Mataram (ANTARA) - Di sebuah warung kopi sederhana di Cakranegara, Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), aroma kopi yang baru digiling berpadu dengan bunyi notifikasi ponsel pelanggan yang membayar lewat QRIS. Ahmad, pemilik warung, tersenyum melihat transaksi tanpa uang tunai berjalan begitu cepat, seakan menandai babak baru dalam keseharian masyarakat.
QRIS, atau Quick Response Code Indonesian Standard, adalah sistem pembayaran digital nasional yang menyatukan berbagai dompet digital dan aplikasi perbankan dalam satu kode. Dengan standar ini, siapa pun dapat membayar cukup dengan memindai, tanpa perlu repot menggunakan aplikasi berbeda. Di NTB, kemudahan ini mulai merambah pasar tradisional, warung, hingga UMKM, memperluas akses transaksi modern ke berbagai lapisan.
Perubahan gaya hidup digital menuntut perbankan beradaptasi. Generasi muda lebih memilih membuka rekening lewat aplikasi, sementara transaksi harian dilakukan sepenuhnya secara online. Layanan mobile dan digital banking memungkinkan nasabah mengatur hampir seluruh urusan perbankan tanpa antre di cabang.
Meski cabang fisik tetap berfungsi, fokusnya kini bergeser menjadi pusat konsultasi dan edukasi, membantu nasabah menata keuangan, investasi, hingga akses layanan personal.
Mahasiswa bisa membuka rekening dari kamar kos, sementara UMKM mulai mencatat transaksi lewat aplikasi digital. Transformasi ini mempercepat pencatatan keuangan, membuka akses kredit, dan memperluas kesempatan usaha. Semua inisiatif ini menunjukkan bagaimana layanan digital mengubah cara masyarakat NTB berinteraksi dengan perbankan modern.
Baca juga: Cerita layanan yang menyulam kepercayaan (Bagian 2)
UMKM sebagai motor ekonomi
UMKM menjadi denyut nadi ekonomi NTB. Dari sate rembiga di Lombok, pengrajin tenun di Pringgasela, hingga penyedia homestay di Sembalun, pelaku usaha mulai terbiasa menerima pembayaran digital. Program-program pendampingan mendorong UMKM naik kelas melalui workshop, promo, dan agen yang memperkenalkan QRIS dan aplikasi digital untuk mencatat transaksi.
Digitalisasi tidak hanya mempercepat pembayaran, tetapi juga membantu pencatatan keuangan. Banyak UMKM yang sebelumnya tidak memiliki laporan arus kas kini dapat mengelola keuangan lebih baik, mempermudah akses kredit, dan menata strategi pengembangan usaha. Pertumbuhan transaksi QRIS di NTB pada 2024 meningkat lebih dari 200 persen dibandingkan tahun sebelumnya, membuktikan transformasi nyata yang menjangkau kota hingga desa.
Meski demikian, adopsi digital tidak tanpa tantangan. Di desa terpencil, jaringan internet masih terbatas, dan sebagian masyarakat khawatir soal keamanan data. Edukasi digital digelar melalui kelas komunitas, pelatihan di sekolah dan kampus, serta agen yang menjadi perpanjangan tangan literasi digital. Agen tidak hanya melayani transaksi, tetapi juga mendampingi masyarakat memahami layanan digital, membangun kepercayaan, dan membuka peluang ekonomi baru.
Di Bima, petani bawang menabung hasil panen lewat agen yang terhubung dengan aplikasi digital. Di Sumbawa, kelompok ibu-ibu pengrajin makanan memanfaatkan QRIS untuk arisan digital, mentransfer iuran bulanan secara praktis. Digitalisasi kini menjangkau desa-desa, memberdayakan masyarakat, dan menciptakan ekosistem ekonomi yang inklusif.
Baca juga: Menyongsong masa depan digital dan keberlanjutan (Bagian 3)
Digital branch
Konsep Digital Branch memungkinkan nasabah membuka rekening, memperbarui data, dan mencetak kartu secara mandiri. Layanan ini menekankan kecepatan, kenyamanan, dan pengalaman nasabah, tanpa meninggalkan sentuhan manusia. Kepuasan, rasa aman, dan kepercayaan masyarakat menjadi tolok ukur keberhasilan, bukan sekadar angka transaksi. Digital Branch menjadi simbol evolusi perbankan modern di NTB: teknologi berpadu dengan layanan personal untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Ke depan, keberhasilan digitalisasi di NTB akan semakin terasa melalui pemberdayaan UMKM, literasi keuangan, dan pendidikan generasi muda. Kisah Ahmad di warung kopi, Laila sebagai penenun ikat, hingga Abdul di ladang bawang menunjukkan wajah baru NTB yang lebih digital. UMKM memperluas pasar, mahasiswa belajar berinvestasi, petani menabung dengan aman. Transformasi digital bukan sekadar tren, melainkan jalan menuju kemandirian ekonomi.
Dari warung kopi di Cakranegara hingga ladang bawang di pelosok NTB, layanan CIMB Niaga membuktikan bahwa masa depan ekonomi digital Indonesia bisa lahir dari tangan-tangan kecil yang kini tak lagi takut pada teknologi. Salah satu bank di NTB yang aktif menerapkan QRIS adalah CIMB Niaga, yang menghadirkan kemudahan pembayaran sekaligus mendorong pelaku usaha kecil untuk naik kelas. Transformasi ini bukan sekadar kemudahan transaksi, tetapi juga pemberdayaan UMKM, literasi keuangan, dan akses layanan perbankan modern yang adil dan inklusif.
Menebar literasi digital dari kota hingga desa (Bagian 1)
CIMB Niaga Digital Lounge di AEO Mall Tanjung Barat, Jakarta. (ANTARA/HO-CIMB Niaga.)
CIMB Niaga Digital Lounge di AEO Mall Tanjung Barat, Jakarta. (ANTARA/HO-CIMB Niaga.)