London (ANTARA) - KBRI Tunis berhasil mengevakuasi dua warga Indonesia dan seorang wartawan Metro TV keluar dari Libya melalui perbatasan dengan Tunisia karena situasi Libya semakin memanas.

Tim Evakuasi yang dipimpin Sekretaris Kesatu KBRI Tunis, Boy Dharmawan, pada akhir pekan menjemput seorang wartawan MetroTV, Mahendro, yang melintasi perbatasan bersama dua orang diplomat Uni Africa, demikian keterangan pers KBRI Tunis yang diterima Antara London, Senin.

Di tengah kondisi konflik yang makin memanas kedua warga Indonesia yang bekerja sebagai tenaga kerja wanita masing masing Kenah Binti Sahuri (36) asal Subang, dan Nurhayati Binti Nadi (24) asal Bangkalan, berhasil keluar dari Libya dengan selamat setelah melalui perjalanan yang cukup menegangkan.

Mereka dijemput sejak beberapa hari ini situasi keamanan di perjalanan antara Tripoli ke perbatasan cukup mencekam menyusul meningkatnya konflik antara kekuatan pro dan anti-Gaddafi.

Para petugas perbatasan Tunisia dan para aktivis LSM menyebutkan bahwa sejak satu minggu ini, terutama pada hari Rabu terus terdengar dentuman tembakan senjata berat di daerah-daerah yang tak jauh dari perbatasan Tunisia.

Kedua warga Indonesia yang dievakuasi menggambarkan rasa ketakutan mereka selama dalam perjalanan karena banyaknya pos penjagaan yang dijaga oleh milisi pro-Gaddafi.

Di beberapa tempat, jarak antara satu pos dengan lainnya hanya sekitar 500 meter. Sopir warga negara Libya yang untuk pertama kali diamanatkan untuk mengantar WNI ini akhirnya dapat membawa mereka dengan selamat melewati pos-pos penjagaan itu, dengan mengikuti arahan dan masukan Tim Evakuasi KBRI Tunis.

Keduanya diantar sopir yang merupakan orang kepercayaan dan masih kerabat pemilik gedung KBRI Tripoli.

Perjalanan yang pada waktu biasa hanya memakan waktu sekitar dua jam harus mereka tempuh selam lebih dari empat jam. Mobil yang mereka kendarai meninggalkan Tripoli sebelum pukul 08 pagi waktu Tunisia, dan tiba di perbatasan lewat tengah hari.

Muhammad Yazid, staf KBRI Tunis yang ditugaskan memantau perjalanan mereka, kemudian menjemput mereka di garis antara dua tembok perbatasan kedua negara.

Meskipun datang berbarengan namun nasib keduanya sangat berbeda. Nurhayati, yang sudah bekerja di Tripoli selama dua tahun, diantar baik-baik oleh majikannya pada pagi hari sebelum pemberangkatan.

Menurut Nurhayati, majikannya selama ini memperlakukan dia dengan baik dan memberikah hak-haknya serta menanggung kebutuhannya selama bekerja kepada mereka.

Setelah sampai di Tunisia pun majikan masih menghubungi staf KBRI Tunis, untuk meyakinkan bahwa Nurhayati tidak terlantar di kamp-kamp pengungsian seperti nasib para pengungsi dari banyak negara lainnya.

Berbeda dari Nurhayati, Kenah tidak selalu mengalami perlakuan yang baik. Tim Evakuasi KBRI Tunis telah menghubungi majikan Kenah secara terus-menerus sejak sekitar dua minggu sebelumnya untuk mengupayakan negosiasi agar dia bersedia melepaskan Kenah untuk dipulangkan ke Indonesia.

Setelah negosiasi yang alot, majikan akhirnya bersedia untuk menyerahkannya kepada pihak KBRI dan Kenah diantar ke KBRI Tripoli. "Selama bekerja di Tripoli, saya dipingpong dari satu rumah kerabat majikan ke rumah lainnya, terutama jika ada pekerjaan-pekerjaan berat. Biaya hidup sehari-hari pun saya tanggung sendiri," tutur Kenah.

Keduanya merasakan sangat bersyukur telah sampai di Tunisia dan lepas dari kecemasan tertimpa malapetaka akibat perang di Libya. Meskipun begitu, keduanya masih mencemaskan nasib teman-teman TKW yang masih berada di Libya.

Sekretaris Kesatu Boy Dharmawan yang memimpin Tim Evakuasi menegaskan bahwa KBRI Tunis terus berusaha mengevakuasi sebanyak-banyak WNI dari Libya secepat mungkin.

KBRI Tunis terus menjalin kontak permanen dengan berbagai pihak yang dapat membantu kelancaran evakuasi WNI ke Tunisia. Dengan kedatangan kedua TKW pada akhir pekan, sudah 574 WNI dievakuasi dari Libya ke Tunisia. (*)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024