Jakarta (ANTARA) - Psikolog lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa Maya Sita Darlina mengatakan mengatur waktu dan jadwal kegiatan dapat membantu mengatasi stres atau beban psikologi akibat pekerjaan yang menumpuk selama bekerja dari rumah (WFH).
"Work From Home atau bekerja dari rumah, membuat sebagian masyarakat merasa bosan bahkan jenuh hingga stres," katanya melalui siaran pers Dompet Dhuafa yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan tumpang tindih pekerjaan hingga rasa bosan dapat memicu beban pikiran yang negatif bahkan menimbulkan sakit.
Pola hidup yang berubah dari kebiasaan juga, katanya, menjadi tantangan tersendiri. Terlebih lagi bagi para orang tua yang harus mendampingi anak-anak selama belajar di rumah.
"Tak sedikit yang mengeluh dan pusing atau stres menghadapi situasi ini," katanya.
Ketika rumah berubah menjadi kantor situasi menjadi tumpang tindih dengan tuntutan untuk berinteraksi dengan keluarga. Ditambah dengan situasi yang serba tidak pasti dan banyak informasi negatif beredar di lini masa.
Oleh karena itu, ia menyarankan perlunya melakukan self regulation, yaitu mengatur waktu atau membuat jadwal kegiatan sehingga satu per satu kegiatan dapat diselesaikan.
"Melalui self regulation kita bisa merencanakan, mengendalikan, mengevaluasi serta mengadaptasi kondisi dari dalam diri maupun lingkungan untuk mencapai tujuan kita. Tentunya juga dengan cara yang sesuai dengan cara yang kita inginkan sehingga berdampak positif untuk kita dan keluarga”, ujar dia.
Lebih lanjut, Maya mengatakan ritme pekerjaan yang padat dan jam kerja yang tinggi di kantor juga perlu disesuaikan dengan suasana kerja di rumah agar seluruh tugas tetap dapat dikerjakan.
Bantuan teknologi juga dapat dimanfaatkan sehingga mempermudah dan mempercepat pekerjaan.
"Pada prinsipnya WFH atau bekerja dari rumah itu bukan hari libur, tetapi tetap bekerja. Hanya lokasi kerjanya saja yang berbeda, sehingga perlu penyesuaian dari diri kita untuk bisa menjalankannya dengan baik," katanya.
"Work From Home atau bekerja dari rumah, membuat sebagian masyarakat merasa bosan bahkan jenuh hingga stres," katanya melalui siaran pers Dompet Dhuafa yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan tumpang tindih pekerjaan hingga rasa bosan dapat memicu beban pikiran yang negatif bahkan menimbulkan sakit.
Pola hidup yang berubah dari kebiasaan juga, katanya, menjadi tantangan tersendiri. Terlebih lagi bagi para orang tua yang harus mendampingi anak-anak selama belajar di rumah.
"Tak sedikit yang mengeluh dan pusing atau stres menghadapi situasi ini," katanya.
Ketika rumah berubah menjadi kantor situasi menjadi tumpang tindih dengan tuntutan untuk berinteraksi dengan keluarga. Ditambah dengan situasi yang serba tidak pasti dan banyak informasi negatif beredar di lini masa.
Oleh karena itu, ia menyarankan perlunya melakukan self regulation, yaitu mengatur waktu atau membuat jadwal kegiatan sehingga satu per satu kegiatan dapat diselesaikan.
"Melalui self regulation kita bisa merencanakan, mengendalikan, mengevaluasi serta mengadaptasi kondisi dari dalam diri maupun lingkungan untuk mencapai tujuan kita. Tentunya juga dengan cara yang sesuai dengan cara yang kita inginkan sehingga berdampak positif untuk kita dan keluarga”, ujar dia.
Lebih lanjut, Maya mengatakan ritme pekerjaan yang padat dan jam kerja yang tinggi di kantor juga perlu disesuaikan dengan suasana kerja di rumah agar seluruh tugas tetap dapat dikerjakan.
Bantuan teknologi juga dapat dimanfaatkan sehingga mempermudah dan mempercepat pekerjaan.
"Pada prinsipnya WFH atau bekerja dari rumah itu bukan hari libur, tetapi tetap bekerja. Hanya lokasi kerjanya saja yang berbeda, sehingga perlu penyesuaian dari diri kita untuk bisa menjalankannya dengan baik," katanya.