Yerusalem (ANTARA/AFP) - Dua ahli akan bergabung dalam komite internal Israel yang menyelidiki keabsahan serangan mematikan terhadap armada kapal bantuan tujuan Jalur Gaza, demikian diumumkan pemerintah Israel, Minggu.
Keikutsertaan kedua ahli itu disetujui oleh kabinet Israel pada pertemuan mingguan dan akan membuat jumlah anggota komite tersebut menjadi lima.
Komite itu akan menyelidiki keabsahan serangan angkatan laut Israel terhadap armada kapal bantuan yang berusaha menerobos blokade Israel terhadap Gaza.
Panel yang semula beranggotakan tiga orang yang dipimpin oleh pensiunan hakim Yaakov Tirkel itu mulai menyelidiki serangan 31 Mei pada akhir bulan lalu. Hasil penyelidikan mereka dipantau oleh dua pengamat internasional.
Dua anggota baru yang dimasukkan ke dalam komite tersebut adalah Miguel Deutch, seorang guru besar hukum kelahiran Argentina yang mengajar di Universitas Tel Aviv, dan Reuven Merhav, mantan diplomat karir yang pernah menjadi direktur jendral kementerian luar negeri Israel.
"Mereka memiliki status yang sama dengan anggota-anggota lain panel itu," kata Ofer Lefler, juru bicara Komisi Tirkel.
Panel itu akan mendengarkan kesaksian tersumpah dari para pengambil keputusan tingkat tinggi yang terlibat dalam penyerbuan komando itu, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Menteri Pertahanan Ehud Barak dan Kepala Staf Gabi Ashkenazi, dalam serangkaian dengar pendapat umum yang dimulai pada 9 Agustus.
Namun, mandat komite itu akan dibatasi pada pengkajian masalah legalitas internasional, dan mereka tidak akan menyelidiki proses pengambilan keputusan yang mengarah pada operasi mematikan itu.
Pasukan komando Israel menyerbu kapal-kapal dalam armada bantuan yang menuju Jalur Gaza pada 31 Mei. Sembilan aktivis Turki pro-Palestina tewas dalam serangan di salah satu kapal itu.
Hubungan Israel-Turki terperosok ke tingkat terendah sejak kedua negara itu mencapai kemitraan strategis pada 1990-an akibat insiden tersebut.
Turki memanggil duta besarnya dari Tel Aviv dan membatalkan tiga rencana latihan militer setelah penyerbuan itu. Turki juga dua kali menolak permohonan pesawat militer Israel menggunakan wilayah udaranya.
Kekerasan parah dalam penyerbuan menjelang fajar Senin (31/5) oleh pasukan Israel terjadi di kapal Turki, Mavi Marmara, yang memimpin armada kapal bantuan menuju Gaza.
Israel berkilah bahwa penumpang-penumpang kapal itu menyerang pasukan, namun penyelenggara armada kapal itu menyatakan bahwa pasukan Israel mulai melepaskan tembakan begitu mereka mendarat.
Setelah serangan itu, Mesir, yang mencapai perdamaian dengan Israel pada 1979, membuka perbatasan Rafah-nya untuk mengizinkan konvoi bantuan memasuki wilayah Gaza -- kalangan luas melihatnya sebagai upaya untuk menangkal kecaman-kecaman atas peranan Mesir dalam blokade itu.
Kairo, yang berkoordinasi dengan Israel, hanya mengizinkan penyeberangan terbatas di perbatasannya sejak Hamas menguasai Gaza pada 2007.
Di bawah tekanan-tekanan yang meningkat, Israel kemudian meluncurkan penyelidikan bersama dua pengamat internasional atas serangan itu. Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon mendorong penyelidikan terpisah PBB dengan keikutsertaan Israel dan Turki.
Israel juga mengendurkan blokade terhadap Gaza dengan mengizinkan sebagian besar barang sipil masuk ke wilayah pesisir tersebut.
Jalur Gaza, kawasan pesisir yang padat penduduk, diblokade oleh Israel dan Mesir setelah Hamas berkuasa hampir tiga tahun lalu.
Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.
Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.
Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris. (*)