Mataram (ANTARA) - Dengan motto “Berpancang Amanah, Bersauh Marwah”, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) bertekad menjadi salah satu pusat pertumbuhan perekonomian nasional dengan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya Melayu, didukung oleh masyarakatnya yang sejahtera, cerdas, dan berakhlak mulia.
Pusat kegiatan ekonomi Provinsi Kepri itu sendiri ada di Pulau Bintan, Batam, dan Karimun, dan karenanya pulau-pulau itu mempunyai populasi yang lebih banyak dibanding Pulau Natuna, meski Natuna wilayahnya relatif lebih luas.
Tidak dapat dipungkiri, Provinsi Kepri dengan lebih dari 2.400 pulau di wilayahnya mempunyai potensi yang besar di bidang pertambangan, perkebunan, industri, dan pariwisata, terlebih di bidang kemaritiman, karena wilayah laut Kepri dengan banyak pantainya yang indah itu jauh lebih dominan dibanding wilayah daratannya.
Tapi persoalannya provinsi yang terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau itu menghadapi permasalahan yang tidak ringan, yakni minimnya sumber daya manusia (SDM).
Akibat minimnya SDM unggul tersebut, potensi ekonomi Kepri yang sangat besar belum bisa digali dan dimanfaatkan secara optimal, apalagi di era masih mewabahnya COVID-19 selama hampir setahun terakhir ini.
Dengan kurangnya SDM unggul, provinsi yang mencakup Kota Tanjung Pinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas dan Kabupaten Lingga itu tidak akan mampu bersaing dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia.
Kekurangan SDM unggul menjadi semakin terasa, terutama karena Provinsi Kepri yang beribukota di Tanjung Pinang itu merupakan wilayah kepulauan. Posisinya berbatasan dengan beberapa negara asing yang dalam batas-batas tertentu lebih maju dibanding provinsi ke-32 di Indonesia itu.
Provinsi Kepri yang pada masa lalu merupakan bagian dari Provinsi Riau itu memiliki wilayah yang berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja di sebelah utara; Malaysia dan Provinsi Kalimantan Barat di timur; Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Jambi di selatan; serta Singapura, Malaysia dan Provinsi Riau di sebelah barat.
Maka, tidak dapat disangkal bahwa untuk memajukan Provinsi Kepri dituntut adanya ketersediaan SDM yang berkualitas di berbagai bidang seperti di bidang ekonomi, manajemen, teknik, hukum, kesehatan, keuangan, industri, pariwisata, dan perdagangan.
Menghadapi situasi seperti itu diperlukan adanya lembaga pendidikan tinggi yang dinamis dan berorientasi kepada era globalisasi dengan penyelenggaraan program pendidikan bertaraf nasional dan internasional dengan memprioritaskan penyiapan SDM unggul di berbagai bidang.
Lembaga pendidikan dimaksud diharapkan dapat turut mengantarkan Kepri menjadi wilayah yang mampu bersaing dengan dunia luar dalam berbagai bidang, bahkan kalau bisa setara dengan Singapura selaku negara tetangga terdekat dari provinsi itu.
Sampai sejauh ini di wilayah Provinsi Kepri terdapat tidak kurang dari 36 perguruan tinggi (universitas, politeknik, sekolah tinggi, dan akademi) dengan lokasi yang tersebar di beberapa tempat, yakni di Kota Batam, Tanjung Pinang, Tanjung Balai Karimun, Karimun, Lingga, dan Natuna.
Sebagian besar adalah perguruan tinggi swasta serta ada tiga perguruan tinggi negeri, yakni Universitas Maritim Raja Ali Haji yang berlokasi di Tanjung Pinang, Politeknik Negeri Batam di Batam, dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Abdurrahman yang berada di Bintan.
Salah satu lembaga pendidikan tinggi swasta di Provinsi Kepri yang siap menyediakan SDM unggul dengan visi dan kemampuan pribadi serta teknis untuk mengantisipasi perkembangan global adalah Universitas Batam (Uniba) yang berlokasi di Batam Center Kota Batam.
Saat ini kampus Uniba memiliki fasilitas yang relatif lengkap, antara lain perpustakaan modern, laboratorium komputer berbasis internet, Uniba Language Center (ULC), Gedung Pasca Sarjana, Gedung Serbaguna, Asrama Mahasiswa Fakultas Kedokteran, dan Guest House.
Selain dari itu perguruan tinggi yang selalu memberikan santunan kepada anak-anak yatim pada setiap usai acara wisuda itu memiliki rumah sakit dan laboratorium kedokteran (kesehatan) terlengkap di wilayah Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) X yang mencakup Provinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi, dan Kepri.
Uniba mempunyai empat fakultas, yakni Fakultas Teknik, Ekonomi, Hukum, dan
Kedokteran, dengan 20 program studi (prodi) yang terdiri dari 11 Prodi S1, satu Prodi D4, satu Prodi D3, satu Prodi Profesi Kedokteran, lima Prodi S2, dan satu Prodi S3.
Uniba adalah satu-satunya universitas di Kepri yang mempunyai Fakultas Kedokteran. Semua Program Studi di Fakultas Kedokteran telah mengantongi akreditasi B, sehingga ke depan diharapkan makin banyak dokter yang mengabdi hingga ke daerah-daerah terpencil di Provinsi Kepri. Uniba juga adalah satu-satuya perguruan tinggi di Provinsi Kepri yang memiliki Prodi S1 Psikologi.
Uniba didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Republik Indonesia Nomor: 58/D/O/2000 tertanggal 4 Mei 2000 (sebelumnya bernama Universitas Abulyatama).
Sementara itu informasi dari Pusat Sistem Informasi dan Komputer (Puskom) Uniba menyebutkan, sampai sejauh ini secara keseluruhan Uniba mempunyai alumni sebanyak 9.508 orang dan mahasiswa aktif 1.464 orang, suatu jumlah mahasiswa yang terhitung relatif banyak untuk sebuah perguruan tinggi swasta di daerah.
Terkait banyaknya prodi yang disediakan Uniba dengan kurikulum yang berorientasi pengembangan SDM, kebijakan tersebut dimaksudkan bahwa perguruan tinggi tersebut berkomitmen untuk mengambil peran aktif dalam memajukan SDM di Provinsi Kepri.
Prodi terbaru adalah Magister Perencanaan Wilayah (MPW) yang lahir karena secara geografis Provinsi Kepri memiliki ribuan pulau besar dan kecil, sehingga perencanaan wilayahnya harus benar-benar matang dan terukur serta bisa dipertanggungjawabkan secara akademis.
Magister Perencanaan Wilayah dimaksud memiliki visi yang jelas dan optimistik, yakni “Menjadikan Program Studi Perencanaan Wilayah berstandar internasonal dan terbaik se-Indonesia pada tahun 2030”.
Adapun misinya adalah “Menyelenggarakan penelitian dan pengabdian pada masyarakat berbasis kompetensi perencanaan wilayah, menghasilkan lulusan Magister Perencaaan Wilayah yang profesional di bidangnya, dan mampu menghadapi tantangan perkembangan pembangunan”.
Dengan banyaknya prodi di Uniba, tidak lain dimaksudkan bahwa perguruan tinggi itu berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan pendidikan tinggi di Provinsi Kepri, sehingga warga Kepri yang berkeinginan mendapatkan pendidikan tinggi berkualitas tidak perlu harus belajar ke Jakarta atau ke kota-kota besar lainnya di luar Kepri.
Khusus di lingkungan internal Uniba sendiri, segenap tenaga pendidik dan kependidikan di perguruan tinggi itu berkomitmen untuk terus meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya.
Tujuannya tidak lain adalah untuk memajukan Uniba serta menaikkan reputasi dan citranya sebagai salah satu perguruan tinggi swasta terkemuka, bukan hanya di Propinsi Kepri, namun juga bahkan di Indonesia.
Dalam hubungan itu pula para dosen Uniba terus didorong untuk banyak melakukan penelitian serta menulis, baik di jurnal-jurnal ilmiah nasional dan internasional maupun di media massa, sehingga dengan begitu akan semakin naik pula reputasi dan citra universitas itu, baik secara nasional maupun bahkan internasional.
Khusus kedekatan dengan media massa, jelas bahwa kedekatan dimaksud merupakan suatu “keharusan” bagi institusi manapun yang ingin dikenal publik, terlebih ada adagium yang menyebutkan bahwa “media bisa mengubah cacing menjadi naga, atau sebaliknya naga menjadi cacing”.
Artinya, sebagus dan sehebat apapun upaya untuk memajukan suatu institusi, dalam hal ini Uniba, sepertinya tidak akan terdengar gemanya ke seluruh Nusantara tanpa adanya hubungan baik dengan pers dan tanpa adanya tulisan para dosennya yang profesional di media massa, baik pada level lokal maupun nasional.
Tidak dapat dipungkiri, ketersediaan tenaga-tenaga pengajar yang kompeten dan profesional serta berintegritas adalah sebuah keniscayaaan agar Uniba dapat terus menghasilkan lulusan dengan kualitas SDM yang mumpuni, sehingga memberikan andil yang signifikan bagi kemajuan Provinsi Kepri ke depan.
*Penulis, Dr. Elli Widia S.Pd., MM.Pd. adalah Wakil Rektor (Warek) I Universitas Batam (Uniba).
Pusat kegiatan ekonomi Provinsi Kepri itu sendiri ada di Pulau Bintan, Batam, dan Karimun, dan karenanya pulau-pulau itu mempunyai populasi yang lebih banyak dibanding Pulau Natuna, meski Natuna wilayahnya relatif lebih luas.
Tidak dapat dipungkiri, Provinsi Kepri dengan lebih dari 2.400 pulau di wilayahnya mempunyai potensi yang besar di bidang pertambangan, perkebunan, industri, dan pariwisata, terlebih di bidang kemaritiman, karena wilayah laut Kepri dengan banyak pantainya yang indah itu jauh lebih dominan dibanding wilayah daratannya.
Tapi persoalannya provinsi yang terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau itu menghadapi permasalahan yang tidak ringan, yakni minimnya sumber daya manusia (SDM).
Akibat minimnya SDM unggul tersebut, potensi ekonomi Kepri yang sangat besar belum bisa digali dan dimanfaatkan secara optimal, apalagi di era masih mewabahnya COVID-19 selama hampir setahun terakhir ini.
Dengan kurangnya SDM unggul, provinsi yang mencakup Kota Tanjung Pinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas dan Kabupaten Lingga itu tidak akan mampu bersaing dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia.
Kekurangan SDM unggul menjadi semakin terasa, terutama karena Provinsi Kepri yang beribukota di Tanjung Pinang itu merupakan wilayah kepulauan. Posisinya berbatasan dengan beberapa negara asing yang dalam batas-batas tertentu lebih maju dibanding provinsi ke-32 di Indonesia itu.
Provinsi Kepri yang pada masa lalu merupakan bagian dari Provinsi Riau itu memiliki wilayah yang berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja di sebelah utara; Malaysia dan Provinsi Kalimantan Barat di timur; Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Jambi di selatan; serta Singapura, Malaysia dan Provinsi Riau di sebelah barat.
Maka, tidak dapat disangkal bahwa untuk memajukan Provinsi Kepri dituntut adanya ketersediaan SDM yang berkualitas di berbagai bidang seperti di bidang ekonomi, manajemen, teknik, hukum, kesehatan, keuangan, industri, pariwisata, dan perdagangan.
Menghadapi situasi seperti itu diperlukan adanya lembaga pendidikan tinggi yang dinamis dan berorientasi kepada era globalisasi dengan penyelenggaraan program pendidikan bertaraf nasional dan internasional dengan memprioritaskan penyiapan SDM unggul di berbagai bidang.
Lembaga pendidikan dimaksud diharapkan dapat turut mengantarkan Kepri menjadi wilayah yang mampu bersaing dengan dunia luar dalam berbagai bidang, bahkan kalau bisa setara dengan Singapura selaku negara tetangga terdekat dari provinsi itu.
Sampai sejauh ini di wilayah Provinsi Kepri terdapat tidak kurang dari 36 perguruan tinggi (universitas, politeknik, sekolah tinggi, dan akademi) dengan lokasi yang tersebar di beberapa tempat, yakni di Kota Batam, Tanjung Pinang, Tanjung Balai Karimun, Karimun, Lingga, dan Natuna.
Sebagian besar adalah perguruan tinggi swasta serta ada tiga perguruan tinggi negeri, yakni Universitas Maritim Raja Ali Haji yang berlokasi di Tanjung Pinang, Politeknik Negeri Batam di Batam, dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Abdurrahman yang berada di Bintan.
Salah satu lembaga pendidikan tinggi swasta di Provinsi Kepri yang siap menyediakan SDM unggul dengan visi dan kemampuan pribadi serta teknis untuk mengantisipasi perkembangan global adalah Universitas Batam (Uniba) yang berlokasi di Batam Center Kota Batam.
Saat ini kampus Uniba memiliki fasilitas yang relatif lengkap, antara lain perpustakaan modern, laboratorium komputer berbasis internet, Uniba Language Center (ULC), Gedung Pasca Sarjana, Gedung Serbaguna, Asrama Mahasiswa Fakultas Kedokteran, dan Guest House.
Selain dari itu perguruan tinggi yang selalu memberikan santunan kepada anak-anak yatim pada setiap usai acara wisuda itu memiliki rumah sakit dan laboratorium kedokteran (kesehatan) terlengkap di wilayah Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) X yang mencakup Provinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi, dan Kepri.
Uniba mempunyai empat fakultas, yakni Fakultas Teknik, Ekonomi, Hukum, dan
Kedokteran, dengan 20 program studi (prodi) yang terdiri dari 11 Prodi S1, satu Prodi D4, satu Prodi D3, satu Prodi Profesi Kedokteran, lima Prodi S2, dan satu Prodi S3.
Uniba adalah satu-satunya universitas di Kepri yang mempunyai Fakultas Kedokteran. Semua Program Studi di Fakultas Kedokteran telah mengantongi akreditasi B, sehingga ke depan diharapkan makin banyak dokter yang mengabdi hingga ke daerah-daerah terpencil di Provinsi Kepri. Uniba juga adalah satu-satuya perguruan tinggi di Provinsi Kepri yang memiliki Prodi S1 Psikologi.
Uniba didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Republik Indonesia Nomor: 58/D/O/2000 tertanggal 4 Mei 2000 (sebelumnya bernama Universitas Abulyatama).
Sementara itu informasi dari Pusat Sistem Informasi dan Komputer (Puskom) Uniba menyebutkan, sampai sejauh ini secara keseluruhan Uniba mempunyai alumni sebanyak 9.508 orang dan mahasiswa aktif 1.464 orang, suatu jumlah mahasiswa yang terhitung relatif banyak untuk sebuah perguruan tinggi swasta di daerah.
Terkait banyaknya prodi yang disediakan Uniba dengan kurikulum yang berorientasi pengembangan SDM, kebijakan tersebut dimaksudkan bahwa perguruan tinggi tersebut berkomitmen untuk mengambil peran aktif dalam memajukan SDM di Provinsi Kepri.
Prodi terbaru adalah Magister Perencanaan Wilayah (MPW) yang lahir karena secara geografis Provinsi Kepri memiliki ribuan pulau besar dan kecil, sehingga perencanaan wilayahnya harus benar-benar matang dan terukur serta bisa dipertanggungjawabkan secara akademis.
Magister Perencanaan Wilayah dimaksud memiliki visi yang jelas dan optimistik, yakni “Menjadikan Program Studi Perencanaan Wilayah berstandar internasonal dan terbaik se-Indonesia pada tahun 2030”.
Adapun misinya adalah “Menyelenggarakan penelitian dan pengabdian pada masyarakat berbasis kompetensi perencanaan wilayah, menghasilkan lulusan Magister Perencaaan Wilayah yang profesional di bidangnya, dan mampu menghadapi tantangan perkembangan pembangunan”.
Dengan banyaknya prodi di Uniba, tidak lain dimaksudkan bahwa perguruan tinggi itu berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan pendidikan tinggi di Provinsi Kepri, sehingga warga Kepri yang berkeinginan mendapatkan pendidikan tinggi berkualitas tidak perlu harus belajar ke Jakarta atau ke kota-kota besar lainnya di luar Kepri.
Khusus di lingkungan internal Uniba sendiri, segenap tenaga pendidik dan kependidikan di perguruan tinggi itu berkomitmen untuk terus meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya.
Tujuannya tidak lain adalah untuk memajukan Uniba serta menaikkan reputasi dan citranya sebagai salah satu perguruan tinggi swasta terkemuka, bukan hanya di Propinsi Kepri, namun juga bahkan di Indonesia.
Dalam hubungan itu pula para dosen Uniba terus didorong untuk banyak melakukan penelitian serta menulis, baik di jurnal-jurnal ilmiah nasional dan internasional maupun di media massa, sehingga dengan begitu akan semakin naik pula reputasi dan citra universitas itu, baik secara nasional maupun bahkan internasional.
Khusus kedekatan dengan media massa, jelas bahwa kedekatan dimaksud merupakan suatu “keharusan” bagi institusi manapun yang ingin dikenal publik, terlebih ada adagium yang menyebutkan bahwa “media bisa mengubah cacing menjadi naga, atau sebaliknya naga menjadi cacing”.
Artinya, sebagus dan sehebat apapun upaya untuk memajukan suatu institusi, dalam hal ini Uniba, sepertinya tidak akan terdengar gemanya ke seluruh Nusantara tanpa adanya hubungan baik dengan pers dan tanpa adanya tulisan para dosennya yang profesional di media massa, baik pada level lokal maupun nasional.
Tidak dapat dipungkiri, ketersediaan tenaga-tenaga pengajar yang kompeten dan profesional serta berintegritas adalah sebuah keniscayaaan agar Uniba dapat terus menghasilkan lulusan dengan kualitas SDM yang mumpuni, sehingga memberikan andil yang signifikan bagi kemajuan Provinsi Kepri ke depan.
*Penulis, Dr. Elli Widia S.Pd., MM.Pd. adalah Wakil Rektor (Warek) I Universitas Batam (Uniba).