Jakarta (ANTARA) - Karya pelukis kontemporer Indonesia Ronnie Jiang dipamerkan dalam Pameran Déstructuralisme Figuratif (DF) Art Project 2021 di Pavillon 18, Parc Floral de Paris.
Karya pelukis Indonesia itu dipamerkan selama delapan hari, sejak 13 hingga 21 Oktober 2021.
"Pameran ini bertujuan untuk berbagi dan bertukar dengan masyarakat umum, media, kolektor dan pecinta seni tentang ekspresi diri dengan cara yang unik serta berbagi visi bersama seni mereka dengan aliran Destrukturalisme," ujar Ronnie dikutip dari laman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) di Jakarta, Jumat.
Dalam pameran yang diikuti 55 pelukis internasional, Ronnie menyajikan destrukturisasi beberapa wajah dengan perpaduan warna yang halus dengan menggabungkan cerita untuk mengekspos kontradiksi dunia saat ini.
"Aliran ini memiliki makna nyata tentang emansipasi manusia untuk berimajinasi melalui penggabungan praktik artistik, seperti lukisan, patung, fotografi, gambar, kolase, seni digital, dan pertunjukan," urai Ronnie.
Ia mengatakan keunikan lukisan yang dipamerkan adalah selalu terdapat identitas lukisan dengan ciri destrukturisasi wajah, yaitu pada evolusi bentuk, transformasi, metamorfosis figur dan wajah dimana anatomi yang dibentuk ulang dan didekonstruksi dalam jejak atau bayangan kubisme.
"Fragmen-fragmen yang geometris dan realistis mengidentifikasi tanpa cacat dan dilepaskan dalam liuk-liuknya. Kita bisa mendeteksi beberapa karakter dari kartun yang bercampur dengan wajah atau bagian tubuh. Creature yang unik dan mengesankan ini mengekspresikan bentuk dan identitas baru," papar Ronnie.
Sementara itu, tarian kontemporer Indonesia yang berjudul Panji Uchrony karya Kadek Puspasari juga ditampilkan pada pameran ini, lengkap dengan iringan musik beberapa elemen Gamelan Jawa, yaitu gong, gender dan sitar oleh Christophe dan Thomas.
"Ini ekspresi tari yang terinspirasi dari cerita Panji asal Jawa yang dimodifikasi untuk mengadaptasikan dengan gaya lukisan yang dipamerkan. Koreografi dari tarian ini menyimbolkan sebuah perjalanan identitas dan kehidupan untuk mencari keseimbangan," ungkap Kadek.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia di Paris Warsito memberikan apresiasinya kepada seniman Indonesia itu.
"Terima kasih kepada para pelukis dan panitia yang telah memberikan kesempatan kepada Indonesia untuk memperkenalkan seni budaya," tutur Warsito yang menghadiri undangan pembukaan pameran itu, Sabtu (16/10).
Pembukaan dihadiri lebih dari 150 orang yang berasal dari berbagai kota di Prancis dan luar negeri itu juga dihadiri jajaran Presiden dan Pimpinan Asosiasi DF Art.
"Para pengunjung yang hadir sangat mengapresiasi karya seni yang dipamerkan dan pertunjukan tari Indonesia," ujar Warsito.
Karya pelukis Indonesia itu dipamerkan selama delapan hari, sejak 13 hingga 21 Oktober 2021.
"Pameran ini bertujuan untuk berbagi dan bertukar dengan masyarakat umum, media, kolektor dan pecinta seni tentang ekspresi diri dengan cara yang unik serta berbagi visi bersama seni mereka dengan aliran Destrukturalisme," ujar Ronnie dikutip dari laman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) di Jakarta, Jumat.
Dalam pameran yang diikuti 55 pelukis internasional, Ronnie menyajikan destrukturisasi beberapa wajah dengan perpaduan warna yang halus dengan menggabungkan cerita untuk mengekspos kontradiksi dunia saat ini.
"Aliran ini memiliki makna nyata tentang emansipasi manusia untuk berimajinasi melalui penggabungan praktik artistik, seperti lukisan, patung, fotografi, gambar, kolase, seni digital, dan pertunjukan," urai Ronnie.
Ia mengatakan keunikan lukisan yang dipamerkan adalah selalu terdapat identitas lukisan dengan ciri destrukturisasi wajah, yaitu pada evolusi bentuk, transformasi, metamorfosis figur dan wajah dimana anatomi yang dibentuk ulang dan didekonstruksi dalam jejak atau bayangan kubisme.
"Fragmen-fragmen yang geometris dan realistis mengidentifikasi tanpa cacat dan dilepaskan dalam liuk-liuknya. Kita bisa mendeteksi beberapa karakter dari kartun yang bercampur dengan wajah atau bagian tubuh. Creature yang unik dan mengesankan ini mengekspresikan bentuk dan identitas baru," papar Ronnie.
Sementara itu, tarian kontemporer Indonesia yang berjudul Panji Uchrony karya Kadek Puspasari juga ditampilkan pada pameran ini, lengkap dengan iringan musik beberapa elemen Gamelan Jawa, yaitu gong, gender dan sitar oleh Christophe dan Thomas.
"Ini ekspresi tari yang terinspirasi dari cerita Panji asal Jawa yang dimodifikasi untuk mengadaptasikan dengan gaya lukisan yang dipamerkan. Koreografi dari tarian ini menyimbolkan sebuah perjalanan identitas dan kehidupan untuk mencari keseimbangan," ungkap Kadek.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia di Paris Warsito memberikan apresiasinya kepada seniman Indonesia itu.
"Terima kasih kepada para pelukis dan panitia yang telah memberikan kesempatan kepada Indonesia untuk memperkenalkan seni budaya," tutur Warsito yang menghadiri undangan pembukaan pameran itu, Sabtu (16/10).
Pembukaan dihadiri lebih dari 150 orang yang berasal dari berbagai kota di Prancis dan luar negeri itu juga dihadiri jajaran Presiden dan Pimpinan Asosiasi DF Art.
"Para pengunjung yang hadir sangat mengapresiasi karya seni yang dipamerkan dan pertunjukan tari Indonesia," ujar Warsito.