Kupang, NTT (ANTARA) - Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Nusa Tenggara Timur (NTT) menggencarkan edukasi kesehatan mental bagi pekerja migran Indonesia (PMI) guna meningkatkan kemampuan dalam menghadapi tantangan psikososial sebelum, selama, dan setelah bekerja di luar negeri. 

“Tujuan seminar ini agar peserta, khususnya PMI purna dan keluarga, memperkaya pengetahuan tentang kesehatan mental, terutama dampak dari migrasi, karena tidak hanya dirasakan oleh PMI, tetapi juga oleh keluarganya, terutama bagi PMI yang berangkat secara nonprosedural,” kata Ketua Tim Kerja Pemberdayaan BP3MI NTT Ujang Agus Sugema, di Kupang, Rabu.

Ia menjelaskan kegiatan tersebut digelar untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, kemampuan dalam menghadapi tantangan psikososial, serta memperkuat peran keluarga dalam mendukung kesehatan mental.

Kegiatan ini diikuti 20 peserta dari Desa Nunkurus, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, yang terdiri dari PMI purna dan keluarganya, serta didampingi Kepala Desa Nunkurus.

Selama kegiatan tiga hari tersebut, peserta mendapat materi dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kupang, Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang, dan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Provinsi NTT.

“Kami berharap, jika terjadi permasalahan, keluarga dapat menjadi sistem pendukung untuk pemulihan mental bagi PMI, demikian pula sebaliknya. Pemerintah desa, dinas terkait, dan psikolog diharapkan juga terus memberikan edukasi kepada masyarakat,” kata Ujang.

Baca juga: Over 400 Acehnese migrant workers placed abroad since 2024: BP3MI

Sementara itu, Psikolog Klinis dari HIMPSI NTT Zerlinda Sanam mengatakan dirinya membawakan materi tentang pentingnya mengelola emosi bagi PMI purna dan keluarga mereka.

Ia menjelaskan purna PMI biasanya telah menghabiskan waktu bertahun-tahun bekerja di luar negeri sehingga kerap menghadapi berbagai tekanan psikologis. Ketika kembali ke daerah asal, mereka harus beradaptasi kembali dengan lingkungan dan keluarga.

“Jika mereka tidak mampu mengelola emosi dengan baik, hal ini bisa menimbulkan kecemasan, depresi, atau gangguan kesehatan mental lainnya. Oleh karena itu, setiap individu perlu mengembangkan kemampuan untuk mengenali dan mengelola emosinya,” kata dia.

Baca juga: Menteri Karding sidak BP3MI Jateng

Ia menekankan sebagai langkah pertama menjaga kesehatan mental adalah menyadari dan mengenali diri sendiri, mengenali dan menerima emosi yang dirasakan, serta berdamai dengan emosi tersebut.

“Kita bisa menstabilkan emosi dengan melakukan aktivitas yang disukai, hobi, atau kegiatan positif lainnya. Namun, jika strategi itu tidak cukup membantu, tidak ada salahnya mencari bantuan profesional dari psikolog atau psikiater. Mencari pertolongan dari profesional bukanlah aib,” katanya.


Pewarta : Yoseph Boli Bataona
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2025