Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) mengatakan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia telah siap untuk mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) apabila nantinya Indonesia memiliki pembangkit tersebut.

"Saya tekankan, untuk SDM Indonesia sudah sangat siap apabila nantinya di Indonesia akan dibangun PLTN," kata Kepala Bapeten As Natio Lasman di Jakarta, Selasa.

As Natio mengatakan, kinerja putra bangsa untuk energi nuklir telah diakui oleh International Atomic Energy Agency (IAEA), hal ini dibuktikan dengan adanya tujuh SDM Indonesia yang bekerja sebagai pengawas dalam IAEA.

"Ada tujuh putra bangsa yang bekerjai sebagai pengawas penggunaan energi nuklir, ketujuh orang tersebut berada di berbagai negara, salah satunya hingga saat ini berada di Tokyo," tegas As Natio, yang juga mengatakan masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir dengan SDM Indonesia apabila nantinya Indonesia memiliki PLTN.

As Natio mengatakan, ketakutan masyarakat Indonesia akan penggunaan nuklir untuk pembangkit listrik sangat beralasan, sebab banyak dari masyarakat di Indonesia tidak mengetahui secara jelas tentang cara kerja PLTN.

As Natio menjelaskan, energi nuklir merupakan energi yang bisa menggantikan energi fosil yang hingga saat ini dipergunakan.

"Energi dari fosil semakin menipis, nuklir merupakan salah satu pengganti. Namun, penggunaannya harus benar-benar sesuai aturan dan pengawasan yang ketat," tambah As Natio.

Yang harus dipersiapkan apabila Indonesia akan menggunakan energi nuklir adalah lokasi dan infrastrukturnya, jelas As Natio.

Lokasi untuk pembangunan PLTN harus mempertimbangkan banyak aspek, seperti gempa yang terjadi di lokasi tersebut dan apakah lokasi tersebut berpotensi untuk terjadi tsunami.

"Seperti yang terjadi di Jepang, untuk gempa berkekuatan 9.0 Skala Richter (SR) tersebut tidak langsung menghancurkan bangunan PLTN Fukushima," tambah As Natio.

Namun, tsunami yang menghantam PLTN Fukushima telah menghentikan proses pendinginan darurat yang dimiliki PLTN itu. "Apabila hanya gempa tanpa tsunami, saya yakin tidak akan terjadi pencemaran radiasi seperti saat ini," katanya.

Bangunan PLTN sudah dirancang agar tahan gempa, dan apabila terjadi gempa PLTN tersebut akan langsung padam dan hanya sistem pendingin darurat yang dengan segera menyala selama satu jam, tambahnya.

"Apa yang terjadi di Jepang merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi Indonesia, dan untuk realisasi PLTN di Indonesia saya kira harus dipertimbangkan secara masak masalah lokasi pembangunannya," kata As Natio.

As Natio mengatakan, gagasan untuk penggunaan energi nuklir di Indonesia sesungguhnya telah ada sejak lama, ini dibuktikan dengan Indonesia sebagai salah satu negara yang menggagas lahirnya IAEA pada tahun 1957.(*)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024