Praya, Lombok Tengah (ANTARA) - Mahsun warga Desa Ranggagata, Kecamatan Praya Barat Daya, Kabupaten Lombok Tengah yang ingin melaporkan Ibunya kandungnya Kalsum ke Polres Lombok Tengah, mau berdamai asalkan sepeda motor yang dibeli dengan harta warisan itu dikembalikan pada dirinya.
"Bisa diselesaikan dengan damai, asalkan sepeda motor itu dikembalikan dan ditaruh disini. Bukan malah diambil diam-diam dan diserahkan kepada saudaranya atau keluarga Ibu saya," ujar Mahsun kepada wartawan, Selasa.
Baca juga: Anak ingin penjarakan Ibu kandungnya gara-gara sepeda motor belum mau berdamai
Mahsun yang merupakan anak semata wayang itu, ingin melaporkan Ibu kandungan, karena sepeda motor itu dibawa secara diam-diam dan diserahkan kepada saudaranya tanpa ada musyawarah dengan dirinya yang merupakan anak kandungnya.
"Sepeda motor itu diambil tanpa musyawarah dengan saya, itu makanya saya keberatan dan melaporkan atas dugaan perampasan atau penggelapan," ujarnya.
Menurutnya, tindakan Ibu kandungan yang memutuskan mengambil sepeda motor itu tanpa ada musyawarah adalah tindakan semena-mena, karena barang-barang itu adalah harta warisan dari Ayahnya. Karena meskipun dirinya menjual tanah tetap melakukan musyawarah bersama Ibunya, bukan diam-diam.
"Saya tidak pernah jual tanah diam-diam, harus ada tanda tangan Ibu saya," katanya.
Baca juga: Tega! Seorang anak di Lombok tengah ingin penjarakan ibu kandungnya gara-gara sepeda motor
Sebelumnya, Satreskrim Polres Lombok Tengah menolak memproses laporan salah seorang anak yang ingin penjarakan Ibu Kandungan sendiri. Persoalan itu dipicu gara-gara sepedah motor yang dibeli dari harta warisan itu dikuasai oleh Ibu kandungan.
"Laporan anak yang ingin penjarakan Ibu kandungan itu kami tolak, karena Ibu sendiri soalnya dan sudah tua," ujar AKP Priyo.
Pihak Satreskrim Polres Lombok Tengah menyarankan kepada anak itu untuk berpikir lebih jernih dan menyelesaikan dengan baik, karena apa yang dilakukan itu adalah perbuatan sangat terhina.
"Kami bukan anak durhaka, saya melepas jabatan sebagai Polisi. Saya sebagai muslim membela ibu ini," ujar AKP Priyo.
"Kami mengecam anda anak durhaka, karma tetap berlaku bos. Kami tidak akan menindaklanjuti kasus ini," pungkasnya.
Untuk diketahui, persoalan itu berawal gara-gara sepeda motor yang dibeli dengan uang warisan jual tanah Rp200 juta dari almarhum Ayahnya. Kemudian anak itu memberikan uang Rp15 Juta kepada Ibunya dan digunakan untuk membeli sepeda motor atas nama anak tersebut. Setelah itu cucunya menikah, sepeda motor itu diambil oleh ibunya dan digunakan oleh saudara Ibunya.
"Bisa diselesaikan dengan damai, asalkan sepeda motor itu dikembalikan dan ditaruh disini. Bukan malah diambil diam-diam dan diserahkan kepada saudaranya atau keluarga Ibu saya," ujar Mahsun kepada wartawan, Selasa.
Baca juga: Anak ingin penjarakan Ibu kandungnya gara-gara sepeda motor belum mau berdamai
Mahsun yang merupakan anak semata wayang itu, ingin melaporkan Ibu kandungan, karena sepeda motor itu dibawa secara diam-diam dan diserahkan kepada saudaranya tanpa ada musyawarah dengan dirinya yang merupakan anak kandungnya.
"Sepeda motor itu diambil tanpa musyawarah dengan saya, itu makanya saya keberatan dan melaporkan atas dugaan perampasan atau penggelapan," ujarnya.
Menurutnya, tindakan Ibu kandungan yang memutuskan mengambil sepeda motor itu tanpa ada musyawarah adalah tindakan semena-mena, karena barang-barang itu adalah harta warisan dari Ayahnya. Karena meskipun dirinya menjual tanah tetap melakukan musyawarah bersama Ibunya, bukan diam-diam.
"Saya tidak pernah jual tanah diam-diam, harus ada tanda tangan Ibu saya," katanya.
Baca juga: Tega! Seorang anak di Lombok tengah ingin penjarakan ibu kandungnya gara-gara sepeda motor
Sebelumnya, Satreskrim Polres Lombok Tengah menolak memproses laporan salah seorang anak yang ingin penjarakan Ibu Kandungan sendiri. Persoalan itu dipicu gara-gara sepedah motor yang dibeli dari harta warisan itu dikuasai oleh Ibu kandungan.
"Laporan anak yang ingin penjarakan Ibu kandungan itu kami tolak, karena Ibu sendiri soalnya dan sudah tua," ujar AKP Priyo.
Pihak Satreskrim Polres Lombok Tengah menyarankan kepada anak itu untuk berpikir lebih jernih dan menyelesaikan dengan baik, karena apa yang dilakukan itu adalah perbuatan sangat terhina.
"Kami bukan anak durhaka, saya melepas jabatan sebagai Polisi. Saya sebagai muslim membela ibu ini," ujar AKP Priyo.
"Kami mengecam anda anak durhaka, karma tetap berlaku bos. Kami tidak akan menindaklanjuti kasus ini," pungkasnya.
Untuk diketahui, persoalan itu berawal gara-gara sepeda motor yang dibeli dengan uang warisan jual tanah Rp200 juta dari almarhum Ayahnya. Kemudian anak itu memberikan uang Rp15 Juta kepada Ibunya dan digunakan untuk membeli sepeda motor atas nama anak tersebut. Setelah itu cucunya menikah, sepeda motor itu diambil oleh ibunya dan digunakan oleh saudara Ibunya.