Mataram (ANTARA) - Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Nusa Tenggara Barat, melatih petugas aviation security (avsec) Bandara Internasional Lombok, mengenali modus penyelundupan narkoba.
Kepala BNNP NTB Gde Sugianyar Dwi Putra di Mataram, Selasa, menjelaskan, pelatihan diberikan sebagai bekal petugas avsec dalam mengantisipasi masuknya narkoba ke NTB melalui jalur bandara.
"Jadi bagaimana dengan menggunakan mesin x-ray itu, petugas bisa mendeteksi, mengenali bentuk, warna dan sebagainya," kata Gde Sugianyar.
Menurutnya, pengenalan modus penyelundupan narkoba ini sudah sepantasnya menjadi bekal para petugas avsec. Hal itu dilihat dari banyaknya kasus penyelundupan narkoba yang masuk melalui bandara, entah itu menggunakan jasa kurir atau pun pengiriman barang.
Seperti kasus narkoba yang terbongkar pada Sabtu (4/1) siang di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat. Salah seorang dari tiga pelaku yang ditangkap berasal dari Aceh, berinisial RR.
Dia ditangkap ketika melakukan transaksi dengan seseorang berinsial FF, pria asal Alas, Kabupaten Sumbawa Besar. Pelaku FF yang berperan sebagai penerima barang ditangkap bersama sepupunya yang masih berstatus mahasiswa.
Namun yang sangat disayangkan dalam kasus ini adalah modus pelaku RR yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka tersebut berhasil lolos dari pengamanan bandara membawa dua kilogram narkoba jenis shabu-shabu langsung dari Aceh.
Bahkan sebelum tiba di Lombok, pesawat yang ditumpangi RR dari Aceh sempat singgah di Jakarta. Namun demikian, RR bersama barang haramnya berhasil lolos dari pengamanan bandara dan melakukan transaksi dengan FF di kawasan wisata Senggigi.
"Kalau kita lihat fokus avsec itu kan terkait dengan keselamatan penumpang, utamanya berkaitan dengan barang-barang yang dapat mengganggu penerbangan. Dengan banyaknya penyelundupan dari bandara, jadinya memang perlu diberikan bekal pelatihan seperti ini juga," ujar dia.
Kepala BNNP NTB Gde Sugianyar Dwi Putra di Mataram, Selasa, menjelaskan, pelatihan diberikan sebagai bekal petugas avsec dalam mengantisipasi masuknya narkoba ke NTB melalui jalur bandara.
"Jadi bagaimana dengan menggunakan mesin x-ray itu, petugas bisa mendeteksi, mengenali bentuk, warna dan sebagainya," kata Gde Sugianyar.
Menurutnya, pengenalan modus penyelundupan narkoba ini sudah sepantasnya menjadi bekal para petugas avsec. Hal itu dilihat dari banyaknya kasus penyelundupan narkoba yang masuk melalui bandara, entah itu menggunakan jasa kurir atau pun pengiriman barang.
Seperti kasus narkoba yang terbongkar pada Sabtu (4/1) siang di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat. Salah seorang dari tiga pelaku yang ditangkap berasal dari Aceh, berinisial RR.
Dia ditangkap ketika melakukan transaksi dengan seseorang berinsial FF, pria asal Alas, Kabupaten Sumbawa Besar. Pelaku FF yang berperan sebagai penerima barang ditangkap bersama sepupunya yang masih berstatus mahasiswa.
Namun yang sangat disayangkan dalam kasus ini adalah modus pelaku RR yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka tersebut berhasil lolos dari pengamanan bandara membawa dua kilogram narkoba jenis shabu-shabu langsung dari Aceh.
Bahkan sebelum tiba di Lombok, pesawat yang ditumpangi RR dari Aceh sempat singgah di Jakarta. Namun demikian, RR bersama barang haramnya berhasil lolos dari pengamanan bandara dan melakukan transaksi dengan FF di kawasan wisata Senggigi.
"Kalau kita lihat fokus avsec itu kan terkait dengan keselamatan penumpang, utamanya berkaitan dengan barang-barang yang dapat mengganggu penerbangan. Dengan banyaknya penyelundupan dari bandara, jadinya memang perlu diberikan bekal pelatihan seperti ini juga," ujar dia.