Medan (ANTARA) - Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI/2024 Aceh-Sumatera Utara tidak hanya diramaikan oleh sorak-sorai penonton yang menyaksikan aksi para atlet berlaga, tetapi juga diwarnai oleh semangat para penggemar cilik yang antusias berburu tanda tangan atlet idola mereka.
Bagi sebagian orang, tanda tangan mungkin hanyalah coretan sederhana. Namun, bagi anak-anak ini, setiap goresan tinta di atas kertas, kaos, atau poster adalah lambang impian, perjuangan, dan harapan besar untuk masa depan mereka.
Di sela-sela kesibukan para atlet, interaksi hangat tersebut menjadi simbol bagaimana inspirasi dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Salah satu contohnya terlihat di Kolam Renang Selayang, Medan, yang menjadi lokasi perlombaan cabang olahraga akuatik, termasuk renang. Anak-anak tampak penuh semangat memanfaatkan setiap kesempatan untuk berinteraksi dengan para atlet.
Setiap kali perlombaan renang selesai, suasana langsung berubah menjadi ajang perburuan tanda tangan, di mana kegembiraan dan semangat begitu terasa.
Mereka yang berburu tanda tangan, mayoritas adalah anak-anak yang memang berlatih di Kolam Renang Selayang. Seperti Jeremiah (11 tahun) yang berlatih bersama Perkumpulan Renang Tirta Prima Medan. Ada juga anak-anak dari klub Wahoo Swimming Club Medan.
Jeremiah bersama teman-teman sesama perenang muda, membawa kaos dan pernak-pernik lainnya yang sudah dipersiapkan dan berharap agar bisa ditandatangani oleh para atlet. Deretan atlet yang menjadi buruan mereka di antaranya I Gede Siman Sudartawa yang merupakan perenang langganan tim nasional di berbagai ajang internasional.
Ada juga Azzahra Permatahani dan Joe Aditya Wijaya Kurniawan yang membela Indonesia di Olimpiade Paris 2024. Perenang-perenang lainnya seperti andalan Jawa Timur Izzy Dwifaiva Hefrisyanthi, Adinda Larasari Dewi Kirana, dan perenang Jawa Barat Muhammad Dwiky Raharjo dan yang lainnya tak lepas dari bidikkan anak-anak untuk mendapatkan tangan tangan dan berfoto bersama.
“Senang sekali. Saya mengumpulkan tanda tangan dari semua perenang yang saya temui,” ujar Jeremiah.
Momen kebersamaan
Meski padatnya jadwal perlombaan, para atlet dengan penuh kehangatan meluangkan waktu untuk menyapa para penggemar, memberikan tanda tangan, dan bahkan berfoto bersama. Hal ini menjadi bukti bahwa di balik ketatnya persaingan dan keseriusan dalam ajang olahraga, ada kehangatan yang terjalin antara atlet dan penonton, terutama anak-anak.
Siman, setelah menyelesaikan salah satu nomor perlombaan, tampak diserbu oleh anak-anak yang sabar menunggu di pinggir kolam.
Dengan senyum lebar, dia melayani permintaan mereka satu per satu. Siman mengatakan PON 2024 memang bukan hanya untuk berlomba meraih prestasi. Sebagai perenang senior dia juga ingin berbagi pengalaman, memberikan motivasi, walau hanya dengan goresan tanda tangan.
Siman Sudartawa yang menjadikan ini sebagai PON terakhirnya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Dia ingin menularkan semangat perjuangan, dengan harapan regenerasi renang di Indonesia tetap terjaga, khususnya di Sumatera Utara sebagai tuan rumah.
Bagi anak-anak seperti Jeremiah, ini bukan sekadar berburu tanda tangan, melainkan sebuah pengalaman yang tak terlupakan dan bisa jadi dorongan besar dalam perjalanan mereka meraih mimpi menjadi atlet berprestasi.
PON 2024 menjadi ajang yang memperlihatkan bukan hanya prestasi para atlet, tetapi juga mimpi-mimpi yang mulai tumbuh di benak generasi muda.
“Pastinya saya ingin seperti mereka. Saya ingin menjadi atlet yang bisa mewakili daerah, dan pastinya menjadi bagian tim nasional,” ujar Jeremiah.
PON 2024 tidak hanya menghadirkan keseruan kompetisi, tetapi juga membangun jembatan antara para atlet dengan calon bintang masa depan. Bagi anak-anak ini, setiap tanda tangan yang mereka dapatkan bukan hanya coretan tinta, melainkan simbol dari harapan dan inspirasi yang terus mereka bawa dalam langkah-langkah menuju impian besar.
Lebih dari kompetisi
Tidak hanya atlet dan penonton yang merasakan kemeriahan dari PON 2024. Sebelumnya di Kolam Remang Selayang, para pelajar juga mendapat kesempatan untuk merasakan menjadi “jurnalis dadakan”.
Mereka adalah para pelajar dari SMK Negeri 8 Medan, yang mendapat tugas dari guru mereka untuk meliput PON 2024. Layaknya jurnalis sungguhan, para pelajar ini terlihat sibuk mencatat poin-poin penting dari pertandingan mulai dari polo air, loncat indah, dan terakhir renang.
Beberapa dari mereka bahkan langsung berbaur dengan wartawan profesional yang tengah meliput untuk media nasional maupun lokal. Mereka pun tak segan-segan menghampiri para atlet usai perlombaan untuk melakukan wawancara.
Pengalaman ini menjadi pelajaran penting untuk masa depan mereka. Sebagian dari mereka mungkin bercita-cita menjadi wartawan atau bekerja di bidang jurnalistik, sementara yang lain mungkin memilih profesi lain.
Baca juga: Ghufran Martianza sumbang medali emas untuk Aceh
Baca juga: Pelari Mila sabet emas 3.000 meter halang rintang untuk Jatim
Namun, pengalaman meliput PON 2024 ini menjadi momen yang tidak akan terlupakan dan menjadi bekal berharga dalam perjalanan karier mereka kelak. Melihat berbagai fenomena menarik, dapat dikatakan PON 2024 tidak hanya menghadirkan pertarungan sengit antar-atlet, tetapi juga menjadi ajang yang penuh dengan momen kebersamaan, inspirasi, dan motivasi.
Dari anak-anak yang bersemangat berburu tanda tangan hingga para pelajar yang belajar menjadi jurnalis, setiap orang yang terlibat di dalamnya membawa pulang pengalaman yang tak ternilai.
Semua ini menjadi bukti bahwa PON tidak hanya melahirkan prestasi, tetapi juga menciptakan jembatan menuju masa depan yang penuh dengan harapan dan cita-cita.