Mahasiswa Universitas Brawijaya menyulap limbah biomassa jadi kertas

Kamis, 25 Juli 2019 10:13 WIB

Mataram (ANTARA) - Dua mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP UB) Malang menyulap biomassa limbah pertanian menjadi bubur kertas (pulp) dan kertas dengan menggunakan alat Cellulose from Biomass Waste (C-BOMS).

Dengan menggunakan C-BOMS, kertas yang dihasilkan kedua mahasiswa FTP UB yang kreatif tersebut, yakni Sakinah Hilya dan Khodijah Adrebi, lebih berkualitas dan ramah lingkungan.

"Selama ini untuk membuat kertas, bahan baku utama yang digunakan adalah kayu hutan dan untuk memproduksi satu rim kertas dibutuhkan satu pohon berusia lima tahun," kata  mahasiswa FTP UB tersebut, Khodijah Adrebi di Malang, Jawa Timur, Kamis.

Ia mengemukakan pada 2016 konsumsi kertas dunia mencapai 394 juta ton dan diperkirakan akan meningkat menjadi 490 juta ton pada tahun 2020. "Kami menggunakan limbah biomasa sebagai bahan baku kertas," kata Khodijah.

Sebab, lanjutnya, berdasarkan data dari Kementerian Pertanian (2014) jumlah limbah biomassa, khususnya dari sektor pertanian dan perkebunan yang tidak didayagunakan mencapai 20 juta ton dalam setahun, padahal di dalamnya terkandung selulosa dengan kadar yang tinggi.

"Selulosa inilah yang menjadi suatu indikasi penting dalam produksi bubur kertas (pulp) dan kertas. Semakin tinggi kadar selulosa dalam pulp, akan menghasilkan kertas dengan kualitas yang lebih baik," ucapnya.

Khodijah memaparkan limbah biomassa dari sektor pertanian tersebut diolah menjadi pulp dan kertas dengan menggunakan C-BOMS. C-BOMS merupakan alat pembuat pulp dan kertas dengan menggunakan teknologi Pulsed Electric Field yang dirangkai dalam suatu rancang bangun alat bernama Cellulose from Biomass Waste (C-BOMS).

C-BOMS memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan metode yang banyak diterapkan di industri pulp dan kertas saat ini, yakni metode kimiawi. Kelebihan tersebut antara lain lebih ramah lingkungan, waktu proses jauh lebih singkat, dan tidak membutuhkan proses thermal yang dapat mendegradasi selulosa. Karena proses yang efektif dan efisien akan diperoleh dengan pemanfaatan teknologi yang tepat.

Menurut Khodijah, C-BOMS memadukan treatment fisik Pulsed Electric Field dengan memberikan kejut listrik yang akan meningkatkan permeabilitas membran dengan memperbesar pori-pori pada sel, dan juga treatment Natrium Hidroksida untuk mencapai seluruh bagian sel dan melarutkan lignin maupun zat pengotor lain.

Dengan demikian, katanya, akan terjadi proses yang dinamakan delignifikasi. Dari proses tesebut kandungan selulosa akan terpisah dari ikatan lignoselulosa dan lignin akan terlarut. Sehingga, kandungan selulosa akan meningkat.

"Hasil produk dari C-BOMS ini telah diuji menggunakan Scanning Electron Microscopy dan colorimetri. Harapan kami dengan adanya C-BOMS ini dapat membantu mewujudkan visi industri hijau yang terintegrasi dengan Industri 4.0 sekaligus menyejahterakan petani dengan tetap meningkatkan proses produksi yang selaras dengan penjagaan terhadap lingkungan," punkas Khodijah.
 

Pewarta : Antara
Editor : Ihsan Priadi
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Pembangunan PLTU FTP 2 Sambelia senilai Rp3,04 triliun sudah mencapai 70 persen

20 August 2021 7:25 Wib, 2021
Terpopuler

Pemprov NTB tanggapi soal penetapan Direktur PT GNE sebagai tersangka

Kabar NTB - 02 May 2024 20:05 Wib

Polda NTB tetapkan direktur GNE Samsul Hadi tersangka kasus penyediaan air bersih

Hukum Kriminal - 01 May 2024 6:53 Wib

Tiket tur konser Sheila On 7 lima kota habis

Budaya & Pariwisata - 01 May 2024 19:45 Wib

Kejari Dompu-NTB periksa 20 saksi kasus korupsi proyek irigasi

Kabar NTB - 04 May 2024 8:19 Wib

Kejaksaan: Penanganan korupsi Bank NTB Syariah masih tahap pengumpulan data

Kabar NTB - 30 April 2024 16:39 Wib