Jakarta (ANTARA) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Selasa waktu setempat, akhirnya menyelamati Joe Biden atas kemenangan dia melawan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS.
Dia juga mendesak hubungan yang lebih erat di antara kedua negara bersekutu anggota NATO itu.
Pernyataan Erdogan itu baru disampaikan tiga hari setelah media massa AS mengumumkan Biden sebagai pemenang pemilu. Sikap itu menunjukkan hubungan pribadi yang dekat antara sang Presiden Turki dengan Trump.
Erdogan juga mengirimkan pesan kepada Trump dengan mengatakan bahwa apa pun hasil pemilu AS itu dia menyampaikan terima kasihnya atas "persahabatan yang hangat" dari Trump selama empat tahun menjabat presiden AS.
Namun Turki dan AS juga pernah tengah selama era Trump, termasuk menyangkut dukungan AS kepada milisi Kurdi Suriah yang dianggap Turki sebagai ancaman besar keamanannya.
Erdogan berkata kepada Biden bahwa dia ingin lebih jauh mengembangkan dan memperkuat hubungan kedua negara.
"Selamat kepada Anda atas keberhasilan pemilu Anda dan menyampaikan keinginan tulus saya untuk perdamaian dan kesejahteraan rakyat AS," kata Erdogan dalam pernyataan yang disiarkan kantornya seperti dikutip AFP, Rabu.
Masalah-masalah lain yang membuat tegang Ankara dan Washington adalah pembelian sistem pertahanan peluru kendali canggih Rusia oleh Turki dan penolakan AS dalam mengekstradisi ulama Turki yang dituding Erdogan merancang kudeta gagal pada 2016.
Pemerintah Turki sempat terusik oleh pernyataan Biden dalam wawancara dengan New York Times Desember tahun lalu yang menyebut Erdogan "otokrat." Biden juga mengkritik kebijakan Erdogan terhadap Kurdi.
Pihak Erdogan membalas dengan menyebut pernyataan Biden itu arogan dan hipokrit.
Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden China Xi Jinping dan Presiden Brazil Jair Bolsonaro belum memberi selamat kepada Biden.
Dia juga mendesak hubungan yang lebih erat di antara kedua negara bersekutu anggota NATO itu.
Pernyataan Erdogan itu baru disampaikan tiga hari setelah media massa AS mengumumkan Biden sebagai pemenang pemilu. Sikap itu menunjukkan hubungan pribadi yang dekat antara sang Presiden Turki dengan Trump.
Erdogan juga mengirimkan pesan kepada Trump dengan mengatakan bahwa apa pun hasil pemilu AS itu dia menyampaikan terima kasihnya atas "persahabatan yang hangat" dari Trump selama empat tahun menjabat presiden AS.
Namun Turki dan AS juga pernah tengah selama era Trump, termasuk menyangkut dukungan AS kepada milisi Kurdi Suriah yang dianggap Turki sebagai ancaman besar keamanannya.
Erdogan berkata kepada Biden bahwa dia ingin lebih jauh mengembangkan dan memperkuat hubungan kedua negara.
"Selamat kepada Anda atas keberhasilan pemilu Anda dan menyampaikan keinginan tulus saya untuk perdamaian dan kesejahteraan rakyat AS," kata Erdogan dalam pernyataan yang disiarkan kantornya seperti dikutip AFP, Rabu.
Masalah-masalah lain yang membuat tegang Ankara dan Washington adalah pembelian sistem pertahanan peluru kendali canggih Rusia oleh Turki dan penolakan AS dalam mengekstradisi ulama Turki yang dituding Erdogan merancang kudeta gagal pada 2016.
Pemerintah Turki sempat terusik oleh pernyataan Biden dalam wawancara dengan New York Times Desember tahun lalu yang menyebut Erdogan "otokrat." Biden juga mengkritik kebijakan Erdogan terhadap Kurdi.
Pihak Erdogan membalas dengan menyebut pernyataan Biden itu arogan dan hipokrit.
Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden China Xi Jinping dan Presiden Brazil Jair Bolsonaro belum memberi selamat kepada Biden.