Menteri LH Hanif berterima kasih ke pemulung di TPST Bantargebang
Jakarta (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq menyampaikan terima kasih kepada para pemulung yang sehari-hari beraktivitas mencari rezeki di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat.
"Dari aktivitas itu juga ada kontribusi menyelesaikan masalah sampah yang menjadi tanggung jawab semua, termasuk mereka (pemulung) yang sebagian juga diketahui adalah pendatang," kata dia saat kunjungan kerja ke TPST Bantargebang, Minggu petang.
Hanif menargetkan pemulung atau masyarakat yang hidup di sekitar tempat pembuangan sampah menjadi mitra strategis Pemerintah untuk mengkampanyekan budaya pilah-pilih sampah (organik-nonorganik) dan buang sampah pada tempatnya.
Hal tersebut sejalan dengan fokus Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) era Kabinet Merah Putih yang dalam 100 hari ke depan terkait pengelolaan tempat pembuangan sampah dan membangun desa berbasis iklim.
Baca juga: TPST Sandubaya Mataram berdayakan 90 persen pekerja lokal
"Hulunya ada di masyarakat. Ketika bisa terpilah maka sampah-sampah itu akan mudah dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Tidak menumpuk hingga menggunung jadi satu seperti kondisi saat ini," ujarnya.
TPST Bantargebang yang merupakan salah satu aset Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu sudah melebihi kapasitas karena tumpukan sampah yang terus masuk setiap hari meskipun sudah dilakukan peluasan wilayah hingga menjadi 117,5 hektare.
Baca juga: Bantuan pembangunan TPST Kebon Talo Mataram bertambah menjadi Rp26 miliar
Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta total ada lebih dari 55 juta ton sampah yang menumpuk di TPST Bantargebang, atau per harinya menerima sebanyak 7.500-8.000 ton sampah yang berasal dari ibu kota.
Adapun dari jumlah total sampah yang tertimbun ada sekitar 49-50 persennya merupakan sampah sisa makanan dan sebagian lainnya adalah sampah plastik, kertas, dan jenis lainnya.
Oleh karena itu, mantan Dirjen Planologi Kehutanan dan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ini mengaku optimistis masalah sampah khususnya di Jakarta dan sekitarnya akan terselesaikan jika pilah-pilih sampah bisa menjadi budaya di kalangan masyarakat.
"Dari aktivitas itu juga ada kontribusi menyelesaikan masalah sampah yang menjadi tanggung jawab semua, termasuk mereka (pemulung) yang sebagian juga diketahui adalah pendatang," kata dia saat kunjungan kerja ke TPST Bantargebang, Minggu petang.
Hanif menargetkan pemulung atau masyarakat yang hidup di sekitar tempat pembuangan sampah menjadi mitra strategis Pemerintah untuk mengkampanyekan budaya pilah-pilih sampah (organik-nonorganik) dan buang sampah pada tempatnya.
Hal tersebut sejalan dengan fokus Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) era Kabinet Merah Putih yang dalam 100 hari ke depan terkait pengelolaan tempat pembuangan sampah dan membangun desa berbasis iklim.
Baca juga: TPST Sandubaya Mataram berdayakan 90 persen pekerja lokal
"Hulunya ada di masyarakat. Ketika bisa terpilah maka sampah-sampah itu akan mudah dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Tidak menumpuk hingga menggunung jadi satu seperti kondisi saat ini," ujarnya.
TPST Bantargebang yang merupakan salah satu aset Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu sudah melebihi kapasitas karena tumpukan sampah yang terus masuk setiap hari meskipun sudah dilakukan peluasan wilayah hingga menjadi 117,5 hektare.
Baca juga: Bantuan pembangunan TPST Kebon Talo Mataram bertambah menjadi Rp26 miliar
Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta total ada lebih dari 55 juta ton sampah yang menumpuk di TPST Bantargebang, atau per harinya menerima sebanyak 7.500-8.000 ton sampah yang berasal dari ibu kota.
Adapun dari jumlah total sampah yang tertimbun ada sekitar 49-50 persennya merupakan sampah sisa makanan dan sebagian lainnya adalah sampah plastik, kertas, dan jenis lainnya.
Oleh karena itu, mantan Dirjen Planologi Kehutanan dan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ini mengaku optimistis masalah sampah khususnya di Jakarta dan sekitarnya akan terselesaikan jika pilah-pilih sampah bisa menjadi budaya di kalangan masyarakat.