Mataram (ANTARA) - Murid SMPN 1 Satu Atap (Satap) Desa Pulau Maringkik, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, menyisihkan sebagian uang belanja untuk ditabung agar bisa membeli laptop yang akan dipakai saat mengikuti ujian nasional berbasis komputer (UNBK) pada 2020.

"Murid-murid saya ajak menabung sedini mungkin, mulai dari murid kelas VII. Nanti kalau uangnya sudah cukup rencana untuk membeli perangkat komputer (laptop)," kata Kepala SDN 2/SMPN 1 Satap, Desa Pulau Maringkik, Abdul Kadir, di Pulau Maringkik, Jumat.

SMP Satu Atap Desa Pulau Maringkik, merupakan salah satu sekolah yang menjadi lokasi kunjungan Tim Ekspedisi Laskar Nusa 2019 yang digelar Bank Indonesia bekerja sama dengan Tentara Nasional Angkatan Laut (TNI AL).

Kegiatan kunjungan ke pulau terdepan, terluar dan tertinggal (3T) tersebut bertujuan menyosialisasikan mata uang rupiah, mengajar sekaligus memberikan bantuan kepada sekolah terpencil, serta melakukan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis bagi warga.

Di sela mengikuti sosialisasi, Abdul mengatakan Dinas Pendidikan Kabupaten Lombok Timur masih memberikan kelonggaran untuk melaksanakan ujian nasional menggunakan kertas dan pensil (UNKP) pada 2019.

Kebijakan tersebut diambil dengan pertimbangan belum ada perangkat komputer dan pendukung lainnya, seperti server yang harganya mencapai Rp12 juta. Hal yang sama juga berlaku bagi sekolah di daratan yang juga belum memiliki perangkat komputer dan server.

"Saya sempat berpikir mau melaksanakan UNBK tahun ini. Caranya dengan menggunakan laptop milik guru, sisanya urunan dari para orang tua murid. Tapi karena diberi kelonggaran sampai tahun depan, akhirnya tahun ini masih tetap ujian secara manual," ujarnya.

Namun, sekolah yang belum melaksanakan UNBK pada 2019 tidak boleh lagi menggelar ujian secara manual pada 2020 karena sudah diberikan kesempatan selama satu tahun untuk mempersiapkan diri. "Insya Allah tahun depan kami jalan dengan laptop minimal 50 unit. Mudah-mudahan tahun depan terwujud," ucap Abdul.

Abdul berkeyakinan bisa menyelenggarakan UNBK mulai tahun ajaran 2020. Pasalnya, murid-murid kelas VII dan kelas VIII, sudah menabung di sekolah.

Uang tabungan yang disetorkan oleh masing-masing murid bervariasi. Mulai dari Rp5.000 hingga Rp20.000 per hari. Uang tersebut disetorkan ke guru yang ditugaskan mengkoordinir tabungan murid.

"Uang tabungan masing-masing murid bervariasi. Ada juga yang belum mampu menabung karena masing-masing murid beda tingkat ekonomi orang tuanya. Namanya lebih banyak menjadi nelayan," ucapnya pula.

Menurut dia, perangkat komputer yang nanti dibeli oleh para murid bisa digunakan kembali ketika melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (SMA/SMK).
"Jadi tetap ada manfaatnya. Tidak hanya selesai digunakan saat ujian saja, tapi bisa dimanfaatkan lagi ketika sudah melanjutkan sekolah," kata Abdul.

Anak-anak Desa Pulau Maringkik, banyak yang melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA/sederajat yang ada di perkotaan meskipun harus menyewa kamar kos.*







 

Pewarta : Awaludin
Editor : Riza Fahriza
Copyright © ANTARA 2024