Kapal pesiar membawa 994 orang turis sandar di Sabang

id Aceh,Sabang,Kapal Pesiar,Pemprov Aceh,Plt Gubernur Aceh,Wisata,Banda Aceh,Seabourn

Kapal pesiar membawa 994 orang turis sandar di Sabang

Kapal pesiar wisata Seabourn Ovation bersandar di Pelabuhan BPKS Sabang, Rabu (18/12/2019). (ANTARA/HO)

Banda Aceh (ANTARA) - Kapal pesiar wisata MS Seabourn Ovation berbendera Bahama/Nasau merapat ke Kota Sabang, Provinsi Aceh, dengan membawa sebanyak 994 orang turis mancanegara yang terdiri dari penumpang dan Anak Buah Kapal (ABK).

Sebelum merapat ke Pulau Weh, kapal pesiar yang dinahkodai Kapten Betten Stig tersebut menempuh perjalanan dari Trincomalee, Sri Lanka dengan membawa 569 orang penumpang dan 425 ABK.

Kapal ini merapat di pulau paling barat Indonesia tersebut melalui Pelabuhan Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS), Rabu.
 

"Mereka tadi sandar di pelabuhan BPKS pukul 07.00 WIB," kata Kepala Pelabuhan BPKS Sabang Zulkarnaini Abdullah.

Dia mengatakan kapal pesiar MS Seabourn Ovation itu memiliki panjang 179,76 meter dengan lebar 28 meter, serta memiliki bobot 41,865 Gross Register Tonage (GRT). Kedatangan kapal pesiar tersebut ke Sabang dalam rangka kunjungan wisata.

"Tujuan selanjutnya dari Sabang menuju ke Port Klang Malaysia, pada pukul 16.00 WIB, hari ini juga," katanya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sabang Faisal mengatakan penyambutan turis asing tersebut dilakukan dengan tarian tradisional Aceh serta pengalungan bunga untuk kapten sebagai tanda penghormatan untuk tamu.
 

"Setelah penyambutan mereka turun dari kapal untuk keliling ke objek-objek wisata Sabang dengan menggunakan transportasi yang ada seperti becak, mobil rental, dan angkutan umum," katanya.

Untuk diketahui, Sabang merupakan pulau paling barat Indonesia. Jaraknya sekitar 14 mil dari perairan Kota Banda Aceh sebagai ibukota Provinsi Aceh. Menuju ke Sabang dapat menggunakan kapal cepat dan kapal lambat dari Pelabuhan Ulee Lheu.

Pulau itu memiliki penduduk sekitar 40.000 jiwa. Dulu Sabang pernah menjadi kawasan perdagangan bebas, hingga akhirnya ditutup pada 1986. Pulau ini menyimpan banyak kekayaan alam, salah satunya wisata bahari serta aneka spesies langka di laut.