang I, II, III dalam katagori Hope masing-masing mendapat hadiah US$ 25.000 (sekira Rp356 juta), US$20.000 (sekira Rp285 juta), US$15.000 (sekira Rp213 juta), sedangkan untuk Grand Prize atau Pemenang Utama berhak meraih hadiah US$ 120.000 (sekira Rp1.7 milliar lebih). Hadiah tertinggi ini diraih oleh fotografer Malaysia, Edwin Ong Wee Kee.