Mataram (ANTARA) - Film ''Kucumbu Tubuh Indahku'' karya terbaru dari sutradara Garin Nugroho dan produser Ifa Isfansyah tayang di bioskop 18 April 2019.
Film ini terinspirasi dari sosok seorang penari Lengger kenamaan bernama Rianto.
“Seorang penari Lengger yang harus menampilkan sisi maskulin dan feminin dalam satu tubuh adalah sebuah pergolakan ingatan tubuh yang sangat menantang. Ini yang saya tangkap dari cerita hidup Rianto. Dan ini yang ingin saya coba visualisasikan ke dalam film,” kata Garin Nugroho dalam siaran pers yang diterima Antara. Selasa.
Sang produser, Ifa Isfansyah, mengatakan Garin Nugroho langsung tertarik saat pertama kali mendengar kisah Rianto. Menurutnya, kisah tentang perjalanan tubuh manusia akan sangat indah jika disajikan secara visual.
''Apalagi digarap oleh sutradara sekaliber Garin Nugroho,” kata Ifa Isfansyah. “Selain itu, proses pembuatan film ini juga penting karena merupakan kolaborasi antar generasi dan masing-masing generasi memberikan pandangannya yang berbeda-beda yang kemudian saling melengkapi,” lanjutnya.
Sinopsis
Film keempat produksi Fourcolours Films ini berkisah tentang seorang penari Lengger di sebuah desa kecil di Jawa bernama Juno.
Kisah Juno diceritakan dalam tiga masa, yaitu Juno Kecil, Juno Remaja, dan Juno Dewasa. Juno Kecil terpaksa harus hidup sendiri sejak ditinggal pergi oleh ayahnya.
Di tengah kesendiriannya, Juno bergabung dengan sanggar tari Lengger. Sejak itu, Juno harus hidup berpindah- pindah tempat.
Seiring perjalanannya menjadi dewasa, Juno mendapat perhatian dan kasih sayang dari beberapa orang terdekat di sekelilingnya, ada guru tari, bibi penjual ayam, paman penjahit, seorang petinju, dan seorang warok.
Semua pengalaman yang dilaluinya itu membuat Juno memiliki sebuah perjalanan hidup yang membawanya kepada pemahaman akan keindahan hidup.
Rianto, yang kisahnya menginsiprasi film ini adalah penari dan koreografer ternama yang menguasai berbagai jenis tarian yang telah membawa tubuh maskulin dan feminimnya berkeliling dunia. Karyanya yang terkenal adalah ''Medium'' dan ''Softmachine''.
Karya ''Medium'' telah dipentaskan 25 kali dan ''Softmachine'' telah dipentaskan sebanyak 56 kali di berbagai negara, di Asia, Eropa, America, Africa. Rianto menjadi penari dari Akram Khan yang telah berkeliling dunia dalam karyanya Until The Lion. Rianto berperan sebagai Juno dewasa.
Tokoh Juno remaja diperankan oleh Muhammad Khan dan film ini menjadi film panjang pertamanya. Sejak tahun 2006, Khan adalah aktor teater yang aktif melakoni berbagai peran. Namun, memerankan Juno Remaja merupakan tantangan tersendiri baginya.
“Delapan tahun saya mendalami seni bela diri silat, tubuh saya sudah terbiasa bergerak dan memiliki fleksibilitas. Tapi menari merupakan seni gerak yang lain lagi. Saya harus belajar mengasah rasa dan memasukkan rasa itu dalam sebuah gerak tari. Ini sungguh sebuah pengalaman yang baru dan menarik dan tentunya semakin memperkaya saya sebagai aktor,” kata Muhammad Khan.
Selain kedua pemeran di atas, film ini juga melibatkan beberapa pemain lain seperti, Raditya Evandra (Juno Kecil), Sujiwo Tejo (Guru Lengger), Teuku Rifnu Wikana (Bupati), Randy Pangalila (Petinju), Whani Dharmawan (Warok), Endah Laras (Bibi Juno) dan Windarti (Guru Tari).
Selain itu, musisi Mondo Gascaro menjadi pengisi soundtrack dan music composer dalam film ini.
Rumah produksi Fourcolours Films adalah rumah produksi independen yang dikenal dengan karya-karyanya yang telah menuai banyak penghargaan, seperti ''Sekala Niskala'' (Kamila Andini, 2017) dan ''Siti'' (Eddie Cahyono, 2014 – Film Terbaik Festival Film Indonesia 2015).
Film ini terinspirasi dari sosok seorang penari Lengger kenamaan bernama Rianto.
“Seorang penari Lengger yang harus menampilkan sisi maskulin dan feminin dalam satu tubuh adalah sebuah pergolakan ingatan tubuh yang sangat menantang. Ini yang saya tangkap dari cerita hidup Rianto. Dan ini yang ingin saya coba visualisasikan ke dalam film,” kata Garin Nugroho dalam siaran pers yang diterima Antara. Selasa.
Sang produser, Ifa Isfansyah, mengatakan Garin Nugroho langsung tertarik saat pertama kali mendengar kisah Rianto. Menurutnya, kisah tentang perjalanan tubuh manusia akan sangat indah jika disajikan secara visual.
''Apalagi digarap oleh sutradara sekaliber Garin Nugroho,” kata Ifa Isfansyah. “Selain itu, proses pembuatan film ini juga penting karena merupakan kolaborasi antar generasi dan masing-masing generasi memberikan pandangannya yang berbeda-beda yang kemudian saling melengkapi,” lanjutnya.
Sinopsis
Film keempat produksi Fourcolours Films ini berkisah tentang seorang penari Lengger di sebuah desa kecil di Jawa bernama Juno.
Kisah Juno diceritakan dalam tiga masa, yaitu Juno Kecil, Juno Remaja, dan Juno Dewasa. Juno Kecil terpaksa harus hidup sendiri sejak ditinggal pergi oleh ayahnya.
Di tengah kesendiriannya, Juno bergabung dengan sanggar tari Lengger. Sejak itu, Juno harus hidup berpindah- pindah tempat.
Seiring perjalanannya menjadi dewasa, Juno mendapat perhatian dan kasih sayang dari beberapa orang terdekat di sekelilingnya, ada guru tari, bibi penjual ayam, paman penjahit, seorang petinju, dan seorang warok.
Semua pengalaman yang dilaluinya itu membuat Juno memiliki sebuah perjalanan hidup yang membawanya kepada pemahaman akan keindahan hidup.
Rianto, yang kisahnya menginsiprasi film ini adalah penari dan koreografer ternama yang menguasai berbagai jenis tarian yang telah membawa tubuh maskulin dan feminimnya berkeliling dunia. Karyanya yang terkenal adalah ''Medium'' dan ''Softmachine''.
Karya ''Medium'' telah dipentaskan 25 kali dan ''Softmachine'' telah dipentaskan sebanyak 56 kali di berbagai negara, di Asia, Eropa, America, Africa. Rianto menjadi penari dari Akram Khan yang telah berkeliling dunia dalam karyanya Until The Lion. Rianto berperan sebagai Juno dewasa.
Tokoh Juno remaja diperankan oleh Muhammad Khan dan film ini menjadi film panjang pertamanya. Sejak tahun 2006, Khan adalah aktor teater yang aktif melakoni berbagai peran. Namun, memerankan Juno Remaja merupakan tantangan tersendiri baginya.
“Delapan tahun saya mendalami seni bela diri silat, tubuh saya sudah terbiasa bergerak dan memiliki fleksibilitas. Tapi menari merupakan seni gerak yang lain lagi. Saya harus belajar mengasah rasa dan memasukkan rasa itu dalam sebuah gerak tari. Ini sungguh sebuah pengalaman yang baru dan menarik dan tentunya semakin memperkaya saya sebagai aktor,” kata Muhammad Khan.
Selain kedua pemeran di atas, film ini juga melibatkan beberapa pemain lain seperti, Raditya Evandra (Juno Kecil), Sujiwo Tejo (Guru Lengger), Teuku Rifnu Wikana (Bupati), Randy Pangalila (Petinju), Whani Dharmawan (Warok), Endah Laras (Bibi Juno) dan Windarti (Guru Tari).
Selain itu, musisi Mondo Gascaro menjadi pengisi soundtrack dan music composer dalam film ini.
Rumah produksi Fourcolours Films adalah rumah produksi independen yang dikenal dengan karya-karyanya yang telah menuai banyak penghargaan, seperti ''Sekala Niskala'' (Kamila Andini, 2017) dan ''Siti'' (Eddie Cahyono, 2014 – Film Terbaik Festival Film Indonesia 2015).