Mataram (ANTARA) - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menilai penutupan gerai ritel modern yang dimiliki oleh PT Hero Supermarket Tbk, Giant, tidak berkaitan dengan maraknya transaksi perdagangan secara daring (online) lewat internet.

"Penutupan gerai ini tidak ada kaitannya dengan transaksi 'online' yang masih di bawah 10 persen dari total transaksi 'offline' melalui toko fisik," kata Ketua Umum Aprindo Roy N. Mandey saat dihubungi oleh ANTARA di Jakarta, Senin.

Roy mengaku bahwa Aprindo belum mendapatkan keterangan resmi dari Giant mengenai rangkaian penutupan gerai ini.

Namun menurut dia, penutupan supermarket Giant di enam lokasi ini lebih karena alasan efisiensi agar korporasi dapat terus berusaha dan menghidupi bisnisnya.

Keenam gerai yang akan ditutup, kata Roy, akan direlokasi terhadap lokasi yang baru, yang lebih strategis dan memiliki potensi pendapatan lebih baik daripada gerai yang saat ini masih beroperasi.

Selain itu, ia menilai bahwa telah terjadi perubahan perilaku konsumen dari yang biasanya memasak di rumah dan berbelanja bahan pangan di supermarket, kini mereka lebih memilih untuk berkuliner.

"Adanya penurunan transaksi pangan, baik makanan dan minuman, akibat bergesernya perilaku konsumen. Konsumen lebih memilih kuliner di luar rumah sebagai gaya hidup masyarakat global," kata Roy.

Seperti diketahui, enam supermarket Giant dikabarkan tutup pada 28 Juli 2019. Keenam gerai tersebut, yakni Giant Ekspres Cinere Mall, Giant Ekspres Mampang, Giant Ekspres Pondok Timur, Giant Ekstra Jatimakmur, Giant Ekstra Mitra 10 Cibubur, dan Giant Ekstra Wisma Asri.

Sebelum tutup, Giant akan memberikan diskon ke masyarakat dari 5 persen hingga 50 persen.
Baca juga: Hero: 92 persen karyawan terdampak efisiensi sepakat PHK
Baca juga: Pemkot Mataram segera komunikasikan nasib pekerja Supermarket Giant
 

Pewarta : Antara
Editor : Ihsan Priadi
Copyright © ANTARA 2024