Beijing (ANTARA) - Pemerintah China menegaskan tetap melanjutkan kebijakan pembatasan ekspor tanah jarang meski mendapat kritikan dari Amerika Serikat.
"Langkah-langkah pengendalian ekspor China konsisten dengan praktik internasional dan diambil untuk lebih menjaga perdamaian dunia dan stabilitas regional, serta untuk memenuhi kewajiban non-proliferasi dan kewajiban internasional China lainnya," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, Kamis.
Hal tersebut disampaikan menyusul pernyataan Menteri Keuangan AS Scott Bessent di Washington yang mengatakan bahwa tindakan terkait logam tanah jarang telah menciptakan perpecahan "Tiongkok versus dunia" dan menjadikan Beijing "mitra yang tidak dapat diandalkan".
Pada Kamis (9/10), Kementerian Perdagangan China mengumumkan pembatasan dan kontrol ekspor logam tanah jarang yang akan mulai berlaku secara bertahap pada 8 November 2025, kemudian sepenuhnya pada 1 Desember 2025.
Alasan pembatasan itu adalah demi mencegah penyalahgunaan logam tanah jarang di sektor militer dan bidang sensitif lainnya.
Perusahaan yang memiliki hubungan dengan militer asing atau masuk daftar pengawasan ekspor akan ditolak izinnya, sementara permohonan ekspor untuk produk yang berpotensi digunakan dalam persenjataan atau aktivitas terorisme juga tidak akan disetujui.
Pembatasan baru tersebut mewajibkan entitas asing memperoleh lisensi untuk mengekspor produk yang mengandung lebih dari 0,1 persen bahan tanah jarang domestik atau diproduksi menggunakan teknologi China. Permohonan untuk barang yang dapat digunakan dalam senjata atau tujuan militer akan ditolak.
Baca juga: Pemerintah China acuhkan ancaman Trump, lanjutkan kerjasama energi dengan Rusia
Menanggapi pembatasan tersebut, Presiden AS Donald Trump pada 10 Oktober dengan berang mengumumkan tarif baru 100 persen atas impor dari China mulai 1 November 2025, serta kontrol ekspor pada seluruh perangkat lunak kritis.
"Posisi China konsisten dan jelas. AS harus bekerja sama dengan China untuk mengatasi isu-isu relevan melalui dialog dan konsultasi atas dasar kesetaraan, rasa hormat dan saling menguntungkan, alih-alih menindas, mengancam dan mengintimidasi China," tegas Lin Jian.
Baca juga: Pemerintah China minta AS tak ikut campur di kawasan Beting Scarborough
China menguasai sekitar 70 persen pasokan global logam tanah jarang.
Logam tanah jarang merupakan kunci untuk memproduksi "chip" komputer untuk ponsel pintar dan sistem AI, kemudian untuk membuat magnet yang menggerakkan "drone", robot, dan mobil serta krusial untuk teknologi pertahanan, termasuk jet tempur, rudal dan sistem radar.
Meski Trump mengancam pembatalan pertemuan dirinya dan Presiden Xi Jinping pada sela-sela KTT APEC di Korea Selatan pada akhir bulan ini, tapi Bessent juga mengisyaratkan masih ada ruang untuk dialog terhadap pertemuan tersebut.