Sembalun, Lombok Timur (ANTARA) - Kalangan porter dan guide Gunung Rinjani mengeluhkan turunnya pengguna jasa mereka seiring dibatasinya pendakian ke gunung tersebut.
"Sejak pasca gempa kemudian disusul Corona, baru kali ini saya naik ke Rinjani," kata Aziz, salah satu guide Sembalun saat dikonfirmasi, Kamis (12/10).
Menurut Aziz, dengan diberlakukannya kuota 45 orang pendaki per hari khusus di pintu masuk jalur Sembalun itu bagi dia dan para porter maupun guide lainnya sangat tidak adil. Karena kuota tersebut, bagi mereka tidak memberikan dampak yang signifikan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Sembalun khususnya yang bergerak di bidang jasa pariwisata.
"Kalau begini terus, tiga bulan ke depan dapur kami bisa-bisa tidak mengepul lagi. Apa lagi pada saat pandemi ini, sementara tidak ada pekerjaan lain yang kami andalan," katanya.
Sementara itu, hal yang sama dikatakan oleh Musliadi, porter sembalun. Sejak di Launchingnya pendakian gunung Rinjani, Kamis 27 Agustus 2020 baru tiga kali ia mengantar wisatawan ke Rinjani.
Sebelumnya dalam seminggu empat hingga enam kali, dia bersama porter lainnya mengantar wisatawan, bahkan ada beberapa perusahaan jasa pendakian di Sembalun yang mengontrak jasa mereka.
"Sejak dibukanya Rinjani, baru tiga kali ini saya naik mengantar tamu. Kalu dulu tidak kurang 6 kali saya naik, ya tergantung fisik kita kalau kuat itu baru sehari kita di rumah naik lagi. Bahkan saya dulu dikontrak oleh beberapa TO Sembalun untuk menggunakan jasa saya", terangnya.
Dimasa pandemi ini, lanjut dia, banyak porter yang tidak pernah naik sama sekali. Karena wisatawan mancanegara jarang yang naik ke Rinjani terlebih kuotanya dibatasi oleh pihak TNGR, meskipun kelihatannya tiap hari ada wisatawan yang naik ke Rinjani namun itu semua wisatawan lokal yang jarang menggunakan jasa porter.
"Maka untuk itu, kami mohon kepada pihak TNGR kuotanya dinaikkan dari sekarang. Agar kami bisa mengais rejeki di Rinjani seperti dulu," harapnya.
"Sejak pasca gempa kemudian disusul Corona, baru kali ini saya naik ke Rinjani," kata Aziz, salah satu guide Sembalun saat dikonfirmasi, Kamis (12/10).
Menurut Aziz, dengan diberlakukannya kuota 45 orang pendaki per hari khusus di pintu masuk jalur Sembalun itu bagi dia dan para porter maupun guide lainnya sangat tidak adil. Karena kuota tersebut, bagi mereka tidak memberikan dampak yang signifikan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Sembalun khususnya yang bergerak di bidang jasa pariwisata.
"Kalau begini terus, tiga bulan ke depan dapur kami bisa-bisa tidak mengepul lagi. Apa lagi pada saat pandemi ini, sementara tidak ada pekerjaan lain yang kami andalan," katanya.
Sementara itu, hal yang sama dikatakan oleh Musliadi, porter sembalun. Sejak di Launchingnya pendakian gunung Rinjani, Kamis 27 Agustus 2020 baru tiga kali ia mengantar wisatawan ke Rinjani.
Sebelumnya dalam seminggu empat hingga enam kali, dia bersama porter lainnya mengantar wisatawan, bahkan ada beberapa perusahaan jasa pendakian di Sembalun yang mengontrak jasa mereka.
"Sejak dibukanya Rinjani, baru tiga kali ini saya naik mengantar tamu. Kalu dulu tidak kurang 6 kali saya naik, ya tergantung fisik kita kalau kuat itu baru sehari kita di rumah naik lagi. Bahkan saya dulu dikontrak oleh beberapa TO Sembalun untuk menggunakan jasa saya", terangnya.
Dimasa pandemi ini, lanjut dia, banyak porter yang tidak pernah naik sama sekali. Karena wisatawan mancanegara jarang yang naik ke Rinjani terlebih kuotanya dibatasi oleh pihak TNGR, meskipun kelihatannya tiap hari ada wisatawan yang naik ke Rinjani namun itu semua wisatawan lokal yang jarang menggunakan jasa porter.
"Maka untuk itu, kami mohon kepada pihak TNGR kuotanya dinaikkan dari sekarang. Agar kami bisa mengais rejeki di Rinjani seperti dulu," harapnya.