Lebak (ANTARA) - Aktivitas kegempaan vulkanik Gunung Anak Krakatau di Perairan Selat Sunda, hingga Senin malam terus meningkat dibandingkan Minggu (31/10) sehingga status masih dinyatakan "waspada" atau level II.

Kepala Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau, Cinangka, Anton Triambudi, saat dihubungi menyebutkan, sepanjang Senin aktivitas kegempaan vulkanik meningkat hingga mencapai 729 kali dan sebagian besar didominasi gempa letusan dan hembusan.

Dari 729 kali tersebut di antaranya vulkanik dalam (VB) sebanyak 31 kali, gempa vulkanik dangkal (VD) 221 kali, letusan 178 kali, tremor 151 kali, dan hembusan 148 kali.

Sedangkan, aktivitas kegempaan vulkanik sepanjang Minggu sebanyak 585 kali terdiri dari vulkanik dalam (VB) sebanyak 31 kali, vulkanik dangkal (VD) 228 kali, letusan 178 kali dan embusan 148 kali.

Meskipun terjadi peningkatan intensitas kegempaan vulkanik, tapi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Bandung, Jawa Barat, masih dinyatakan "waspada" dan belum dinaikkan menjadi "siaga".

Kondisi demikian, PVMBG mengimbau nelayan dan wisatawan dilarang mendekati kawasan Anak Krakatau karena sangat membahayakan terkena lontaran bebatuan kerikil yang suhunya mencapai 1.000 derajat Celcius.

"Kami hanya memperbolehkan dengan radius dua kilometer dari titik letusan," katanya.

Menurut dia, aktvitas kegempaan vulkanik Anak Krakatau pernah terjadi tahun 2007 lalu hingga mengeluarkan awan panas namun tidak menimbulkan korban jiwa.

"Saya sudah memberikan imbauan-imbauan kepada pengelola hotel dan restoran serta pemilik obyek wisata agar melarang pengunjung ke Anak Krakatau," ujarnya.

Dia menyebutkan, aktivitas kegempaan Anak Krakatau tidak menimbulkan gelombang tsunami di pesisir Banten dan Lampung.

Karena itu, pihaknya mengimbau masyarakat pesisir Banten diminta tidak termakan isyu yang menyesatkan.

"Kami menjamin masyarakat pesisir Banten relatif aman dan tidak terpengaruh adanya aktivitas gempa Anak Krakatau," katanya.(*)


Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024