Taliwang (ANTARA) - Pagi itu sangat cerah, udara masih terasa sejuk ketika warga kota Taliwang mulai beraktivitas sejak pagi. Di sela-sela lalu lalang kendaraan dan aktivitas anak sekolah terlihat kegiatan yang berbeda di sudut Halte Bus SD Negeri 1 Taliwang. Seorang petugas kebersihan yang sedang menyapu dan mengais sampah di pinggiran jalan tersebut.
Langkah yang sedikit kaku dan gemetar. Wajah yang lelah terlihat ketika sesekali Ia mengangkat kepala dan mengusap dahinya. Ia adalah Usman (42) seorang Tuna Daksa atau penyandang cacat fisik warga Kelurahan Menala, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Usman mengaku telah bekerja menjadi petugas harian lepas pembersih jalan protokol selama kurang lebih 12 tahun dengan gaji yang diberikan pemerintah Rp1.250.000 per bulan. Dikarenakan fisiknya yang tidak sempurna, Ia hanya dapat menyapu dan sesekali mengumpulkan sampah-sampah di tempat sampah yang ada di sekitar lokasi jalan.
“Saya sudah bekerja sekitar 12 tahun, saya memilih kerjaan ini karena mudah dan tidak berat dari pada saya tidak melakukan apa-apa,” tuturnya di sela-sela istirahatnya pagi itu di simpang Alfamart Kota Taliwang.
Setiap hari Usman harus menyapu dan membersihkan sampah-sampah di sepanjang jalan protokol yang panjangnya sekitar 1 Km, dengan menggunakan sapu, alat angkat sampah dan sebuah karung kecil pria yang sampai saat ini belum menikah tersebut selalu semangat dan bersyukur menjalani pekerjaannya.
“Hanya ini yang dapat saya lakukan mas untuk mendapatkan uang membiayai hidup saya setiap harinya. Saya malu dengan umur saya setua ini saya masih bergantung kepada keluarga,” katanya.
Usman mengalami cacat fisik sejak lahir, Ia ingin sekali melakukan hal yang berarti untuk Kabupaten Sumbawa Barat tercinta tetapi keadaan yang tidak mengijinkannya.
“Saya hanya dapat memberikan pengabdian ini untuk KSB walaupun gajinya tak seberapa tetapi saya bersyukur pemerintah mau mempekerjakan saya, semoga ini ada manfaatnya bagi masyarakat,” ucapnya dengan nada yang terbata-bata.
Setiap hari selama bekerja Ia mengaku selalu menjaga kesehatan dengan konsisten sarapan pagi seadanya. Usai sarapan Usman langsung bekerja, biasanya Ia menyapu jalan dua kali setiap hari, pagi dan sore mulai dari lapangan alun-alun kota sampai simpang alfamart pos polisi kota.
Gaji yang Ia dapat selama ini digunakan untuk membiayai hidupnya sehari-hari. Tak jarang iya juga memberikan sedekah di masjid dan berbagi makanan kepada teman-temannya sesama petugas kebersihan. “ Yang penting kita bisa berbagi, uang itu tidak selalu berarti, karena berbagi saya merasa bahagia,” kata Usman.
Usman tidak berharap banyak di sisa hidupnya, Ia mempunyai harapan yang sederhana yaitu memberikan yang terbaik yang Ia miliki untuk orang banyak.
Langkah yang sedikit kaku dan gemetar. Wajah yang lelah terlihat ketika sesekali Ia mengangkat kepala dan mengusap dahinya. Ia adalah Usman (42) seorang Tuna Daksa atau penyandang cacat fisik warga Kelurahan Menala, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Usman mengaku telah bekerja menjadi petugas harian lepas pembersih jalan protokol selama kurang lebih 12 tahun dengan gaji yang diberikan pemerintah Rp1.250.000 per bulan. Dikarenakan fisiknya yang tidak sempurna, Ia hanya dapat menyapu dan sesekali mengumpulkan sampah-sampah di tempat sampah yang ada di sekitar lokasi jalan.
“Saya sudah bekerja sekitar 12 tahun, saya memilih kerjaan ini karena mudah dan tidak berat dari pada saya tidak melakukan apa-apa,” tuturnya di sela-sela istirahatnya pagi itu di simpang Alfamart Kota Taliwang.
Setiap hari Usman harus menyapu dan membersihkan sampah-sampah di sepanjang jalan protokol yang panjangnya sekitar 1 Km, dengan menggunakan sapu, alat angkat sampah dan sebuah karung kecil pria yang sampai saat ini belum menikah tersebut selalu semangat dan bersyukur menjalani pekerjaannya.
“Hanya ini yang dapat saya lakukan mas untuk mendapatkan uang membiayai hidup saya setiap harinya. Saya malu dengan umur saya setua ini saya masih bergantung kepada keluarga,” katanya.
Usman mengalami cacat fisik sejak lahir, Ia ingin sekali melakukan hal yang berarti untuk Kabupaten Sumbawa Barat tercinta tetapi keadaan yang tidak mengijinkannya.
“Saya hanya dapat memberikan pengabdian ini untuk KSB walaupun gajinya tak seberapa tetapi saya bersyukur pemerintah mau mempekerjakan saya, semoga ini ada manfaatnya bagi masyarakat,” ucapnya dengan nada yang terbata-bata.
Setiap hari selama bekerja Ia mengaku selalu menjaga kesehatan dengan konsisten sarapan pagi seadanya. Usai sarapan Usman langsung bekerja, biasanya Ia menyapu jalan dua kali setiap hari, pagi dan sore mulai dari lapangan alun-alun kota sampai simpang alfamart pos polisi kota.
Gaji yang Ia dapat selama ini digunakan untuk membiayai hidupnya sehari-hari. Tak jarang iya juga memberikan sedekah di masjid dan berbagi makanan kepada teman-temannya sesama petugas kebersihan. “ Yang penting kita bisa berbagi, uang itu tidak selalu berarti, karena berbagi saya merasa bahagia,” kata Usman.
Usman tidak berharap banyak di sisa hidupnya, Ia mempunyai harapan yang sederhana yaitu memberikan yang terbaik yang Ia miliki untuk orang banyak.