Mataram (ANTARA) - Ketua Umum DPP KNPI Noer Fajrieansyah menyatakan siap menjadi fasilitator rekonsiliasi dan menyerukan kepada para elite di negeri ini untuk melepaskan ego masing-masing demi kepentingan bangsa dan negara.
"Kalau mereka tidak siap untuk melepaskan ego masing-masing dan mengorbankan masyarakat, kami para pemuda siap menjadi fasilitator bagi Jokowi dan Prabowo agar dapat bertemu dan meredamkan situasi," kata Fajrie dalam keterangan tertulisnya, Jumat.
Fajrie mengatakan bahwa tokoh negeri ini tidak bisa menjadi contoh bagi para anak muda karena tidak ada kelegawaan dari pihak yang kalah dalam kompetitif dan tega untuk mengorbankan masyarakat sipil bentrok dengan aparat demi kekuasaan semata.
"Aksi kericuhan ini sudah didesain secara matang karena kami hafal dengan pola-pola seperti ini. Tujuannya membuat 'chaos' negara hanya untuk merebut kekuasaan di luar konstitusional," ujar Fajrie.
Fajrie melanjutkan, "Lihatlah kami anak-anak muda yang berkumpul di markas anak muda NU, hadir anak muda Katolik, Kristen, buddha, Hindu, hingga nasionalis dari Pemuda Pancasila. Kami bisa berkumpul di sini penuh canda tawa sembari menginisiasi rekonsiliasi bagi para elite yang belum legawa atas kekalahan dalam pilpres.
KNPI sendiri sudah membuktikan dalam acara diskusi yang digelar beberapa waktu lalu. Pihaknya bisa membuat perwakilan TKN dan BPN duduk santai sambil bercanda lepas membicarakan berbagai permasalah negeri ini dengan hati dingin.
Apabila elite politik memiliki pandangan berbeda, menurut dia, itu sebuah kewajaran. Apalagi, anak muda yang memiliki ego dan emosi yang tinggi, baku hantam pun biasa apabila ada perbedaan pendapat.
Akan tetapi, kalau bicara soal masa depan negara, anak bisa menjadi yang terdepan dalam merajut rekonsiliasi.
"Sejarah sudah membuktikan, anak muda selalu menjadi motor di depan untuk setiap momentum penting di negeri ini," ujar Fajrie.
Para perwakilan organisasi pemuda Indonesia mampu menunjukkan bahwa situasi di Jakarta tidaklah mencekam dan seram.
Terbukti di markas besar GP Ansor yang hanya berjarak 3 kilometer dari lokasi kericuhan berkumpul perwakilan pemuda lintas agama dalam acara harlah GP Ansor ke 85 dengan situasi penuh canda tawa dan penuh keakraban.
Hadir Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas dan Sekjen Abdul Rochman; Ketua Umum DPP KNPI Noer Fajrieansyah dan Sekjen Addin Jauharuddin; Sekjen MPN Pemuda Pancasila Arif Rahman; Sekjen GEMABUDHI Karsono; Sekjend Pemuda Katholik Christoper Nugroha, Sekjen DPP GAMKI GAMKI Putu; perwakilan Pemuda Muhammadiyah, dan Ketua Umum Generasi Muda Mathla’ul Anwar Ahmad Nawawi.
Kehadiran mereka selain untuk memenuhi undangan GP Ansor memperingati harlah ke-85 juga untuk berorasi menyampaikan pesan perdamaian dan menyerukan rekonsiliasi bagi para elite agar tidak timbul lagi korban dari masyarakat.
"Kalau mereka tidak siap untuk melepaskan ego masing-masing dan mengorbankan masyarakat, kami para pemuda siap menjadi fasilitator bagi Jokowi dan Prabowo agar dapat bertemu dan meredamkan situasi," kata Fajrie dalam keterangan tertulisnya, Jumat.
Fajrie mengatakan bahwa tokoh negeri ini tidak bisa menjadi contoh bagi para anak muda karena tidak ada kelegawaan dari pihak yang kalah dalam kompetitif dan tega untuk mengorbankan masyarakat sipil bentrok dengan aparat demi kekuasaan semata.
"Aksi kericuhan ini sudah didesain secara matang karena kami hafal dengan pola-pola seperti ini. Tujuannya membuat 'chaos' negara hanya untuk merebut kekuasaan di luar konstitusional," ujar Fajrie.
Fajrie melanjutkan, "Lihatlah kami anak-anak muda yang berkumpul di markas anak muda NU, hadir anak muda Katolik, Kristen, buddha, Hindu, hingga nasionalis dari Pemuda Pancasila. Kami bisa berkumpul di sini penuh canda tawa sembari menginisiasi rekonsiliasi bagi para elite yang belum legawa atas kekalahan dalam pilpres.
KNPI sendiri sudah membuktikan dalam acara diskusi yang digelar beberapa waktu lalu. Pihaknya bisa membuat perwakilan TKN dan BPN duduk santai sambil bercanda lepas membicarakan berbagai permasalah negeri ini dengan hati dingin.
Apabila elite politik memiliki pandangan berbeda, menurut dia, itu sebuah kewajaran. Apalagi, anak muda yang memiliki ego dan emosi yang tinggi, baku hantam pun biasa apabila ada perbedaan pendapat.
Akan tetapi, kalau bicara soal masa depan negara, anak bisa menjadi yang terdepan dalam merajut rekonsiliasi.
"Sejarah sudah membuktikan, anak muda selalu menjadi motor di depan untuk setiap momentum penting di negeri ini," ujar Fajrie.
Para perwakilan organisasi pemuda Indonesia mampu menunjukkan bahwa situasi di Jakarta tidaklah mencekam dan seram.
Terbukti di markas besar GP Ansor yang hanya berjarak 3 kilometer dari lokasi kericuhan berkumpul perwakilan pemuda lintas agama dalam acara harlah GP Ansor ke 85 dengan situasi penuh canda tawa dan penuh keakraban.
Hadir Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas dan Sekjen Abdul Rochman; Ketua Umum DPP KNPI Noer Fajrieansyah dan Sekjen Addin Jauharuddin; Sekjen MPN Pemuda Pancasila Arif Rahman; Sekjen GEMABUDHI Karsono; Sekjend Pemuda Katholik Christoper Nugroha, Sekjen DPP GAMKI GAMKI Putu; perwakilan Pemuda Muhammadiyah, dan Ketua Umum Generasi Muda Mathla’ul Anwar Ahmad Nawawi.
Kehadiran mereka selain untuk memenuhi undangan GP Ansor memperingati harlah ke-85 juga untuk berorasi menyampaikan pesan perdamaian dan menyerukan rekonsiliasi bagi para elite agar tidak timbul lagi korban dari masyarakat.