Mataram (ANTARA) - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat menemukan pasien reaktif COVID-19 dari tes cepat antigen sejak pelayanan dibuka Senin (28/12).
"Data terakhir atau sepekan telah dibukanya layanan tes cepat antigen COVID-19, kita sudah melayani sekitar 300 orang. Dari 300 itu, hampir 10 persen ditemukan reaktif," kata Direktur RSUD Kota Mataram dr Lalu Herman Mahaputra di Mataram, Selasa.
Ia mengatakan pasien yang teridentifikasi reaktif tersebut langsung dilakukan pemeriksaan lanjutan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP), yakni tes usap dengan menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR).
"Hasil dari tes PCR inilah yang menjadi hasil akhir atau paripurna terhadap seorang pasien untuk dinyatakan positif COVID-19 atau tidak. Yang positif tidak banyak," katanya tanpa menyebut angka pasti.
Namun demikian, lanjut dr Jack begitu Dirut RSUD Mataram ini akrab disapa, bagi pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 dan memiliki penyakit penyerta diarahkan untuk menjalankan pelayanan rawat inap.
Untuk pasien yang postif COVID-19 tetapi dalam kondisi baik dan tanpa gejala disarankan isolasi mandiri.
"Kalau semua pasien positif COVID-19 kita arahkan karantina di rumah sakit, rumah sakit bisa penuh," katanya.
Lebih jauh dr Jack mengatakan masyarakat yang datang ke RSUD untuk mendapatkan layanan tes cepat antigen COVID-19, rata-rata memiliki kepentingan perjalanan ke luar daerah.
"Dalam sehari, pelayanan tes cepat antigen COVID-19 bisa mencapai 50 hingga 100 orang," ujarnya.
Dia menjelaskan pelayanan tes cepat antigen sifatnya umum sehingga setiap masyarakat yang akan melakukannya harus membayar sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan, yakni Rp275.000.
Ia mengatakan biaya pelayanan tes cepat antigen tersebut menjadi salah satu tambahan retribusi baru dari RSUD Kota Mataram, namun sejauh ini belum ditetapkan target capaiannya.
"Akan tetapi, untuk alat 'rapid' (tes cepat) kita siap berapa pun kebutuhan masyarakat, termasuk untuk SDM," katanya.
"Data terakhir atau sepekan telah dibukanya layanan tes cepat antigen COVID-19, kita sudah melayani sekitar 300 orang. Dari 300 itu, hampir 10 persen ditemukan reaktif," kata Direktur RSUD Kota Mataram dr Lalu Herman Mahaputra di Mataram, Selasa.
Ia mengatakan pasien yang teridentifikasi reaktif tersebut langsung dilakukan pemeriksaan lanjutan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP), yakni tes usap dengan menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR).
"Hasil dari tes PCR inilah yang menjadi hasil akhir atau paripurna terhadap seorang pasien untuk dinyatakan positif COVID-19 atau tidak. Yang positif tidak banyak," katanya tanpa menyebut angka pasti.
Namun demikian, lanjut dr Jack begitu Dirut RSUD Mataram ini akrab disapa, bagi pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 dan memiliki penyakit penyerta diarahkan untuk menjalankan pelayanan rawat inap.
Untuk pasien yang postif COVID-19 tetapi dalam kondisi baik dan tanpa gejala disarankan isolasi mandiri.
"Kalau semua pasien positif COVID-19 kita arahkan karantina di rumah sakit, rumah sakit bisa penuh," katanya.
Lebih jauh dr Jack mengatakan masyarakat yang datang ke RSUD untuk mendapatkan layanan tes cepat antigen COVID-19, rata-rata memiliki kepentingan perjalanan ke luar daerah.
"Dalam sehari, pelayanan tes cepat antigen COVID-19 bisa mencapai 50 hingga 100 orang," ujarnya.
Dia menjelaskan pelayanan tes cepat antigen sifatnya umum sehingga setiap masyarakat yang akan melakukannya harus membayar sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan, yakni Rp275.000.
Ia mengatakan biaya pelayanan tes cepat antigen tersebut menjadi salah satu tambahan retribusi baru dari RSUD Kota Mataram, namun sejauh ini belum ditetapkan target capaiannya.
"Akan tetapi, untuk alat 'rapid' (tes cepat) kita siap berapa pun kebutuhan masyarakat, termasuk untuk SDM," katanya.