Mataram (ANTARA) - Murnah, seorang pengusaha di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, siap mengirim sebanyak 500 ribu buah kerajinan keranjang ke Korea Selatan dan 1.000 buah tempat sendok terbuat dari ketak ke Jepang pada Januari 2021.
"Rencananya barang akan dikirim pada Januari 2021. Pengiriman dilakukan bekerja sama dengan pengusaha besar di Kabupaten Lombok Tengah," kata Murnah, di sela peringatan Hari Ibu yang digelar oleh Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah di SD Aisiyah 2 Mataram, di Kota Mataram, Selasa.
Ia mengatakan pengiriman kerajinan berbahan baku ketak (tanaman paku-pakuan) ke luar negeri tersebut merupakan yang pertama kali sejak pandemi COVID-19. Sebelumnya, pelaku usaha mikro kecil menengah yang mengelola unit usaha bernama Bina Usaha tersebut berhenti berproduksi semenjak wabah virus corona melanda dunia.
Murnah mengaku bahagia dengan adanya pesanan dari dua negara di kawasan Asia tersebut. Sebab, adanya pemesanan dalam jumlah relatif bisa menggairahkan kembali semangat para pengrajin ketak di Dusun Gubuk Baru, Desa Batu Mekar, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.
"Selain saya memproduksi sendiri, saya juga menjalin kemitraan dengan para pengrajin di dusun saya. Ada 200 pengrajin yang menjadi mitra, sebagian besar kaum wanita," ujar perempuan yang tidak pernah mengenyam pendidikan tersebut.
Untuk memproduksi kerajinan ketak sesuai pesanan, Murnah mendapatkan pembiayaan dari BTPN Syariah sejak 2017. Awalnya, pembiayaan yang diberikan sebesar Rp3 juta selama satu tahun, namun mampu dilunasi sebelum berakhir masa pelunasan.
Pada 2018, BTPN Syariah kembali memberikan pembiayaan sebesar Rp6 juta dan mampu dilunasi sebelum satu tahun. Atas kerajinan mengembalikan pembiayaan, Murnah kembali mendapatkan pembiayaan sebesar Rp10 juta pada 2019 dan mampu diselesaikan dalam waktu 10 bulan.
"Sekarang saya mau mengajukan pembiayaan sebesar Rp15 juta di BTPN Syariah. Sebenarnya ditawari Rp25 juta, tapi saya tidak berani, takut nanti tidak bisa dilunasi," tutur Murnah yang sempat menjadi buruh tani bersama suaminya selama tujuh bulan sejak pandemi COVID-19 melanda pada Maret 2020.
Corporate Communications Head BTPN Syariah. BTPN Syariah Ainul Yaqin mengatakan Murnah merupakan salah satu dari 3,8 juta nasabah pembiayaan BTPN Syariah dari kalangan perempuan di seluruh Indonesia.
BTPN Syariah memberikan pembiayaan kepada pengelola kerajinan ketak Bina Usaha dari Desa Batu Mekar, Kabupaten Lombok Barat itu sejak 2017. Namun usaha kerajinan ketaknya sempat mengalami pasang surut akibat gempa bumi yang mengguncang NTB pada 2018, dan ditambah lagi dengan pandemi COVID-19 sejak Maret 2020.
"Kami memberikan pendampingan kepada Ibu Murnah di saat-saat kondisi usahanya dalam kondisi tidak menentu, terutama pascagempa. Dan sekarang juga di saat pandemi. Selain membina dari sisi usaha, kami juga memberikan edukasi terkait dengan protokol kesehatan COVID-19," ujar Ainul.
"Rencananya barang akan dikirim pada Januari 2021. Pengiriman dilakukan bekerja sama dengan pengusaha besar di Kabupaten Lombok Tengah," kata Murnah, di sela peringatan Hari Ibu yang digelar oleh Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah di SD Aisiyah 2 Mataram, di Kota Mataram, Selasa.
Ia mengatakan pengiriman kerajinan berbahan baku ketak (tanaman paku-pakuan) ke luar negeri tersebut merupakan yang pertama kali sejak pandemi COVID-19. Sebelumnya, pelaku usaha mikro kecil menengah yang mengelola unit usaha bernama Bina Usaha tersebut berhenti berproduksi semenjak wabah virus corona melanda dunia.
Murnah mengaku bahagia dengan adanya pesanan dari dua negara di kawasan Asia tersebut. Sebab, adanya pemesanan dalam jumlah relatif bisa menggairahkan kembali semangat para pengrajin ketak di Dusun Gubuk Baru, Desa Batu Mekar, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.
"Selain saya memproduksi sendiri, saya juga menjalin kemitraan dengan para pengrajin di dusun saya. Ada 200 pengrajin yang menjadi mitra, sebagian besar kaum wanita," ujar perempuan yang tidak pernah mengenyam pendidikan tersebut.
Untuk memproduksi kerajinan ketak sesuai pesanan, Murnah mendapatkan pembiayaan dari BTPN Syariah sejak 2017. Awalnya, pembiayaan yang diberikan sebesar Rp3 juta selama satu tahun, namun mampu dilunasi sebelum berakhir masa pelunasan.
Pada 2018, BTPN Syariah kembali memberikan pembiayaan sebesar Rp6 juta dan mampu dilunasi sebelum satu tahun. Atas kerajinan mengembalikan pembiayaan, Murnah kembali mendapatkan pembiayaan sebesar Rp10 juta pada 2019 dan mampu diselesaikan dalam waktu 10 bulan.
"Sekarang saya mau mengajukan pembiayaan sebesar Rp15 juta di BTPN Syariah. Sebenarnya ditawari Rp25 juta, tapi saya tidak berani, takut nanti tidak bisa dilunasi," tutur Murnah yang sempat menjadi buruh tani bersama suaminya selama tujuh bulan sejak pandemi COVID-19 melanda pada Maret 2020.
Corporate Communications Head BTPN Syariah. BTPN Syariah Ainul Yaqin mengatakan Murnah merupakan salah satu dari 3,8 juta nasabah pembiayaan BTPN Syariah dari kalangan perempuan di seluruh Indonesia.
BTPN Syariah memberikan pembiayaan kepada pengelola kerajinan ketak Bina Usaha dari Desa Batu Mekar, Kabupaten Lombok Barat itu sejak 2017. Namun usaha kerajinan ketaknya sempat mengalami pasang surut akibat gempa bumi yang mengguncang NTB pada 2018, dan ditambah lagi dengan pandemi COVID-19 sejak Maret 2020.
"Kami memberikan pendampingan kepada Ibu Murnah di saat-saat kondisi usahanya dalam kondisi tidak menentu, terutama pascagempa. Dan sekarang juga di saat pandemi. Selain membina dari sisi usaha, kami juga memberikan edukasi terkait dengan protokol kesehatan COVID-19," ujar Ainul.