Mataram, (Antara NTB)- Puluhan warga Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, melakukan aksi menggunduli rambut di kepala setelah panitia pengawas pemilu memenangkan gugatan pasangan Salman-Jana Hamdian (Sahaja) terhadap Komisi Pemilihan Umum Mataram.
Kemenangan gugatan paket "Sahaja" itu berarti Kota Mataram dapat melaksanakan pesta demokrasi pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak yang akan berlangsung 9 Desember 2015, karena pasangan H Ahyar Abduh dan H Mohan Roliskana (Aman) tidak lagi menjadi calon tunggal.
Penggagas pendirian petugas keamanan Langlang Kota Mataram Farman saat dikomfirasi wartawan di Mataram, Jumat, mengatakan aksi menggunduli kepala itu dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT, karena dengan kemenangan paket "Sahaja", Pilkada Kota Mataram 2015 bisa berlangsung dan Mataram tidak dikatakan mandul.
"Menggunduli kepala ini sudah menjadi nazar (janji) kami sebagai warga Kota Mataram yang menginginkan agar pilkada bisa dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan," kata pria yang biasa dipanggil Pekok Kenceng ini.
Pekok Kenceng bersama puluhan rekannya itu melakukan aksi menggunduli kepala setelah Panwaslu Kota Mataram membacakan keputusannya pada Kamis (20/8), mulai pukul 17.00 WITA hingga 19.00 WITA.
"Begitu Pawaslu memenangkan gugatan `Sahaja`, kami langsung berinisiatif menggunduli kepala. Saat ini lebih dari 50 orang yang menggunduli kepalanya, dan saya yakin jumlah ini akan terus bertambah sebagai bentuk dukungan atas diselenggarakannya Pilkada Mataram," katanya.
Gundul, katanya, juga memiliki filosofis bersih dan lancar. Artinya, pilkada bisa terselenggara dengan cara-cara yang bersih dan berjalan dengan lancar sehingga menghasilkan pimpinan yang terbaik.
"Kami dari Langlang bersama kepolisian siap mengawal semua proses Pilkada Kota Mataram," tambahnya.
Pekok Kenceng yang juga menjadi salah seorang aparat di lingkup Pemerintah Kota Mataram ini menilai, aksi yang dilakukan puluhan orang tersebut menjadi bentuk aspirasi warga Kota Mataram ingin berpesta seperti halnya daerah-daerah lain.
"Pasalnya, pesta demokrasi hanya dilakukan lima tahun sekali. Mana ada yang berpesta demokrasi tujuh tahun sekali," sebutnya.
Aksi menggunduli kepala ini rencananya akan dilanjutkan dengan aksi mandi kembang yang akan diikuti ratusan warga kota di persimpangan kantor Gubernur NTB. "Untuk aksi mandi kembang, waktunya masih kita koordinasikan," ujarnya.
Masyarakat Kota Mataram, katanya, sudah cukup pintar dalam berdemokrasi, dibandingkan orang-orang cerdas. "Justru, orang-orang cerdas inilah yang ingin menggagalkan pilkada," sebutnya.
Terkait dengan itu, lanjutnya, jika ada pihak-pihak yang berandai-andai akan melaksanakan pilkada tahun 2017 di Mataram, itu tidak benar.
Apalagi jika ada pihak-pihak yang berbicara tentang Pilkada Mataram batal itu artinya pihak tersebut tidak konsisten terhadap keputusan yang telah dilakukan oleh lembaga yang berwenang dan memang sengaja ingin menunda pilkada hingga 2017.
Untuk itu, sebagai warga Kota Mataram, ia berharap agar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Mataram harus segera menindaklanjuti apa yang sudah menjadi keputusan dari Panwaslu Kota Mataram.
"Keputusan yang disampaikan Panwaslu itu sifatnya sudah final dan mengingat," katanya.
Sementara hingga saat ini KPU Kota Mataram yang hendak dikonfirmasi belum memberikan jawaban apapun, dan kabarnya KPU sedang melakukan konsultasi ke KPU RI. (*)
Puluhan Warga Mataram Lakukan Aksi Gunduli Kepala
"Menggunduli kepala ini sudah menjadi nazar (janji) kami sebagai warga Kota Mataram yang menginginkan agar pilkada bisa dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan"