Mataram, 9/3 (ANTARA) - Perum Bulog Divisi Regional Nusa Tenggara Barat kesulitan menyerap gabah petani di Pulau Lombok, karena harga gabah kering panen di atas harga pembelian pemerintah (HPP).
"Satuan tugas (satgas) saya tidak dapat barang karena harga Gabah Kering Panen (GKP) yang berlaku sekarang mencapai Rp2.750 per kilogram (kg), sedangkan kami berpatokan pada HPP sebesar Rp2.640/kg," kata Kepala Divisi Regional (Kadivre) Bulog Nusa Tenggara Barat (NTB) Djibran AM Asran, di Mataram, Rabu.
Bulog Divre NTB, kata dia, menerjunkan sebanyak lima satgas yang diharapkan mampu membantu pencapaian target penyerapan beras sebanyak 180 ribu ton pada 2011.
Lima satgas tersebut masing-masing membawa dana pembelian gabah sebanyak 150 ribu ton, namun hanya dua satgas yang mampu melakukan pembelian di tingkat petani.
Djibran mengatakan, harga GKP sebesar Rp2.750/kg hanya berlaku di wilayah Pulau Lombok, sedangkan di wilayah Pulau Sumbawa, belum diketahui secara pasti.
"Kami tidak bisa memaksa para petani untuk menjual hasil panennya kepada Bulog. Tapi kami berharap dengan adanya kemitraan dengan gabungan kelompok tani (Gapoktan), bisa membantu pencapaian target penyerapan tahun ini, di samping dari upaya satgas," ujarnya.
Meskipun harga GKP di Pulau Lombok berada di atas HPP, ia mengatakan proses pembelian tetap berlangsung setiap hari. Pembelian beras dari para mitra yang sudah menjalin kontrak mencapai 400 hingga 500 ton per hari.
Djibran menambahkan pihaknya juga tidak bisa memaksa para petani menjual hasil panennya ketika harga di pasaran lebih tinggi dari HPP karena tugas dan fungsi Bulog hanya sebagai lembaga yang menjaga stabilitas harga gabah.
Satgas yang diterjunkan juga tidak perlu bersaing dengan para pengusaha yang langsung melakukan transaksi pembelian di tingkat petani dengan harga yang lebih mahal dari kemampuan beli Bulog.
"Bulog merupakan pertahanan terakhir di saat harga hasil produksi petani anjlok. Tapi ketika harga gabah berada di atas HPP itu sudah bagus. Bulog menjaga transaksi jangan sampai di bawah HPP, agar tidak merugikan petani," ujarnya.
Menyinggung tentang jumlah beras yang sudah diserap Bulog Divre NTB memasuki musim panen raya, Djibran mengaku pihaknya sudah menyerap sebanyak 13.860 ribu ton beras hingga 8 Maret 2011.
Seluruh beras yang sudah masuk gudang tersebut berasal dari pengusaha dan gapoktan yang sudah menjalin kemitraan dengan Bulog Divre NTB.
Ia optimis mampu merealisasikan target penyerapan beras sebanyak 180 ribu ton pada 2011, meskipun kondisi harga gabah yang masih fluktuasi pada saat panen raya padi.
"Saya perkirakan mampu menyerap sebanyak 100 ton beras pada masa panen raya (Maret-April). Sisanya sebanyak 80 ribu ton akan diupayakan di luar musim panen raya. Kita harus tetap berbicara optimis," ujarnya.(*)