Mataram (ANTARA) - Istana Presiden Filipina, Malacanang, menggambarkan Amnesty International "keras kepala" dan "tak bisa diperbaiki" setelah kelompok hak asasi manusia yang berpusat di London itu berkeras bahwa sebanyak 27.000 pembunuhan tanpa pengadilan terjadi di negeri tersebut.
Juru Bicara Presiden Salvador Panelo meminta organisasi itu mengutip fakta dan jumlah pada nama 27.000 kematian tersebut. Ia memperingatkan bahwa kegagalan untuk melakukan itu akan berarti laporan mereka tentu saja adalah "kebencian yang patut dikutuk".
"Amnesty International bukan hanya keras kepala tapi juga tak bisa diperbaiki, ketika organisasi tersebut berkeras untuk memburu dan mengajukan cerita palsu tanpa dasar mengenai perang pemerintah melawan narkotika, terutama mengenai sifat dan jumlah kematian yang terjadi," kata Panelo di dalam satu pernyataan pada Rabu malam (10/7).
Panelo berkeras bahwa kelompok tersebut mengandalkan jumlah yang diberikan oleh pengkritik Presiden Rodrigo R. Duterte sebab data pemerintah memperlihatkan hanya 5.425 orang tewas dalam operasi antinarkotika.
Panelo juga mengabaikan pernyataan Direktur Kantor Amnesty di Filipina Burtch Olano, yang mendesak juru bicara presiden itu "mengerjakan pekerjaan rumahnya" dengan membaca laporan mereka.
Pada Selasa (9/7), Olano berkeras bahwa angka 27.000 datang dari data Polisi Nasional Filipina dan bukan milik mereka.
Juru Bicara Presiden Salvador Panelo meminta organisasi itu mengutip fakta dan jumlah pada nama 27.000 kematian tersebut. Ia memperingatkan bahwa kegagalan untuk melakukan itu akan berarti laporan mereka tentu saja adalah "kebencian yang patut dikutuk".
"Amnesty International bukan hanya keras kepala tapi juga tak bisa diperbaiki, ketika organisasi tersebut berkeras untuk memburu dan mengajukan cerita palsu tanpa dasar mengenai perang pemerintah melawan narkotika, terutama mengenai sifat dan jumlah kematian yang terjadi," kata Panelo di dalam satu pernyataan pada Rabu malam (10/7).
Panelo berkeras bahwa kelompok tersebut mengandalkan jumlah yang diberikan oleh pengkritik Presiden Rodrigo R. Duterte sebab data pemerintah memperlihatkan hanya 5.425 orang tewas dalam operasi antinarkotika.
Panelo juga mengabaikan pernyataan Direktur Kantor Amnesty di Filipina Burtch Olano, yang mendesak juru bicara presiden itu "mengerjakan pekerjaan rumahnya" dengan membaca laporan mereka.
Pada Selasa (9/7), Olano berkeras bahwa angka 27.000 datang dari data Polisi Nasional Filipina dan bukan milik mereka.