Jakarta (ANTARA) - Maspupah, Ibu dari korban demo DPR yang berakhir ricuh mengaku ia menolak tawaran polisi untuk mengautopsi jasad anaknya di Rumah Sakit Polri Kramat Jati.
"Engga ga usah, saya bilang ga usah. Saya takut organnya diambil. Polisi soalnya kasih liat proses otopsi nih kayak gini terus saya pikir ga usah takut diambil gitu kan dalemannya," kata Marpupah kepada awak media yang menemuinya di Blok F Tanah Abang, Jumat.
Maulana Suryadi merupakan salah satu pendemo yang ditemukan menjadi korban kericuhan. Pria yang akrab disapa Yadi itu dinyatakan meninggal akibat penyakit asma yang kambuh akibat terkena gas air mata yang menyerang saluran pernafasan.
Maspupah tidak menyangka anaknya sudah tiada, meski demikian ia mengaku sudah ikhlas dengan kepergian Yadi.
"Saya ikhlas, anak saya sudah tidak ada. Tapi saya tidak terima kalau misalnya dia meninggal karena dipukuli polisi saya ga terima dunia akhirat, tapi kalau anak saya meninggal karena dari Allah, saya ikhlas," kata Maspupah.
Wanita yang bekerja sebagai juru parkir di Blok F Tanah Abang itu mengatakan Yadi masih memiliki banyak tanggungan seperti adik- adiknya dan dua orang anaknya.
Ia berharap agar setelah kepergian Yadi, tanggungan keluarga dapat dibiayai oleh orang yang bertanggung jawab atas kematian putranya.
"Saya cuma berharap itu anak- anaknya yang masih umur dua tahun sama empat tahun ditanggung aja sampai dewasa, kasihan masih kecil sudah yatim," kata Maspupah.
Sebelumnya, Yadi diketahui mengikuti demo di depan DPR RI. Demo tersebut awalnya diikuti oleh pelajar menengah ke atas dan sederajat namun demo tersebut berakhir ricuh.
Yadi menjadi salah satu korban yang meninggal dunia akibat kericuhan tersebut.
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menegaskan pedemo yang tewas itu bukan dari kalangan pelajar dan mahasiswa namun kelompok perusuh.
Kapolri juga membantah penyebab kematian korban bukan karena tindakan represif dari aparat yang menangani aksi massa rusuh.
"Engga ga usah, saya bilang ga usah. Saya takut organnya diambil. Polisi soalnya kasih liat proses otopsi nih kayak gini terus saya pikir ga usah takut diambil gitu kan dalemannya," kata Marpupah kepada awak media yang menemuinya di Blok F Tanah Abang, Jumat.
Maulana Suryadi merupakan salah satu pendemo yang ditemukan menjadi korban kericuhan. Pria yang akrab disapa Yadi itu dinyatakan meninggal akibat penyakit asma yang kambuh akibat terkena gas air mata yang menyerang saluran pernafasan.
Maspupah tidak menyangka anaknya sudah tiada, meski demikian ia mengaku sudah ikhlas dengan kepergian Yadi.
"Saya ikhlas, anak saya sudah tidak ada. Tapi saya tidak terima kalau misalnya dia meninggal karena dipukuli polisi saya ga terima dunia akhirat, tapi kalau anak saya meninggal karena dari Allah, saya ikhlas," kata Maspupah.
Wanita yang bekerja sebagai juru parkir di Blok F Tanah Abang itu mengatakan Yadi masih memiliki banyak tanggungan seperti adik- adiknya dan dua orang anaknya.
Ia berharap agar setelah kepergian Yadi, tanggungan keluarga dapat dibiayai oleh orang yang bertanggung jawab atas kematian putranya.
"Saya cuma berharap itu anak- anaknya yang masih umur dua tahun sama empat tahun ditanggung aja sampai dewasa, kasihan masih kecil sudah yatim," kata Maspupah.
Sebelumnya, Yadi diketahui mengikuti demo di depan DPR RI. Demo tersebut awalnya diikuti oleh pelajar menengah ke atas dan sederajat namun demo tersebut berakhir ricuh.
Yadi menjadi salah satu korban yang meninggal dunia akibat kericuhan tersebut.
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menegaskan pedemo yang tewas itu bukan dari kalangan pelajar dan mahasiswa namun kelompok perusuh.
Kapolri juga membantah penyebab kematian korban bukan karena tindakan represif dari aparat yang menangani aksi massa rusuh.