Mataram (ANTARA) - Pengusaha dari Nusa Tenggara Barat terkendala untuk melayani permintaan ekspor ikan laut dari sejumlah negara yang relatif tinggi, karena pasokan dari nelayan dan kargo pesawat terbatas.
"Berapa pun yang dikirim, mau banyak mau sedikit pasti diterima yang penting ikan segar. Tapi maksimal hanya tiga ton yang dikasih sama maskapai," kata Affan Shammakh, eksportir ikan laut ketika menerima kunjungan Kepala Dinas Perdagangan Nusa Tenggara Barat (NTB) Putu Selly Andayani, di Kabupaten Lombok Timur, Rabu.
Ia menyebutkan negara tujuan ekspor yakni Taiwan, Singapura, dan Hongkong sedangkan jenis ikan laut yang dikirim kerapu, kakap, tengiri dan ikan "sniper".
Sejak 2014 hingga 2019, tambahnya, pengiriman ikan laut dilakukan melalui Jakarta. Volume yang dikirim bisa mencapai satu ton per hari. Selain itu, pernah melalui Bali sebanyak 60 ton per hari.
Namun setelah adanya penerbangan langsung maskapai AirAsia dari Lombok ke beberapa negara, pengiriman ikan tidak lagi melalui Jakarta.
Ia menambahkan pengiriman ikan secara langsung dari Lombok juga dilengkapi dengan Surat Keterangan Asal (SKA) yang dikeluarkan oleh Dinas Perdagangan NTB, sebagai bukti bahwa komoditas tersebut berasal dari NTB.
"Pembeli dari luar negeri minta sebanyak mungkin tapi kapasitas kargo masih relatif terbatas. Jadi hanya bisa kirim ratusan kilogram per hari," ujarnya.
Selain kapasitas kargo, lanjut Affan, volume pasokan ikan laut dari nelayan agak berkurang akibat cuaca ekstrem di perairan laut.
Namun pada saat kondisi normal, volume pasokan bisa melimpah karena tidak hanya dari nelayan di Pulau Lombok, tapi dari Pulau Sumbawa juga.
Menurut dia, peluang pasar ekspor ikan laut masih relatif besar dan sangat menguntungkan. Apalagi sudah ada maskapai yang melayani penerbangan langsung dari Lombok ke luar negeri.
Adanya penerbangan langsung ke luar negeri tersebut bisa menekan biaya pengiriman dibandingkan dengan melalui daerah lain, seperti Jakarta.
"Biaya pengiriman langsung jauh lebih hemat. Bedanya hampir Rp20 ribu per kilogram dibandingkan melalui Jakarta," kata Affan.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan NTB, Putu Selly Andayani, mengatakan sudah ada tiga eksportir ikan laut di NTB, yakni UD Baura, Bali Seafood, dan Affan Shammakh. Ketiganya sudah menggunakan SKA dari NTB.
Khusus untuk ikan yang dikirim oleh Affan Shammakh, ke Taiwan, Singapura, dan Hongkong, untuk kebutuhan dikonsumsi di restoran, tidak untuk pengalengan.
Menurut dia, penggunaan SKA dari daerah menandakan bahwa Pemerintah Provinsi NTB tidak tinggal diam dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari sisi ekspor komoditas, selain investasi dan usaha pertambangan.
"Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari sisi ekspor komoditas non-tambang, kami bekerja sama dengan Bea Cukai dan Karantina," kata Selly.
"Berapa pun yang dikirim, mau banyak mau sedikit pasti diterima yang penting ikan segar. Tapi maksimal hanya tiga ton yang dikasih sama maskapai," kata Affan Shammakh, eksportir ikan laut ketika menerima kunjungan Kepala Dinas Perdagangan Nusa Tenggara Barat (NTB) Putu Selly Andayani, di Kabupaten Lombok Timur, Rabu.
Ia menyebutkan negara tujuan ekspor yakni Taiwan, Singapura, dan Hongkong sedangkan jenis ikan laut yang dikirim kerapu, kakap, tengiri dan ikan "sniper".
Sejak 2014 hingga 2019, tambahnya, pengiriman ikan laut dilakukan melalui Jakarta. Volume yang dikirim bisa mencapai satu ton per hari. Selain itu, pernah melalui Bali sebanyak 60 ton per hari.
Namun setelah adanya penerbangan langsung maskapai AirAsia dari Lombok ke beberapa negara, pengiriman ikan tidak lagi melalui Jakarta.
Ia menambahkan pengiriman ikan secara langsung dari Lombok juga dilengkapi dengan Surat Keterangan Asal (SKA) yang dikeluarkan oleh Dinas Perdagangan NTB, sebagai bukti bahwa komoditas tersebut berasal dari NTB.
"Pembeli dari luar negeri minta sebanyak mungkin tapi kapasitas kargo masih relatif terbatas. Jadi hanya bisa kirim ratusan kilogram per hari," ujarnya.
Selain kapasitas kargo, lanjut Affan, volume pasokan ikan laut dari nelayan agak berkurang akibat cuaca ekstrem di perairan laut.
Namun pada saat kondisi normal, volume pasokan bisa melimpah karena tidak hanya dari nelayan di Pulau Lombok, tapi dari Pulau Sumbawa juga.
Menurut dia, peluang pasar ekspor ikan laut masih relatif besar dan sangat menguntungkan. Apalagi sudah ada maskapai yang melayani penerbangan langsung dari Lombok ke luar negeri.
Adanya penerbangan langsung ke luar negeri tersebut bisa menekan biaya pengiriman dibandingkan dengan melalui daerah lain, seperti Jakarta.
"Biaya pengiriman langsung jauh lebih hemat. Bedanya hampir Rp20 ribu per kilogram dibandingkan melalui Jakarta," kata Affan.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan NTB, Putu Selly Andayani, mengatakan sudah ada tiga eksportir ikan laut di NTB, yakni UD Baura, Bali Seafood, dan Affan Shammakh. Ketiganya sudah menggunakan SKA dari NTB.
Khusus untuk ikan yang dikirim oleh Affan Shammakh, ke Taiwan, Singapura, dan Hongkong, untuk kebutuhan dikonsumsi di restoran, tidak untuk pengalengan.
Menurut dia, penggunaan SKA dari daerah menandakan bahwa Pemerintah Provinsi NTB tidak tinggal diam dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari sisi ekspor komoditas, selain investasi dan usaha pertambangan.
"Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari sisi ekspor komoditas non-tambang, kami bekerja sama dengan Bea Cukai dan Karantina," kata Selly.