Mataram (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyebutkan, ketinggian gelombang di perairan Kota Mataram sudah mulai melandai dengan ketinggian gelombang sekitar 2,5 meter sehingga nelayan sudah bisa melaut.
"Dari laporan hasil pantauan tim kami, nelayan di pesisir pantai baik di Kecamatan Sekarbela maupun Ampenan kini sudah kembali melaut," kata Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram Akhmad Muzaki di Mataram, Rabu.
Sebelumnya, kata dia, sejak terjadi abrasi pantai pada Kamis 30 Oktober 2025 pukul 22.00 Wita, nelayan tidak bisa melaut karena ketinggian gelombang mencapai 5-6 meter.
Kondisi itu bahkan berdampak pada banjir rob di kawasan permukiman nelayan di Kampung Bugis Bintaro, Ampenan.
"Alhamdulillah, sampai saat ini tidak ada abrasi susulan. Sebaliknya, gelombang mulai landai sehingga nelayan bisa kembali melaut," katanya.
Baca juga: Posko darurat gelombang pasang di Mataram dibongkar
Namun demikian, lanjutnya, nelayan diimbau agar tetap waspada saat beraktivitas di laut karena cuaca bisa saja berubah setiap saat.
"Apalagi potensi cuaca ekstrem yakni hujan disertai angin kencang harus diwaspadai," katanya.
Dikatakan, nelayan di Kecamatan Sekarbela dan Ampenan juga diminta agar tidak memaksakan diri untuk melaut jika kondisi cuaca tidak memungkinkan guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Baca juga: Alat pemecah gelombang di Mataram dianggarkan Rp600 juta
Meskipun hasil laporan petugas di lapangan menyebutkan, saat ini gelombang pantai terpantau masih normal, namun potensi angin barat harus tetap diwaspadai.
"Musim angin barat biasa terjadi setiap akhir tahun sampai awal tahun, dengan ketinggian gelombang di atas 2,5 meter," katanya.
Saat masuk musim angin barat, tambah Muzaki, mau tidak mau nelayan tidak boleh melaut sebab kondisi cuaca selama musim angin barat berupa angin kencang dan gelombang tinggi sudah tidak memungkinkan nelayan melaut karena bisa mengancam keselamatan nelayan.
Di sisi lain, BPBD Kota Mataram juga berharap partisipasi nelayan dan masyarakat sekitar untuk menginformasikan kepada aparat terdekat ketika terjadi perubahan cuaca.
"Tujuannya, agar kami bersama tim termasuk di kelurahan dan kecamatan bisa segera mengambil langkah preventif guna mengurangi dampak dan risiko bencana," katanya.
Baca juga: Warga pesisir NTB diingatkan mewaspadai potensi banjir rob
Baca juga: Fenomena 'corn moon' berpotensi picu banjir rob di NTB