Mekkah (ANTARA) - Berbeda dengan tahun sebelumnya, lokasi jamarat kini kembali banyak digunakan jemaah dari berbagai negara untuk mabit sambil tidur atau istirahat setelah melontar.
Pada tahun sebelumnya, polisi di negeri itu terlihat sibuk mengusir jemaah yang tidur di seputar kawasan Jamarat. Namun Rabu dini hari, sejauh mata memandang, penglihatan rasanya tak pernah lepas dari pemandangan jemaah tidur.
Ketika hendak masuk kawasan jamarat, baik di lantai dasar sampai teratas, di pintu masuk hingga tangga, jemaah tidur di atas tikar menjadi pemandangan biasa.
Bahkan di trotoar jalan, pemandangan orang tidur di tenda mini banyak dijumpai. Khusus untuk yang menggunakan tenda mini itu, kebanyakan pedagang dari berbagai negara. termasuk pula para mukimin dari Madura, Indonesia.
Pelaksanaan jumroh di kawasan jamarat, Mina, Rabu dini hari, berlangsung lancar. Sejumlah pejabat dari Kementerian Agama, seperti Sekjen Bahrul Hayat, Irjen Suparta dan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh Slamet Riyanto sudah menyelesaikan jumroh. Belum jelas, apakah mereka itu mengambil nafar awal atau nafar sani.
Pada malam itu, Menteri Agama selaku amirul haj, Suryadharma Ali, juga melakukan pelontaran.
Kendati pelaksanaan jumroh berlangsung lancar, tetapi kepadatan jemaah semakin tinggi. Hal ini, menurut Dirjen PHU, Slamet Riyanto, kemungkinan jemaah dari berbagai negara mengambil nafar awal.
Kepadatan di Jamarat, yang terjadi menjelang ba`da Isya atau pukul 19.20 WAS, diwarnai dengan petir dan hujan. Sementara lingkungan setempat terasa kurang nyaman, karena selain banyak orang tidur di sembarang tempat juga kebersihan kurang diperhatikan. Di berbagai tempat banyak tumpukan sampah.
Menjelang tengah malam, beberapa petugas keamanan setempat di lantai dua jamarat, sempat membangunkan orang yang tidur bergerombol. Namun upaya itu tak membuahkan hasil, karena yang bersangkutan pindah tidur di tempat lain.
Adanya kelonggaran bagi jemaah tidur di gedung jamarat, menurut salah seorang petugas PPIH, karena tenda penginapan di Mina sudah penuh. Kalaupun dipaksakan, akan terjadi pemadatan. Alasan lain tenda mereka terletak sangat jauh dari Jamarat.
Sebagai solusinya, polisi setempat membiarkan. Kendati begitu, bila arus jemaah yang hendak melontar datang dalam jumlah besar, tentu polisi setempat segera membangunkan jemaah tidur. Dengan cara itu, jemaah yang tidur tak terinjak jemaah yang akan melontar. (*)
Pada tahun sebelumnya, polisi di negeri itu terlihat sibuk mengusir jemaah yang tidur di seputar kawasan Jamarat. Namun Rabu dini hari, sejauh mata memandang, penglihatan rasanya tak pernah lepas dari pemandangan jemaah tidur.
Ketika hendak masuk kawasan jamarat, baik di lantai dasar sampai teratas, di pintu masuk hingga tangga, jemaah tidur di atas tikar menjadi pemandangan biasa.
Bahkan di trotoar jalan, pemandangan orang tidur di tenda mini banyak dijumpai. Khusus untuk yang menggunakan tenda mini itu, kebanyakan pedagang dari berbagai negara. termasuk pula para mukimin dari Madura, Indonesia.
Pelaksanaan jumroh di kawasan jamarat, Mina, Rabu dini hari, berlangsung lancar. Sejumlah pejabat dari Kementerian Agama, seperti Sekjen Bahrul Hayat, Irjen Suparta dan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh Slamet Riyanto sudah menyelesaikan jumroh. Belum jelas, apakah mereka itu mengambil nafar awal atau nafar sani.
Pada malam itu, Menteri Agama selaku amirul haj, Suryadharma Ali, juga melakukan pelontaran.
Kendati pelaksanaan jumroh berlangsung lancar, tetapi kepadatan jemaah semakin tinggi. Hal ini, menurut Dirjen PHU, Slamet Riyanto, kemungkinan jemaah dari berbagai negara mengambil nafar awal.
Kepadatan di Jamarat, yang terjadi menjelang ba`da Isya atau pukul 19.20 WAS, diwarnai dengan petir dan hujan. Sementara lingkungan setempat terasa kurang nyaman, karena selain banyak orang tidur di sembarang tempat juga kebersihan kurang diperhatikan. Di berbagai tempat banyak tumpukan sampah.
Menjelang tengah malam, beberapa petugas keamanan setempat di lantai dua jamarat, sempat membangunkan orang yang tidur bergerombol. Namun upaya itu tak membuahkan hasil, karena yang bersangkutan pindah tidur di tempat lain.
Adanya kelonggaran bagi jemaah tidur di gedung jamarat, menurut salah seorang petugas PPIH, karena tenda penginapan di Mina sudah penuh. Kalaupun dipaksakan, akan terjadi pemadatan. Alasan lain tenda mereka terletak sangat jauh dari Jamarat.
Sebagai solusinya, polisi setempat membiarkan. Kendati begitu, bila arus jemaah yang hendak melontar datang dalam jumlah besar, tentu polisi setempat segera membangunkan jemaah tidur. Dengan cara itu, jemaah yang tidur tak terinjak jemaah yang akan melontar. (*)