Mataram (ANTARA) - Penuntasan lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang digagas Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat menempatkan kabupaten termuda di Pulau Sumbawa itu menjadi terbaik secara nasional dalam bidang buang air besar nol (BABS nol) saat ini.

Bupati Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), H W Musyaifirin di Taliwang, Kamis, mengatakan awal mula program STBM itu diluncurkan pada sekitar Maret tahun 2016 lalu. Menurut dia, berhasilnya program yang kini menjadi rujukan nasional itu bukan tanpa kendala.

Sebab, masyarakat KSB dan umumnya warga NTB, hampir seluruhnya menyukai buang air besar ke tempat yang jauh dan tidak diketahui oleh siapapun. Akibatnya, jika ada program jamban umum dari pemerintah, baik pusat dan daerah, mereka akan malu.

"Maka, kita mulai terlebih dahulu dengan membangun instrumennya. Yakni, membangkitkan gotong royong masyarakat. Dengan kita buat regulasi berupa Perda pada Maret tahun 2016. Disitu ada agen gotong royong yang menggerakkan masyarakat di lingkungannya masing-masing untuk peduli dan membangun kesadaran masyarakat," ujarnya di lantai III Aula Setda KSB.

Menurut Bupati, lima pilar STBM menitik beratkan pada aspek. Yakni, stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun (CTPS), pengelolaan air minum makanan rumah tangga (PAMMRT). Selanjutnya, penanganan sampah rumah tangga dan pengamanan limbah cair rumah tangga. Di mana, fokus yang disasar dalam STBM sebanyak 193 blok.

"Setiap blok ditangani oleh tiga agen yang kita angkat sebagai agen gotong royong. Mereka akan dibantu oleh perangkat kewilayahan. Yakni, Babinkamtibmas, Babinmaspol, serta para ASN yang kita libatkan sebagai penggerak dari gotong royong untuk merubah tata nilai masyarakat di wilayahnya masing-masing," kata Musyaifirin.

Ia menyatakan, program bebas buang besar sembarangan diawali dengan pemberian dana stimulan pada masyarakat untuk membuat jamban. Tercatat, kurang lebih 8 ribuan jamban telah terbangun di semua wilayah di KSB hingga kini.

"Alhamdulillah, di periode kedua saya dan dalam tempo 100 hari, Pokja yang sudah kita bentuk melalui agen gotong royong sudah mampu membuat jamban tidak saja di masyarakat. Tapi, menyasar sekolah dan tempat ibadah," tegas Musyaifirin.

Ia menyampaikan, sejauh ini sesuai hasil pemetaan pemerintah pusat, baru 21 kabupaten/kota di Indonesia yang telah terbebas BAB tersebut. Hanya saja, KSB dianggap paling baik dari semua daerah tersebut. Sebab, lanjut Musyaifirin, lima pilar STBM sudah bisa dituntaskan seluruhnya.

"Jadi, cara kamu bisa sampai sekarang ini melalui perjuangan panjang. Disitu, setiap dua tahun, kita fokus garap dua pilar dan selanjutnya, pada tahun 2019-2020, Alhamdulillah, sudah tiga pilar tuntas seluruhnya," jelasnya.

Terkait pendanaan. Musyaifirin enggan merinci detail dana untuk menuntaskan lima pilar STBM tersebut. Hanya saja, program yang di inisiasinya tersebut merupakan kolaborasi dengan pemerintah pusat dan Pemkab KSB.

"Intinya jika kita fokus pada program STBM ini serupa dengan merubah peradaban. Makanya kita perlu fokus terus menerus tidak henti-hentinya, terus mengajak dan merubah perilaku masyarakat KSB selama tujuh tahun dan kini perjuangan itu telah membuahkan hasil nyata," ucapnya.

"Mohon doa kawan-kawan, Insya Allah, pada akhir Desember 2021, kita akan memaparkan keberhasilan KSB menggerakkan instrumen masyarakat dengan gotong royong lima pilar STBM ini ke Forum Internasional di Korea Selatan," katanya.

Pewarta : Nur Imansyah
Editor : Riza Fahriza
Copyright © ANTARA 2024