Festival Bawang Merah Di Gelar di Lombok

id BAWANG MERAH NTB

Festival Bawang Merah Di Gelar di Lombok

PANEN BAWANG TUK TUK : Direktur Perbenihan Hortikultura Kementan, Sri Wijayanti Yusuf (3 kanan) didampingi Project Director PT East West Seed Indonesia (Ewindo), Kurniawan Sutedja (2 kanan) dan Direktur Penelitian dan Pengembangan PT Ewindo, Asep Har

Pemerintah mengapresiasi PT Ewindo yang telah memelopori budidaya bawang merah melalui benih atau biji ini
Mataram (Antara NTB) - Produsen benih sayuran tropis Cap Panah Merah PT East West Seed Indonesia (PT Ewindo) menggelar rangkaian Festival Bawang Merah di Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Direktur Utama Ewindo Glen Pardede di Lombok Timur, Kamis, mengatakan pihaknya terpanggil untuk ikut mendorong produktivitas dan menciptakan pertanian efektif bagi petani dengan memproduksi umbi bibit bawang merah melalui `biji`.

"Kami berharap dengan dikenalnya cara baru ini akan membuat kesejahteraan petani lebih meningkat," katanya.

Festival bawang merah Ewindo akan digelar di sejumlah kota di Indonesia dan diharapkan dapat membantu pemerintah untuk meningkatkan produktivitas petani penangkar umbi bibit bawang merah dan juga produksi bawang merah nasional.

Seperti diketahui pemerintah menargetkan ekspor bawang merah tahun 2016 lebih dari 8.000 ton dan mengurangi impor umbi bibit bawang merah yang tahun ini diperkirakan mencapai 1.500 ton.

Glenn menjelaskan, festival bawang merah yang dirangkai dengan panen perdana umbi bibit bawang merah itu, merupakan hasil dari teknik baru budidaya bawang merah yang menggunakan benih/biji.

Dengan menggunakan benih/biji bawang merah varietas TUK TUK petani akan mendapatkan tiga keuntungan. Antara lain, biaya transportasi dengan metode baru lebih murah karena berbentuk biji. Selanjutnya, benih bisa lebih lama disimpan dalam storage (maksimal 2 tahun) selama tidak terkena sinar matahari.

"Sementara, dengan sistem konvensional, umbi hanya bisa disimpan antara 2-4 bulan," ujarnya.

Kemudian terakhir, biaya produksi jika bawang merah dipanen dalam bentuk bawang siap konsumsi menjadi lebih rendah. Karena, jika menggunakan sistem konvensional setiap hektar lahan memerlukan sekitar 1,5 ton umbi dengan biaya di kisaran Rp 45 juta.

Sedangkan jika menggunakan metode `pindah tanam` hanya memerlukan 5 kg benih dengan biaya sekitar Rp10 juta.

Selain itu, lanjutnya, cara baru budidaya bawang merah dengan menggunakan biji memiliki keunggulan, yakni lebih sedikit terserang penyakit karena benih tidak membawa bulb borne disease seperti virus dan jamur.

Pemakaian pupuk pun lebih efisien. Hanya dengan menggunakan dosis pupuk setengah dari kebutuhan pupuk dengan metode penanaman konvensional, produksi bawang merah tetap tinggi. Bahkan, hasil panen TUK TUK bisa mencapai 20-25 ton/ha, lebih tinggi dibanding teknik budidaya konvensional yang hanya bisa menghasilkan 12-15 ton/ha.

Ia menambahkan, selain varietas TUK TUK, pihaknya juga berhasil meneliti dan menemukan sejumlah varietas baru bawang merah, salah satunya SANREN F1. Bawang merah varietas baru ini, diyakini sebagai bawang merah pertama di dunia yang ditemukan oleh peneliti Indonesia dengan sifat unggul.

Sebab, kata dia, jenis ini mampu berproduksi maksimal di musim kering dan penghujan. Seperti diketahui bawang merah umumnya hanya dapat berproduksi maksimal pada musim kering.

Varietas SANREN F1 juga memiliki bentuk, warna dan aroma yang sesuai dengan selera pasar dan konsumen. Selain itu untuk area tanam seluas satu hektar, benih (biji) yang dibutuhkan hanya sekitar 3 kg.

"Sedangkan, hasil produksinya sangat tinggi, yakni bisa mencapai 28 ton per hektar. SANREN F1 juga dapat beradaptasi dengan baik ketika ditanam di dataran rendah dengan ketinggian 50 - 100 mdpl," jelasnya.

Acara yang ditandai dengan panen perdana umbi bibit bawang merah varietas TUK TUK yang dihadiri Direktur Perbenihan Hortikultura, Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Sri Wijayanti Yusuf, Direktur PT Ewindo Kurniawan Sutedja dan Asep Harpenas serta ratusan petani hortikultura dari NTB.

"Pemerintah mengapresiasi PT Ewindo yang telah memelopori budidaya bawang merah melalui benih atau biji ini," kata Direktur Perbenihan Hortikultura, Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Sri Wijayanti Yusuf.

Wijayanti menjelaskan salah satu penyebab fluktuasi harga bawang merah adalah ketersediaan umbi bibit berkualitas. Terbatasnya umbi bibit berkualitas membuat harganya terus naik. Karena itu pula pada tahun ini pemerintah melalui Bulog mengimpor benih bawang merah sebanyak 1.500 ton. (*)