Jakarta (ANTARA) - Tahun 2016 menjadi titik awal lahirnya sebuah gerakan mulia yang diawali dari inisiatif sekelompok kecil pegawai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang dinamakan "Kemenkeu Mengajar". Kegiatan ini tumbuh dari keyakinan bahwa pendidikan adalah kunci untuk membentuk generasi penerus bangsa yang lebih baik.

 

Dalam kegiatan Kemenkeu Mengajar, seluruh pegawai termasuk Menteri Keuangan (Menkeu) hadir untuk menjadi relawan.

Melalui pendekatan dialogis dalam kegiatan Kemenkeu Mengajar tersebut, para relawan pegawai Kemenkeu tidak hanya mengajarkan siswa mengenal konsep kebijakan fiskal dan dampaknya terhadap pembangunan, tetapi juga memahami makna kehadiran negara dalam kehidupan sehari-hari sebagai sebuah fondasi literasi kebangsaan yang semakin penting di tengah kompleksitas ekonomi modern saat ini.

Tahun 2025 ini program Kemenkeu Mengajar genap memasuki usia yang ke-10 penyelenggaraan. Selama satu dekade, ribuan pegawai Kementerian Keuangan telah kembali ke ruang kelas, membagikan pengetahuan dasar mengenai pengelolaan keuangan negara, peran APBN, pentingnya pajak, hingga nilai-nilai integritas dan etika pelayanan publik. Namun yang membuat program ini istimewa bukan hanya materi yang dibawakan, melainkan keteladanan yang ditunjukkan para relawan kepada para siswa.

Ketika pegawai Kemenkeu turun ke sekolah-sekolah, terutama di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) di wilayah Indonesia, mereka tidak hanya mengajar; mereka hadir memberikan contoh bahwa mengabdi kepada negara dapat dilakukan dari profesi apa pun; Relawan dari Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa ASN bukan sekadar birokrat yang bekerja di belakang meja, tetapi pribadi yang memikul tanggung jawab moral untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Nilai inilah yang menyatukan para relawan dengan para guru: pengabdian, keteladanan, dan komitmen pada masa depan anak-anak Indonesia. Guru mengajarkan pelajaran secara penuh waktu; relawan menguatkan dengan membuka jendela wawasan baru. Dalam sinergi inilah pendidikan Indonesia menemukan wajah humanisnya.

Data resmi penyelenggara kegiatan Kemenkeu Mengajar di tahun 2025 mencatat bahwa lebih dari 10.000 relawan ikut mengajar di 1.200 sekolah di seluruh Indonesia, dan menjangkau lebih dari 350.000 siswa secara langsung. Ini merupakan angka terbesar sepanjang sejarah program Kemenkeu Mengajar dan peningkatan partisipasi ini menunjukkan semakin kuatnya semangat pengabdian di kalangan pegawai publik.

Adapun dampak yang dihasilkan terhadap literasi siswa selama Program Kemenkeu Mengajar, berdasarkan hasil evaluasi internal tahun 2024 dan 2025, menunjukkan hasil yang konsisten yaitu antara lain 83% siswa menyatakan baru pertama kali memahami apa itu APBN dan peran pajak dalam pembangunan. Selanjutnya 78% siswa mampu menjelaskan kembali fungsi utama APBN (alokasi, distribusi, stabilisasi) setelah sesi pembelajaran. Berikutnya terdapat 72% siswa yang mampu mengidentifikasi contoh pengeluaran negara yang mereka nikmati dalam kehidupan sehari-hari, seperti sekolah gratis, puskesmas, subsidi listrik, jalan desa, dan beasiswa. Sedangkan khusus pada daerah 3T, angka peningkatan literasi keuangan negara bahkan lebih signifikan, yakni mencapai 40%.

Tidak hanya itu, para guru di sekolah mitra juga menyampaikan bahwa kehadiran relawan meningkatkan motivasi murid. Hasil survei pasca-kegiatan menunjukkan antara lain: 90% guru merasakan siswa menjadi lebih antusias memahami hubungan antara belajar dan masa depan karier, dan 87% guru menyatakan metode pembelajaran yang digunakan relawan dengan berbasis permainan, studi kasus, simulasi APBN, dan cerita inspiratif sangat membantu pemahaman siswa terhadap topik yang dianggap sulit.

75% guru berpendapat bahwa kegiatan tersebut melengkapi kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, khususnya tema institusi negara dan pengelolaan keuangan publik. Capaian ini menunjukkan bahwa literasi tentang keuangan negara bukanlah materi yang terlalu “berat” bagi pelajar.

Dengan pendekatan yang tepat secara visual, interaktif, naratif, dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, para pelajar mampu memahami konsep kompleks tanpa merasa terbebani. Di sinilah kreativitas mengajar para relawan bertemu dengan metode pedagogis guru, menghasilkan pembelajaran yang bermakna.

Memahami Makna Pengabdian

Program pengajaran ini memperlihatkan satu hal penting: mengajar adalah aktivitas yang selalu bersifat dua arah. Relawan mungkin datang dengan tujuan menyampaikan konsep tentang keuangan negara, tapi pulang dengan membawa pelajaran yang jauh lebih besar yakni memahami makna pengabdian total yang selama ini dijalankan para guru.

Bagi banyak relawan, berdiri di depan kelas menjadi refleksi yang menggugah hati. Mereka merasakan sendiri bahwa mengajar sehari saja bisa terasa lebih melelahkan daripada bekerja di kantor sepanjang minggu. Ada pula yang mengaku baru memahami betapa tidak mudahnya menjaga fokus murid, mengelola dinamika kelas, hingga menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Dari titik itu, relawan menyadari bahwa tugas guru bukan sekadar menyampaikan materi, melainkan membentuk karakter, membangun semangat, serta menjaga harapan setiap murid.

Di sinilah titik temu nilai antara relawan dan guru menjadi begitu nyata. Guru selama ini menanamkan integritas melalui teladan keseharian, sementara relawan memperkuatnya dengan memperlihatkan bagaimana seorang ASN menjaga kepercayaan publik dalam mengelola uang negara.

Kesabaran pun terasa sebagai napas utama keduanya ketika guru telah lama menjalaninya, dan relawan merasakannya langsung di ruang kelas. Keikhlasan, yang menjadi fondasi profesi guru, juga menjadi refleksi relawan bahwa mengajar bukanlah pekerjaan administratif, melainkan bentuk pengabdian kepada bangsa.

Begitu pula nilai tanggung jawab: guru memikul masa depan murid-muridnya, sementara relawan menunjukkan bagaimana pegawai negara bertanggung jawab atas setiap rupiah yang digunakan untuk pembangunan.

Pertemuan nilai-nilai ini memperkaya pengalaman kedua belah pihak. Banyak relawan mengatakan bahwa setelah mengikuti program ini, mereka kembali bekerja dengan perspektif baru: bahwa setiap kebijakan fiskal, setiap anggaran, dan setiap pelayanan publik pada akhirnya bermuara pada wajah-wajah kecil yang mereka temui di kelas.

Program ini memperkuat empati kelembagaan bahwa di balik angka-angka, ada manusia yang harus diutamakan. Para guru pun memperoleh manfaat serupa. Mereka menerima materi baru yang dapat memperkaya proses belajar mengajar, khususnya tentang kenegaraan dan keuangan publik. Mereka juga mendapatkan contoh nyata bagaimana aparatur negara bekerja, sesuatu yang dapat mereka bagikan kembali kepada siswa dalam pembelajaran karakter.

Kolaborasi tersebut juga menunjukkan satu hal mendasar bahwa mengajar bukan hanya tugas profesi tertentu, tetapi tugas moral seluruh bangsa. Melalui interaksi yang jujur dan penuh ketulusan antara guru dan relawan, pendidikan menjadi jembatan bersama untuk membangun generasi muda yang berkarakter, berdaya saing, dan mencintai negeri.

Inspirasi bagi Dunia Pendidikan

Satu dekade program Kemenkeu Mengajar adalah perjalanan panjang bagi sebuah gerakan berbasis kerelawanan, terlebih yang digerakkan oleh semangat individual para pegawai negara tanpa kewajiban struktural. Program ini telah melewati berbagai dinamika internal birokrasi yang tak pernah berhenti, mulai dari hantaman pandemi COVID-19, hingga perubahan sosial dan teknologi yang begitu cepat.

Namun, Kemenkeu Mengajar tetap hidup, tumbuh, dan mengakar. Alasannya sederhana: karena ia menyentuh inti karakter bangsa yaitu keinginan untuk berbagi. Para relawan datang dengan niat memberi, dan pulang dengan kesadaran bahwa pendidikan adalah fondasi masa depan Indonesia; bahwa negara hanya bisa berdiri kokoh jika generasinya memahami arti gotong royong dalam mengelola keuangan publik.

Ke depan, sejumlah langkah penting perlu dilakukan agar kolaborasi antara relawan dan guru semakin kuat.

Pertama, perluasan ke daerah 3T menjadi agenda utama. Banyak sekolah terpencil masih belum tersentuh, sehingga digitalisasi dan model hybrid perlu dimanfaatkan untuk mengatasi keterbatasan akses fisik.

Kedua, literasi keuangan negara sudah selayaknya terintegrasi dalam kurikulum karakter. Pemahaman tentang APBN, pajak, dan peran pemerintah dalam perekonomian seharusnya diajarkan sejak dini agar anak-anak tumbuh sebagai warga negara yang kritis dan bertanggung jawab.

Ketiga, sinergi dengan pemerintah daerah penting diperkuat terutama dengan program literasi fiskal berkelanjutan di tingkat lokal. Keempat, evaluasi mendalam atas dampak jangka panjang harus mulai dilakukan, agar manfaatnya dapat semakin dioptimalkan.

Kelima, keteladanan harus menjadi poros perubahan, dimana relawan membawa semangat integritas ASN, sementara guru membawa keteladanan pendidik. Ketika keduanya bertemu secara konsisten, lahirlah generasi yang bukan hanya cerdas, tetapi juga bermoral kuat.

Baca juga: Kemenkeu memperkuat peran SMV atasi fiskal daerah hingga perumahan

Pada akhirnya, program ini mengingatkan Indonesia bahwa pendidikan tidak hanya dibangun oleh kebijakan, kurikulum, atau fasilitas, tetapi oleh manusia-manusia yang bersedia hadir dan memberi inspirasi. Guru telah melakukan itu sepanjang hidup mereka dengan kesabaran, keikhlasan, dan rasa tanggung jawab yang tak pernah surut.

Relawan keuangan negara, melalui Kemenkeu Mengajar, melakukan sebagian kecil dari tugas mulia itu, tetapi cukup untuk menyalakan imajinasi siswa, membuka cakrawala baru tentang negara, dan membuat mereka bermimpi lebih besar. Mengajar adalah amal jariyah: setiap kata yang diberikan hari ini akan menjadi sikap, tindakan, dan pilihan hidup pada masa depan.

Karena itu, refleksi keteladanan dalam semangat para relawan adalah bentuk penghormatan paling substantif kepada profesi Guru yaitu penghormatan melalui tindakan, bukan sekadar ucapan.

Baca juga: Menkeu optimistis kredit tumbuh dekati double digit tahun 2026

Berikutnya yang perlu dipahami bersama adalah warisan terbesar dari satu dekade program ini bukanlah angka capaian, melainkan nilai yang ditanamkan: generasi muda yang memahami bagaimana negara bekerja, percaya pada integritas pelayanan publik, dan memiliki mimpi untuk ikut membangun Indonesia. Ini juga yang menjadi esensi sejati dari profesi seorang Guru, yaitu melanjutkan semangat para pendidik dengan menghadirkan keteladanan dari setiap penjuru negeri.

*) Dr. M. Lucky Akbar, Kepala Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan


 


Pewarta : Lucky Akbar *)
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2025