Mataram (ANTARA) - Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyebutkan pusat genangan air di kota itu saat ini sudah berkurang signifikan dari sembilan menjadi dua titik.
"Dua titik genangan itu adalah di Pagutan Karang Buaye dan Jalan Lingkar Selatan," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram Miftahurrahman di Mataram, Minggu.
Menurutnya, dua titik genangan tersebut merupakan titik genangan terberat dengan berbagai masalah yang kompleks.
Di Karang Buaye, katanya, saluran berfungsi ganda, yakni menjadi drainase dan saluran irigasi karena masih ada areal persawahan yang harus dialiri.
"Selain itu, saluran tersebut menjadi muara beberapa saluran, antara lain dari Kelurahan Dasan Cermen, Tembelok, kawasan Terminal Mandalika dan Babakan, sementara kapasitas saluran tidak sesuai," katanya.
Oleh karena itu, salah satu rencana solusi yang akan diajukan adalah dengan membuat pintu air dan memisahkan fungsi drainase dan saluran irigasi. Hal itu, masih dalam rencana, sebab untuk membangun pintu air membutuhkan anggaran tidak sedikit.
Untuk penanganan sementara, katanya, pihaknya juga telah mencoba membuat mercu pelimpahan air di kawasan Babakan, tetapi hasilnya tidak maksimal. Begitu juga dengan upaya pembuatan sudetan di dekat Pasar Pagutan.
"Harapan kami sekarang rencana pembangunan pintu. Tapi jika itu juga hasilnya tidak maksimal, maka solusi permanennya adalah melakukan rekonstruksi menyeluruh, baik kapasitas maupun sistemnya dan ini sangat tergantung alokasi anggaran yang tentunya tidak sedikit," katanya.
Sementara untuk solusi jangka pendek saat ini menunggu kebijakan alokasi anggaran, katanya, adalah menurunkan alat berat untuk normalisasi.
"Kegiatan normalisasi di Karang Buaye, juga menjadi solusi jangka pendek mengurangi genangan ketika terjadi hujan deras secara terus menerus," katanya.
Masalah serupa juga terjadi pada titik genangan di Jalan Lingkar Selatan. Menurutnya, selain daerahnya cekungan, genangan di Jalan Lingkar Selatan terjadi karena tinggi muka daratan lebih rendah dari laut.
"Selain itu, banyak muara yang tertutup dan kapasitas saluran juga berfungi ganda, yakni menjadi saluran irigasi dan drainase," katanya.
Bahkan, saat tidak hujan saja, tinggi air saluran yang datang dari hulu sama dengan tinggi jalan. "Jadi, untuk menampung air dari hulu dibutuhkan ukuran saluran dua kali lipat dengan ukuran yang ada sekarang dan itu juga butuh anggaran tidak sedikit termasuk untuk pembebasan lahan," katanya.
"Dua titik genangan itu adalah di Pagutan Karang Buaye dan Jalan Lingkar Selatan," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram Miftahurrahman di Mataram, Minggu.
Menurutnya, dua titik genangan tersebut merupakan titik genangan terberat dengan berbagai masalah yang kompleks.
Di Karang Buaye, katanya, saluran berfungsi ganda, yakni menjadi drainase dan saluran irigasi karena masih ada areal persawahan yang harus dialiri.
"Selain itu, saluran tersebut menjadi muara beberapa saluran, antara lain dari Kelurahan Dasan Cermen, Tembelok, kawasan Terminal Mandalika dan Babakan, sementara kapasitas saluran tidak sesuai," katanya.
Oleh karena itu, salah satu rencana solusi yang akan diajukan adalah dengan membuat pintu air dan memisahkan fungsi drainase dan saluran irigasi. Hal itu, masih dalam rencana, sebab untuk membangun pintu air membutuhkan anggaran tidak sedikit.
Untuk penanganan sementara, katanya, pihaknya juga telah mencoba membuat mercu pelimpahan air di kawasan Babakan, tetapi hasilnya tidak maksimal. Begitu juga dengan upaya pembuatan sudetan di dekat Pasar Pagutan.
"Harapan kami sekarang rencana pembangunan pintu. Tapi jika itu juga hasilnya tidak maksimal, maka solusi permanennya adalah melakukan rekonstruksi menyeluruh, baik kapasitas maupun sistemnya dan ini sangat tergantung alokasi anggaran yang tentunya tidak sedikit," katanya.
Sementara untuk solusi jangka pendek saat ini menunggu kebijakan alokasi anggaran, katanya, adalah menurunkan alat berat untuk normalisasi.
"Kegiatan normalisasi di Karang Buaye, juga menjadi solusi jangka pendek mengurangi genangan ketika terjadi hujan deras secara terus menerus," katanya.
Masalah serupa juga terjadi pada titik genangan di Jalan Lingkar Selatan. Menurutnya, selain daerahnya cekungan, genangan di Jalan Lingkar Selatan terjadi karena tinggi muka daratan lebih rendah dari laut.
"Selain itu, banyak muara yang tertutup dan kapasitas saluran juga berfungi ganda, yakni menjadi saluran irigasi dan drainase," katanya.
Bahkan, saat tidak hujan saja, tinggi air saluran yang datang dari hulu sama dengan tinggi jalan. "Jadi, untuk menampung air dari hulu dibutuhkan ukuran saluran dua kali lipat dengan ukuran yang ada sekarang dan itu juga butuh anggaran tidak sedikit termasuk untuk pembebasan lahan," katanya.